Kamis, 28 Juni 2018

Menulis Surat Resmi

12.41 0 Comments

PENDAHULUAN
Kemajuan zaman terutama di bidang teknologi menambah variasi cara dan bentuk dalam kegiatan bertukar informasi. Saat ini orang berkomunikasi lebih murah dan cepat melalui SMS, MMS, surat elektronik, dan berbagai situs jejaring sosial. Hal tersebut membuat tradisi berkirim surat menjadi seakan kurang penting. Sebenarnya jika dicermati keberadaan surat sebagai sarana komunikasi masih penting dan pada hal-hal tertentu tidak bisa digantikan dengan sarana yang lain.
Selain sebagai sarana komunikasi surat juga memiliki fungsi yang lainnya yaitu sebagai alat bukti tertulis, bukti historis, alat pengingat, dan tuntunan kerja (misalnya surat keputusan, surat penunjukan atau surat instruksi). Surat dapat menjadi bentuk komunikasi yang efektif dapat pula tidak. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang menulis surat yang baik dan benar.

A.    Standar Kompetensi
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan sebagai sarana pengungkapan gagasan ilmiah, mampu bersikap positif terhadap bahasa Indonesia.

B.     Kompetensi Dasar
                 Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1.      membedakan jenis-jenis surat.
2.      mengidentifikasikan syarat-syarat surat resmi yang baik.
3.      mengidentifikasi bagian-bagian surat resmi.
4.      menyusun sebuah surat resmi.
5.    mengidentifikasikan ciri-ciri karya ilmiah.
6.   membedakan jenis-jenis karya ilmiah.
7.   menerapkan langkah-langkah penyusunan karya ilmiah.
8.    menyusun sebuah karya ilmiah sederhana berdasarkan komponen dan bahasa ilmiah yang telah ditentukan.

C.    Kegiatan Belajar 1
1.      Jenis-jenis Surat
Berdasarkan isinya, surat dapat dibedakan atas surat pribadi, surat dinas dan surat dagang.
Surat pribadi adalah surat yang berisi hal-hal pribadi. Surat pribadi biasa ditujukan kepada keluarga, teman, sahabat, kenalan. Surat ini biasanya menggunakan ragam akrab dan santai.
Surat dinas adalah surat yang berisi masalah kedinasan. Surat ini dikeluarkan oleh instansi pemerintah. Karena bersifat resmi, surat ini memakai ragam bahasa resmi. Contoh surat ini yaitu surat keputusan, surat instruksi, surat tugas, surat edaran, dan sebagainya.
Surat dagang adalah surat yang berisi masalah perdagangan. Surat ini disebut juga surat niaga. Contoh surat dagang di antaranya surat permintaan, surat penawaran, surat tagihan dan surat pengiriman barang.
Berdasarkan sifat pengamanannya, surat dapat dibedakan menjadi surat sangat rahasia, surat rahasia dan surat biasa.
Surat sangat rahasia berisi hal-hal yang sangat penting berupa dokumen/naskah yang berhubungan dengan rahasia keamanan negara.
Surat rahasia adalah surat yang isinya tidak boleh diketahui oleh orang lain yang tidak berhak.
Surat biasa adalah surat yang berisi masalah biasa yang jika diketahui oleh orang lain tidak akan merugikan pihak lembaga atau diri yang bersangkutan.

2.      Syarat-syarat Surat Resmi yang Baik

Surat yang baik menurut Soedjito dan Solchan (2001:3) haruslah memenuhi syarat penyusunan sebagai berikut:
a.       Surat disusun dengan teknik penyusunan surat yang benar.
b.      Isi surat harus dinyatakan secara ringkas, jelas dan eksplisit.
c.       Bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang benar/baku sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, baik tentang ejaan, pemilihan kata, bentuk kata, maupun kalimatnya. Selain itu bahasa surat harus efektif.
d.      Memahami kedudukan masalah yang dikemukakan.
e.       Memahami peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah itu
f.       Mengetahui posisi dan bidang tugasnya
g.      Hal-hal lainnya yang berkaitan dengan ketatausahaan.

3.      Bagian-bagian Surat Resmi

Surat resmi terdiri atas:

a. Kepala surat
Kepala surat menunjukkan resminya sebuah surat. Kepala surat merupakan alamat (identitas) pengirim surat.

