Tampilkan postingan dengan label Pernik Banjar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pernik Banjar. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Februari 2018

Kuliner Unik Urang Banjar

11.46 14 Comments
Aku sedang terkenang dengan kuliner unik/khas Banjar yang waktu kecil dikenalkan ayah kepada kami. Tidak semua orang Banjar bisa memakannya, lho. Yang suka memakan, biasanya jadi ketagihan, apalagi kalau lagi musimnya seperti sekarang.
Berikut kuliner khas yang kumaksud:



Jaruk Tigaron
Ini adalah kembang tanaman tigaron (tigarun: hulu sungai) yang diasinkan, makanya disebut jaruk tigarun. Rasanya agak pahit asam asam gimanaa gitu, krenyes-krenyes pas digigit. Airnya juga enak disiram di atas nasi putih pas untuk teman makan. Selain mengandung serat, sayur ini juga membuat nafsu makan meningkat. Makan bagian bunga atau pucukannya saja, batangnya jangan, keras, kamu takkan kuat, hehe.

Kalangkala
Ini sejenis buah berbentuk bundar. Warnanya merah muda campur putih krem kalau sudah masak. Hati-hati bijinya cukup besar melebihi isinya. Cara menyajikannya: cuci bersih buahnya, kemudian buang bagian penutup atas tempat tangkai menempel (mirip topinya, hehe). Setelah itu, siram dengan air panas, tabur garam secukupnya. Kalau mau masukkan cabe rawit ke dalam wadah. Diamkan beberapa saat. Kalau ingin awet, gunakan sendok ketika mengambil kalangkala dari wadah.
Cara memakannya: kalangkala lebih enak dimakan pakai nasi. Pencet buah dari bagian bawah ke atas sehingga bagian isi keluar, buang bijinya. Isi kalangkala lebih enak kalau dioles di atas nasi panas. Rasa kalangkala agak sepet-sepet gurih, segar, membuat selera makan meningkat. Hm...yummy! Makan nasi akan terasaa lebih nikmat.


Atas: kalangkala
Bawah: mandai

Mandai
Mandai atau kadang ada yang menyebutnya dami, terbuat dari kulit kedua buah tiwadak (mirip nangka). Buah tiwadak biasanya dimakan langsung atau kadang dijadikan bahan isi gorengan yang disebut guduh tiwadak atau gaguduh tiwadak. Nah, bagian luarnya dipotong sesuai selera, taburi garam, goreng dengan minyak panas.
Kadang ada yang membuatnya menjadi olahan lain seperti ditumis campur bahan lain. Kalau aku lebih suka digoreng begitu saja setelah digarami. Oiya sebaiknya kulitnya jangan dicuci. Kalau kulit ini dicuci bersih-bersih maka rasanya akan berubah menjadi hambar dan kurang enak.
Mandai juga dimakan pakai nasi sebagai lauk. Entah mengandung apa, kalau makan nasi pakai mandai membuat selera makan berlipat.


Selasa, 23 Januari 2018

Sore di Taman Patung Bekantan

00.34 2 Comments
Siapa bilang Banjarmasin minim tempat hang out? Ini nih satu lagi tempat hang out yang keren abis tapi tetap mengusung uniknya lokalitas Banjar.
Sore itu hujan baru saja menyiram Banjarmasin. Aku bersama suami nongkrong sebentar di taman yang satu ini. Cuma...kali ini kami malas banget pasang tampang. Jadi, biar si Bekantan ini saja yang menghias postinganku kali ini.

Yang belum pernah mampir ke taman ini, aku akan beberkan beberapa fakta di Taman Bekantan dengan gaya artikel seseruan. Siapa tahu jadi pengen ke sini.


Fakta 1
Kebanyakan pengunjung yang gigih ke sini adalah masyarakat dari luar Banjar. Soalnya penasaran ama si doi, Bekantan yang bisa menyemburkan air.

Fakta 2
Patung bekantan menyemburkan air hingga ke sungai di taman tersebut. Kalau dilihat dari gaya menyembur2 ini jadi ingat patung singa-nya Singapore yah!



