Hal pertama yang kutandai adalah banyaknya motor di area parkir, artinya pengunjungnya banyak. Untuk bisa akses semua hal, kita harus membeli tiket terlebih dahulu. Rp80.000,00 angka yang lumayan fantastis jika diterapkan di Banjarmasin Artweeks, pikirku (yang setelah aku berkeliling, harga tersebut tidak ada artimya). Setelah membayar, pengunjung diberi gelang bertulis Artjog 2025 - visitor. Tidak kutemukan buku tamu. Di beberapa titik, terdapat beberapa panitia yang sesekali mengarahkan pengunjung.
Ada penampilan khusus dari Reza Rahadian, aktor serba bisa yang sudah tidak asing lagi di jagad perfilman Indonesia. Pengunjung tidak diperbolehkan memoto maupun merekam saat pertunjukan di layar diputar. Aku rasa, itu adalah penampilan Reza yang sangat keren. Di dinding tertera isi hati Reza. Aku terharu. kuabadikan di foto bawah ini:
Dari Artjog 2025 aku petik bahwa seni itu sangat universal. Seni tidak hanya menjanjikan penghiburan bagi jiwa tapi juga pengajaran, agar amalan yang dilakukan selaras dengan dunia dan kebutuhannya. Seni bukan pilihan kedua atau ketiga atau keempat atau kesekian dalam kehidupan. Sama seperti perut kita yang perlu diisi makanan, jiwa dan bahkan otak kita perlu diberi asupan seni.
Sebuah agenda seni, apapun itu, harus dirancang dengan serius. Diperhatikan semua aspek termasuk keamanan dan keselamatannya.
Ia juga harus memperhatikan aspek keadilan dan kesetaraan. Semua pengunjung mendapat hak yang sama untuk bisa menikmati seni dalam kadar renungnya masing-masing. Artjog kids menjadi salah satu item yang mendukung pernyataanku ini.
Benchmarking ini kulengkapi dengan menelusuri website-nya. Dari sana kutemukan penjelasan terkait tema Artjog 2025, yaitu Amalan. Kukutipkan untuk kalian:
Dengan itulah kebaikan hidup bersama dapat mulai diperbincangkan dan karya seni dipandang sebagai ‘hadiah’ bagi dunia, di luar kalkulasi laba rugi yang kerap tak bisa ditakar nilainya. Demikian tulis Tim Kurator ARTJOG, Hendro Wiyanto, Bambang ‘Toko’ Witjaksono, Ignatia Nilu.
Arah keluar area ini, kupatri memori nada-nada pertunjukan musik band yang memiliki pangsa pasar tersendiri.
Terima kasih Artjog, terima kasih Jogja. Terima kasih
yang setia menemaniku sepanjang malam itu.[]