Contoh:


   
b. Nama, tempat dan tanggal
            Tanggal surat bisa diketik di sebelah kiri atas dan kanan atas. Angka tahun maupun nama bulan hendaknya dituliskan utuh jangan disingkat.
Contoh:
13 Oktober 2011
23 Agustus 2012
11 September 2013

c. Nomor surat
            Nomor surat menunjukkan kapan surat dikirimkan. Nomor surat memudahkan pengarsipan. Setiap instansi memiliki kode-kode suratnya.
d. Lampiran
Lampiran berarti menyertakan sesuatu dengan yang lain. Misalnya bersama surat yang dikirimkan disertakan pula surat-surat lain seperti fotokopi ijazah, surat berkelakuan baik, dan surat sehat.
e. Hal/perihal
Hal atau perihal menunjukkan isi atau inti surat secara singkat.
            Contoh penggunaan nomor, lampiran dan hal dapat dilihat berikut ini.
            Nomor       :     334/14.11/BS/2013
Lampiran   :     Jadwal Kegiatan
Hal            :     Dialog Bahasa Daerah se-Kalimantan

f. Alamat
                  Alamat surat ada dua macam, yaitu alamat pada dalam surat maupun alamat luar (pada amplop). Alamat dalam menyebutkan berturut-turut nama orang/ nama jabatan, nama jalan dan nomor rumah/ gedung dan nama kota. Nama orang sebaiknya ditulis dengan teliti sesuai dengan yang biasa ditulis oleh pemiliknya. Di depan nama orang/ jabatan ditulis ungkapan Yang terhormat (Yth) sedangkan kata Kepada tidak perlu dituliskan karena tanpa kata kepada sudah jelas kepada siapa surat ditujukan. Nama kota tidak perlu didahului kata depan di.
      Contoh:
      Yth. Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin
      Jalan Brigjen Hasan Basry Kayutangi
      Banjarmasin

g. Salam pembuka
Salam pembuka yang biasa dipakai dalam surat resmi adalah Dengan hormat. Salam pembuka menggunakan Assalamualaikum Wr.Wb dipakai secara khusus antara kantor/ lembaga yang berhubungan dengan agama Islam.
h. Isi surat
Pada umumnya, isi surat ada tiga, yaitu pembukaan, isi (pokok), penutup. Kalimat yang digunakan pada pembukaan hendaknya ditulis sesuai dengan maksud surat tersebut ditulis. Karena ia bersifat mengantarkan, pembuka haruslah menarik perhatian pembaca.
Contoh:
Sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan Seminar Bahasa Banjar se-Kalimantan Selatan 24 Oktober 2013, kami mengundang Saudara sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut.
Isi (pokok) surat hendaknya ditulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sederhana, sopan dan jelas. Perhatikan penggunaan ejaan dan tanda baca yang tepat. Jangan menggunakan singkatan atau akronim-akronim yang tidak jelas karena bisa mengaburkan makna surat dan menimbulkan kesalahpahaman.
Penutup surat merupakan simpulan atau pengunci surat. Umumnya berisi ucapan terima kasih. Misalnya, atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih. Penggunaan enklitis –nya  tidak tepat digunakan karena –nya adalah bentuk terikat orang ketiga tunggal. Jadi, kalimat atas perhatiannya… tidak tepat digunakan.
i. Salam penutup
Salam penutup surat resmi lembaga pemerintahan menyebutkan nama jabatan, tanda tangan, nama terang dan nomor induk pegawai.
Contoh:
Hormat kami
a.n. plt. Kepala,
Kepala Subbagian Tata Usaha


Syamsuddin, S.Pd.
NIP 196504061986011001

j. Tembusan
Tembusan dibuat jika isi surat yang dikirimkan kepada orang yang dituju (sebenarnya) perlu diketahui juga oleh pihak lain yang memang ada hubungannya dengan isi surat tersebut. Tembusan ditulis di sebelah kiri bawah, lurus ke atas dengan komponen Nomor, Lampiran dan Hal.

D.    Rangkuman
1.      Jenis-jenis surat berdasarkan isinya surat dapat dibedakan atas surat pribadi, surat resmi dan surat dagang. Berdasarkan sifat keamanannya, surat terdiri atas surat sangat rahasia, surat rahasia dan surat biasa.
2.      Syarat-syarat surat resmi yang baik menurut Soedjito dan Solchan (2001:3) adalah sebagai berikut.
a.       Surat disusun dengan teknik penyusunan surat yang benar.
b.      Isi surat harus dinyatakan secara ringkas, jelas dan eksplisit.
c.       Bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang benar/baku sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, baik tentang ejaan, pemilihan kata, bentuk kata, maupun kalimatnya. Selain itu bahasa surat harus efektif.
d.      Memahami kedudukan masalah yang dikemukakan.
e.       Memahami peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah itu
f.       Mengetahui posisi dan bidang tugasnya
g.      Hal-hal lainnya yang berkaitan dengan ketatausahaan.
3.      Bagian-bagian surat resmi adalah
a.       Kepala
b.      Nama tempat dan tanggal
c.       Nomor
d.      Lampiran
e.       Hal
f.       Alamat
g.      Salam pembuka
h.      Isi
i.        Salam penutup
j.        Tembusan