Fakta 3
View di sini keren banget. Kita bisa memandang Sungai Martapura yang mengalir tenang sambil menikmati udara segar serta sejauh mata memandang langit membentang membuat hati terasa lapang.

Fakta 4
Selain kumpul kumpul biasa, jalan sore atau pagi santai, di sini tersedia lapangan basket. Yang hobi basket, ke sini aja!

Fakta 5
Sewaktu sore itu aku ke sana..ada orang jualan pernik lucu. Entah ini sebenarnya diizinkan atau tidak lho ya oleh pihak ketertiban.

Fakta 6
Di sini tersedia tempat parkir yang menurutku cukup luas terutama kalau lagi sepi pengunjung.

Fakta 7
Selain jadi tempat jalan, tempat ngebasket, pastinya taman ini merupakan spot unik untuk selfie atau foto bareng teman dan keluarga.

Fakta 8
Bekantan adalah binatang yang dilindungi serta menjadi ikon Banjarmasin. Tangan kanannya lagi menggaruk atau lagi mikir ya? Silakan ditebak. Yang pasti tangan kirinya sedang memegang buah rambai. Ini juga buah yang unik dan mulai langka di Banjarmasin.

Nah, tertarik melihat taman Patung Bekantan yang nyembur air?
Ayo, ke Banjarmasin!

Sabtu, 20 Januari 2018

Suatu Hari di Pantai Turki

20.46 23 Comments
Libur tahun baru tadi aku sekeluarga berlibur ke pantai Turki. Hehe, ini bukan pantai yang ada di Turki luar negeri itu lho ya. Ini adalah pantai kecil yang ada di Pelaihari, Desa Swarangan, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Pantai Turki disingkat dari Tungkaran Kiri. Dalam arus lalu lintas normal, memakan waktu tempuh kurang lebih 3 jam dari ibu kota provinsi (Banjarmasin). Tiket masuk sekitar Rp20.000,00 lebih mahal daripada di Pantai Batakan dan Pantai Takisung.

Semula pantai Turki masih perawan, lama-lama banyak juga pengunjungnya. Kami ke sana karena belum pernah ke sana sama sekali sementara teman-teman suka cerita tentang pantai yang satu itu.

Kami memutuskan berangkat pagi hari tanggal 1 Januari. Menurut perkiraanku, pantai relatif sepi karena orang-orang sudah pulang habis merayakan tahun baruan. Aku sengaja menunda keberangkatan agar tidak pas malam tahun baru di sana. Aku kurang suka hura-hura semacam itu. Aku berencana berangkat pagi-pagi sekali.
Malamnya, salah satu televisi swasta menayangkan film favorit anak-anakku. Bukannya tidur cepat, mereka malah tidur larut malam karena keasyikan menonton film padahal sudah berkali-kali menonton film tersebut. Tidak salah lagi, besoknya kami kesiangan. Persiapan berangkat cukup merepotkan. Kami membawa dua tenda dan perlengkapan kemping lainnya. Pukul 10 lewat kami baru berangkat.
Di luar dugaanku, sebelum masuk kawasan Gunung Khayangan, jalanan macet. Anakku ngomel-ngomel karena terawanganku salah. Hihi. Untung aku sempat membeli jagung rebus yang banyak dijual di tepi jalan. Hujan yang sempat mengguyur jalan membuat kami dingin dan lapar.
Menuju Pantai Turki macet tambah parah. Kami sempat hendak ganti tempat tujuan tapi anak-anak kadung penasaran sama Pantai Turki. Macet sangat parah karena arus balik dan arus berangkat hampir sama besarnya. Ada beberapa pantai yang menggunakan rute sejalur dengan pantai Turki. Ada Pantai Jorong, Pantai Asmara, Pantai Pagatan, Pantai Angsana dan lain lain.
Kurang lebih tiga jam kami terjebak macet. Untunglah anak-anak tidak cerewet.

Sesaat sebelum memasuki kawasan Pantai Turki, kami mencari lokasi dengan bertanya pada mBak Goggle. Ternyata peta tersebut tidak berlaku lagi. Jalur yang ada di peta google tidak terbuka untuk umum. Jalur tersebut khusus untuk perusahaan.