E.     Latihan dan Tugas

1.      Sebutkan jenis-jenis surat!
2.      Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat surat resmi yang baik!
3.      Susunlah sebuah surat resmi!

F.     Daftar Pustaka

Sutojo, Siswanto dan Michael Setiawan. 2003. Komunikasi Bisnis yang Efektif. Jakarta: Damar Mulia Pustaka.

Soeparno dkk. 2001. Bahasa Indonesia untuk Ekonomi. Yogyakarta: Ekonisia.

Soedjito dan Solchan TW. 2001. Surat-Menyurat Resmi Bahasa Indonesia. Bandung: Rosdakarya.

Rabu, 13 Juni 2018

Yakin Melangkah Setelah Ikut Hijup Bloggers Meet Up x Softex Daun Sirih di Kota Seribu Sungai

03.22 14 Comments

Menanti Beduk Bersama Hijup Bloggers Meet Up x Softex Daun Sirih




Ada yang berbeda pada Ramadanku tahun ini. Di antaranya, beberapa peluang yang bisa memajukan karirku di kantor – yang biasanya tidak kulirik – mulai kuambil; buka bersama (bukber) keluarga kecilku di siring kota kami yang indah pada pekan pertama puasa; serta sedikit ketegangan ketika aku harus meringkuk setengah hari di IGD RS Anshari Saleh Banjarmasin di hari kelima puasa. Selain itu, ada satu momen yang turut mewarnai Ramadanku kali ini. Momen yang paling aku tunggu, apalagi kalau bukan Hijup Bloggers Meet Up x Softex Daun Sirih yang bertempat di Hotel Mercure Banjarmasin, Jumat 1 Juni 2018.

Memasuki ruang acara, aku dan temanku (Kak Mia) yang berangkat bareng disergap suasana serba hijau. Fresh banget rasanya. Puasa di penghujung petang hari itu menjadi terasa lebih ringan dari biasanya. Aku menjadi lebih bersemangat juga untuk mengikuti acara sampai kelar meski sejujurnya aku masih merasa lemas hari itu. Mataku menatap sekeliling. Aku mencari-cari ketua kami. Dia datang dari jauh. Rasanya aku ingin ngobrol banyak dengannya. Sayangnya, padatnya jadwal acara tidak menyisakan kesempatan untukku lebih lama ngobrol dengannya dan anggota FBB lainnya.

Wow, ada Ayu Pratiwi, dr.Bram dan Anastasia Erika.
Acara dipandu oleh seorang pewara yang cantik dan ramah. Pertama-tama yang tampil menyapa kami adalah bintang cantik Ayu pratiwi. Aku teringat kembali aktingnya dalam film Kiamat Sudah Dekat. Dia tampil dalam balutan hijau putih juga, sama kayak aku. Jangan salah, aku tidak akan mengaku sama cantik dengannya kok! Aku masih waras. Hehe. Setelah Ayu, panggung juga diramaikan oleh dokter Bram Pradipta, Sp.Ob dan Anastasia Erika si brand manager Softex Daun Sirih. Semua tampil memukau sesuai keahlian masing-masing tentunya.
Nah, aku akan membagi pengetahuan yang kudapat petang itu kepada kalian!




Tentang Area Kewanitaan

Area kewanitaan memiliki PH yang harus selalu terjaga kelembabannya. Dia tidak boleh terlalu kering, juga tidak boleh terlalu basah. Tahu, kan problem utama para wanita biasanya di area kewanitaan. Iya, apalagi kalau bukan masalah keputihan. Dokter Bram menjelaskan untuk menjaga area kewanitaan, kita harus memperhatikan kebersihannya. Terutama urusan cebok, sehabis pipis dan buang air besar tidak boleh sembarangan. Cara membersihkannya adalah dari depan ke belakang. Ini tidak lain agar kebersihan area kewanitaan tetap terjaga. selain itu, ada beberapa faktor risiko lho terkait area kewanitaan, di antaranya seks bebas, penyakit tertentu seperti HIV, diabetes mellitus, antibiotik yang tidak rasional, perubahan hormonal, merokok, alkohol, stres dan obesitas.