Kami sampai di Pantai Turki ketika hari sudah sore sekitar pukul 17.00. Sunset di Pantai Turki sangat indah. Aku teringat pasukan pecinta senja, teman-teman puisiku. Anak-anak langsung menyapa pantai. Mereka bermain dengan riang.

Oiya...sampai di pantai aku kecewa banget. Pantai sangat kotor, di mana-mana sampah bertaburan. Bekas botol minuman, bekas gelas plastik air mineral, bungkus makanan ringan, sisa nasi, bahkan ada botol minuman keras. Yang terakhir ini membuatku bergidik ngeri. Sepertinya ada yang habis berpesta habis-habisan malamnya.

Karena kami bermalam, tahap awal yang dilakukan adalah mencari space untuk memasang tenda. Dua tenda untuk kami berenam. Suamiku dan anak nomor dua bertugas memasang tenda. Aku dan anakku yang lain memunguti sampah. Sebelumnya kami solat Asar karena tadi waktu dhuhur belum dijamak.

Menurut info yang kudapat sebelumnya, di Pantai Turki tidak ada wc umum, ternyata pas kami datang sudah ada wc umum tapi sangat sederhana. Kamar mandi dan wc umum dengan dinding yang terbuat dari bahan terpal tanpa atap. Ada air tawar mengalir dari kran. Lumayan buat membilas tubuh dan wudhu.
Kami salat Maghrib dijamak dengan Isya dan diqasar. Si kembar antusias diajari salat jamak dan qasar. Ini praktik langsung buat mereka.
(Sampai rumah efeknya mau menjamak terus, haha).

Dua tenda sudah terpasang. Anakku Ihda sudah lima bulanan ini bergabung dalam klub pendakian. Ia sudah terampil memasang tenda. 1 tenda kecil merah dipakai anak sulungku yang perempuan. 1 tenda lagi diperuntukkan buatku dan si bungsu kembar. Kami bertiga di dalam tenda biru. Udara sangat panas malam itu.
Suami dan anakku yang pendaki memilih tidur di teras tenda. Mereka tidur memakai kantong tidur.
Anak-anakku lambat sekali tidur. Ada saja yang mereka kerjakan. Sambil membersihkan wajah dengan milk ckeanser dan toner serta mengoles serum wardah, aku harus berkali-kali mengingatkan mereka agar cepat tidur. Sunrise besok..sunrise besok.

Yang membuat aku senang, anak-anakku tampak dekat satu sama lain malam itu. Setelah mereka semua tertidur..malah aku yang melek. Ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiranku. Aku membuka ponsel, membiarkan terpajang berjuta memori di benak, mengizinkan sebuah kenangan hadir, mengukirnya perlahan-lahan dengan ketajaman mata hatiku. Beberapa kali mataku memanas dan ada yang mengalir di sudutnya. Ah, kenanganku, duh kutukan itu. Hingga aku mengantuk sangat dan akhirnya terlelap.

Besoknya, aku bangun lebih dulu. Lalu aku bangunkan anakku satu per satu. Setelah salat subuh, kami menikmati pagi di pantai Turki. Aku menyuruh anak-anak meminum madu vitamin Gizidat yang bahan dasarnya madu dan ikan sidat untuk menjaga stamina dan nafsu makannya.
Aku merebus air dan menyiapkan minuman hangat pengganjal perut teman kudapan.
Udara pagi sangat segar. Pengunjung pantai relatif sedikit. Aku berasa jadi pemilik pantai. Haha.

Di pantai Turki ada space terunik untuk berfoto. Aku sekeluarga menyempatkan berfoto di situ. Ada rumah pohon bertulis Pantai Turki nya loh. Setelah itulah baru kami ke pantai.

Keempat anakku asyik berenang dan bermain pasir. Aku sibuk pemotretan. Kulihat dari jauh kapal nelayan berjalan tenang. Macam-macam yang kujadikan objek pemotretan. Tak sengaja, pas main air, anakku melihat udang. Ia pun menangkap udang. Suamiku pun ikut-ikutan seru-seruan menangkap udang rebon. Enak kali ya kalau dimasak, pikirnya iseng. Pucuk dicinta, tak lama ada nelayan yang suka rela memberi kami segayung udang tangkapannya.