Bicara tentang area kewanitaan tak lepas dari siklus yang satu ini. Yup, apalagi kalau bukan siklus haid. Eh, kamu masih ingat tidak, kapan kamu pertama kali mendapat haid? Siapa yang memberikan edukasi seputar haidmu kala itu? Sudah benarkah informasi yang kamu simpan di benakmu sampai hari ini? Jangan-jangan kamu lebih banyak memperhatikan hal-hal yang bersifat mitos daripada fakta. Dalam keyakinanku, setelah mendapat haid berarti seorang wanita sudah baligh. Sudah dihitung segala amal baik dan buruk. Banyak hal yang harus dijaga termasuk aurat. Syukurlah, aku sudah belajar mengenakan hijab sebelum mendapat haid.

Kenangan Haid Pertama dan masa ABG aku
Aku mendapat haid pertama ketika sedang liburan semester di rumah nenek. Waktu itu aku masih SMP. Aku sedikit panik kala itu. Yang menolong aku malah sepupu aku yang belum dapat haid, hehe lucu kan? Ketika liburan berakhir, aku dijemput Ayah untuk kembali ke kota kami tinggal. Kulihat nenekku berbisik-bisik pada Ayah. Aku yakin saat itu nenek sedang membicarakan tentang haid pertamaku.
Tradisi di rumah kami, yang sedang haid bebas tugas dari pekerjaan rumah. Apalagi pekerjaan seperti memasak dan mencuci piring. Kata Ibu, ini untuk menjaga kebersihan dan kesucian makanan di rumah kami. Ibu khawatir kami tidak bersih mencuci tangan ketika haid. Aku cuma dua bersaudara. Adikku juga perempuan. Ayah yang terganteng di rumah. Ayah sangat care kalau kami bertiga sedang haid. Suatu ketika, Ayah pernah membeli pembalut satu kantong plastik besar karena kami bertiga haid bersamaan. Lucunya lagi, apapun merk pembalut yang kami beli, kami selalu menyebutnya Softex, hehe.

Ketika haid, kita mengeluarkan darah kotor setiap bulannya dalam siklus yang teratur. Dalam pelajaran biologi, kita ketahui bahwa haid adalah proses akhir ketika sel telur matang tidak mengalami pembuahan. Saat itu, area kewanitaan menjadi lebih gampang kena infeksi kuman penyakit. Sebaiknya, sering-seringlah mengganti pembalut terutama saat sedang banyak-banyaknya. Kita bisa mengganti pembalut setiap 3 jam sekali. 


Tenang, ada Softex Daun Sirih

Zaman ibu aku, belum ada pembalut seperti sekarang. Seingatku dulu ibu menggunakan kain katun segi empat yang dilipat-lipat, digunakan sebagai pembalut untuk menahan darah yang keluar. Meski kemudian ada produk pembalut dijual, ibu tetap setia memakai kain-kainnya. Lucunya, setelah aku mendapat haid dan mulai menggunakan pembalut, ibuku tidak lagi menggunakan kain sebagai pembalut. Beliau ikut-ikutan memakai pembalut seperti yang aku pakai. Sekarang pembalut macam-macam bentuknya. Ada yang pakai sayap, ada yang ukuran panjang banget buat malam hari, ada yang tipis sekali buat yang mencari kenyamanan. Aku sendiri, sudah lama memakai Softex berbagai jenis. Hati-hati juga memilih pembalut, lho! Now, aku mau kasih tahu pembalut yang sangat keren, yaitu Softex daun Sirih.


Kalian tahu kan...daun sirih sudah banyak terbukti sebagai bahan alami anti bakteri. Selain sebagai obat kumur, banyak lagi kegunaan air rebusan daun sirih. Setiap habis melahirkan selama masa nifas, dulu aku suka memakai air rebusan daun sirih untuk cebok sehabis pipis maupun buang air besar. Resep ini kudapatkan turun temurun. Aku percaya air rebusan daun sirih juga membantu mempercepat pemulihan area kewanitaan sehabis melahirkan. Nah, Softex ada Softex Daun Sirihnya, lho!

Luar biasa, Softex Daun Sirih adalah produk berbahan alami yang sudah diakui oleh Departemen Kesehatan. Hasil penelitian membuktikan bahwa  9 di antara 10 wanita mengakui memakai Softex Daun Sirih  membuat area kewanitaan lebih harum serta menghilangkan bau tak sedap ketika sedang haid. Ini disebabkan kandungan daun sirihnya. Selain itu, para wanita tersebut juga mengakui bahwa Softex Daun Sirih dapat menyerap dalam 1 detik sehingga permukaannya tetap kering. 

Softex Daun Sirih sudah teruji klinis di Australia dan Belanda, lho! Selain itu, bagi yang punya riwayat alergi dan harap-harap cemas memilih pembalut, jangan khawatir Softex Daun Sirih adalah produk pembalut yang hyppoalergenic. Pas banget kan dengan kebutuhan kita tapi eits, tunggu dulu, sebagai muslimah aku selalu care dan aware terhadap kehalalan produk yang aku pakai. Alhamdulillah, Softex Daun Sirih telah mendapat sertifikat halal dari MUI. Kalau aku tidak keliru, inilah produk pembalut pertama yang mendapat sertifikat halal MUI.

Ada Workshop Fotografinya juga, lho!
Dalam kesempatan itu, kami juga mendapat workshop fotografi. Yang mengajari kami seorang cowok, namanya Muallif Fachrozi. Kami diajari teknik memotret Flatlay, yaitu teknik memotret dengan sudut 90 derajat alias memotret dari atas objek. Ada tiga alternatif dalam teknik tersebut, yaitu clean, rustic dan natural. Hasil workshop alias foto flatlay-ku ini nih..lumayan kan untuk pemula kayak aku, hehe.



Bonus Acara, Berkah Ramadanku Kali ini 



Acara berakhir menjelang berbuka puasa. Setelah menyantap hidangan dan menyempatkan diri berfoto-foto sebentar, aku dan Kak Mia pamit. Kami memutuskan Salat Maghrib dulu di masjid dekat lokasi acara sebelum kemudian memesan mobil online. Di rumah, tak henti aku bersyukur. Pengalaman hari itu menambah wawasan aku seputar area kewanitaan. Aku juga dapat wawasan tentang teknik fotografi dan dapat bonus juga dari Hijup. 3 Kerudung basic dari Hijup begitu serasi dengan produk Softex Daun Sirih dalam bingkisan yang kupajang di meja riasku. Lebih dari itu, aku bersyukur, punya teman-teman se-passion di Female Blogger of Banjarmasin (FBB).

Setelah ini, aku lebih yakin melangkah menapak hari-hari esok. Softex Daun Sirih menjadi teman baikku untuk hari ceria yang lebih bersih dan sehat. Sementara Hijup membuatku yakin hijab adalah kewajiban setiap muslimah, ia bukan penghalang untuk kita tetap tampil modis dan keren karena ada banyak pilihan di Hijup.  Selain itu, tentu saja menulis bersama teman-teman FBB adalah pilihan yang masih paling keren untukku. [] Nai





Nah, kalian yang pengen mencoba produk Hijup yang keren abis, ada voucher potongan belanja di HIJUP.com lho. kalian akan dapat diskon Rp50.000,00 dengan minimum pembelanjaan Rp250.000,00 catat kode vouchernya nih, HIJUPXSFTXBDJ (hanya sampai 5 agustus 2018). Jangan lupa klik gambar di bawah ini, Bismillah, semoga berjodoh yaa 😊😊😊







Selasa, 12 Juni 2018

PEKERTI untuk yang Mau Mengerti

16.22 23 Comments

:Catatan Tepi Sebuah Pelatihan

Sebelum membaca lebih jauh postingan yang satu ini, aku mau prolog dulu yaa. Postingan kali ini agak beda dari postinganku sebelumnya. Biasanya aku menulis seputar sastra (termasuk juga seni budaya), dunia perempuan dan pernik-pernik parenting alias kesibukanku sebagai emak. Kali ini, aku mau jujur. Selain sibuk berkhidmat di jalan sastra dan dunia keibuan, aku sebenarnya adalah seorang pengajar di sebuah perguruan tinggi negeri di kotaku. Yup, aku seorang dosen. Tulisanku kali ini akan berkisah sekelumit pengalamanku sebagai dosen.

Kebetulan atau Takdir?