Suamiku menyalakan kompor kemping yang kami bawa, lalu menyuruhku memasak udang pantai Turki. Pertama-tama udang dicuci bersih, setelah itu diremas-remas dengan garam dan asam jawa. Ini nih, kalau traveling, bawaan suamiku komplit. Ada bumbu dapur simpel. Udang digoreng dengan irisan bawang merah. Tak lupa tambahkan gula secukupnya. Hm..aromanya sedap banget.
Udang rebon masih mentah

Kami sarapan menjelang siang dengan udang rebon ditambah sozis dan mie goreng rebus. Nasi putih kami beli di warung terdekat.
Anak-anakku lahap sekali makan. Jarang-jarang makan sambil main pasir, kan?
Udang sedang digoreng harum banget

Puas bermain barulah kami mandi di kamar mandi buatan yang sangat darurat. Eits, ini bayar lo yach.
Setelah foto-foto, kami membereskan tenda bersiap pulang. Anak-anak memelas tidak ingin pulang karena mereka masih libur panjang. Maaf ya Nak, besok mama tidak libur.


Kamis, 03 Desember 2015

Pantai Batakan

03.42 0 Comments
Satu lagi tempat wisata populer di Kalimantan Selatan. Namanya Pantai Batakan. Pantai ini terletak di Kabupaten Tanah Laut.
Pantai Batakan berada di Desa Batakan, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Jarak dari pusat kota pelaihari kurang lebih 40 km. Pantai Bantakan berpasir coklat dan banyak ditumbuhi pohon pinus. Di dekat pantai ini juga terdapat sebuah pulau di tengah laut bernama pulau Datu. Di pantai ini kamu bisa bermain  pasir sepuasnya dan mendengarkan irama pohon pinus yang berbisik. Apalagi kalau kamu mendirikan tenda dan menikmati malam berlatar suara debur ombak sepanjang malam. Pagi harinya kamu dapat menikmati indahnya matahari terbit dan segarnya udara khas tepi pantai.
Di sini juga ada beberapa kuda yang dapat kamu tunggangi mengelilingi kawasan pantai. Tenang saja, jika kamu belum mahir, ada joki yang membantumu.

Pulau Kembang

03.28 2 Comments
Kalau mendengar Banjarmasin, apa yang kamu ingat? Pasar Terapung? Seribu Sungai? Kamu tidak salah tapi ada satu lagi yang harus kamu ketahui, yaitu Pulau Kembang.



Pulau Kembang merupakan sebuah pulau yang berada di tengah Sungai Barito. Tempat wisata ini menjadi habitat monyet dan beberapa jenis burung. Menurut warga, di pulau ini terdapat seekor monyet besar yang merupakan raja monyet.
Saat berkunjung ke pulau ini, berhati-hatilah dengan barang bawaan Anda. Monyet-monyet seringkali penasaran dan ingin melihat apa saja yang Anda bawa. Tidak jarang monyet-monyet itu mengambil tas, kamera, sepatu anak Anda, topi, atau benda lainnya. Sebaiknya bawa makanan ringan atau buah-buahan untuk mengalihkan perhatian mereka dari tas Anda. Akan tetapi tidak perlu khawatir. Di sana ada juga beberapa orang warga sekitar yang akan membantu kita mengatasi monyet-monyet tersebut. Semacam pawang gitu...
Naah, yang unik di pulau ini terdapat sebuah kuil dan altar dengan arca berbentuk monyet putih atau Hanoman. Altar ini, oleh warga Tionghoa, digunakan untuk meletakkan sesaji pada saat-saat tertentu.
Tempat wisata ini berjarak sekitar 1,5 km dari pusat kota Banjarmasin. Untuk dapat melihat aktifitas monyet-monyet ini dari dekat, Anda harus membayar sebesar 5.000 Rupiah untuk wisatawan domestik dan 25.000 Rupiah untuk wisatawan mancanegara. Sebaiknya jadikan kunjungan ke tempat ini serangkai dengan kunjungan ke Pasar Terapung. Pasti lebih seru!