Siang itu, aku sedang sibuk mengetik soal ujian tengah semester di ruang kerja. Para pimpinanku, Kajur dan Kaprodi silih berganti keluar masuk ruangan. Terlihat jelas mereka sedang rusuh. Sayup-sayup aku dapat menangkap hal yang sedang menjadi permasalahan mereka pada saat itu. Intinya, mereka sedang mencari dosen yang bisa mengikuti sebuah pelatihan selama beberapa hari karena dosen yang sudah ditunjuk sebelumnya ternyata tidak bisa ikut. Aku sudah tahu nama pelatihannya serta nama-nama yang ditunjuk sebelumnya dari percakapan di grup WA. Nama pelatihan itu Pekerti. Aku sendiri sebenarnya sudah pernah mengikuti pelatihan Pekerti dan mendapat sertifikat Pekerti pada awal-awal aku diterima sebagai dosen di kampusku. Sayangnya, menurut info yang kudengar, sertifikat tersebut tidak diakui.
Seingatku pelatihan bernama Pekerti itu berisi tentang cara mengajar dan mendidik yang baik dan benar seperti materi yang pernah kudapat sewaktu kuliah di FKIP. Aku berharap semoga suatu hari nanti bisa mengikuti Pekerti lagi. Selain ingin mendapat sertifikat yang diakui, aku juga ingin menambah ilmu. Aku lulus S-2 sekitar 2007. Sekarang sudah 2018. Aku benar-benar rindu suasana akademik, suasana kuliah. Mungkin ada yang iseng bertanya, mengapa tidak mendaftar S-3 saja? Hehe, aku sudah pernah mengikuti seleksi S-3 dan dinyatakan lulus di sebuah kampus. Hanya, saat itu, aku harus memilih untuk membatalkan S-3.
Aku masih asyik menekuni laptopku. Tak sedikitpun aku berharap akan ditunjuk menjadi peserta Pekerti karena aku sadar diri. Sebelumnya, aku baru saja ditunjuk mengikuti pelatihan penyusunan proposal pengabdian masyarakat dan mengikuti pula pelatihan seputar pengunggahan proposal di kampusku. Akan tetapi, entah bagaimana tak sengaja, refleks aku mendongak ketika untuk kesekian kali kajur dan kaprodi masuk ruangan. Ketika mata kami bertemu, Kajur seakan mendapat ide.
“Eh, Nai maukah ikut Pekerti?”
“Aku?” Aku bingung menjawab apa tapi aku teringat pesan suamiku, jika ada kesempatan baik yang datang padamu, jangan menolaknya. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Kalimat ini adalah motivasi terbesar dalam sejarah karirku selama ini. Seingatku, dua kali saja aku pernah menolak kesempatan baik dalam hal karir. Yang pertama, kesempatan mengikuti seleksi mengajar BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) di Polandia dan yang kedua kesempatan S-3.
Akhirnya aku menerima tawaran (:penunjukan) tersebut- terima kasih telah menunjuk aku ya Bos! Suamiku menyatakan siap menangani urusan domestik selama aku pelatihan. Alhamdulillah anak-anak bungsuku sudah tidak ditunggui lagi saat sekolah. Jadi yang perlu dipikirkan hanya soal antar-jemput dan makan siang.
“Tapi... acaranya di hotel. Beberapa hari terpapar AC seharian penuh, apa aku kuat ya?” gumamku. Aku alergi AC. Biasanya dampaknya adalah aku akan merasa sakit kepala parah, menggigil, mengantuk berat, dan mengalami nyeri di persendian. Obatnya ya tidur, istirahat dalam selimut tebal.
“Gampang, pakai jaket, bawa minyak kayu putih” suamiku selalu menyemangati, “Kamu pasti bisa!”
“Tugasnya susah ya, Bu?” aku bertanya pada temanku yang baru beberapa waktu lalu mengikuti Pekerti.
“Ah, kalau bagi yang M.Pd pasti gampang itu tugasnya...” jawab temanku. Aku sumringah. Tak sabar rasanya menanti hari pelatihan. Terlebih setelah menerima jadwal kegiatan yang menampilkan judul-judul materi. Inilah pelatihan yang kutunggu-tunggu.
Aku percaya, tidak ada yang kebetulan. Pasti Tuhan sudah merencanakan semua ini untukku.

Hari Pertama
Aku bangun lebih awal. Anak-anak cukup kooperatif pagi itu. Kepalaku sedikit pening. Aku sedang hari pertama mendapat tamu bulanan. Untuk itu aku memilih terusan hitam (jaga-jaga kalau tembus) dipadu kerudung syari seperti biasanya. Sebelum bersiap, aku masih sempat mengepel dan menjemur cucian. Yang pernah baca ceritaku tentang alergian anakku pasti paham mengapa mengepel adalah agenda penting buatku.
“Ingat, ya kalau Abah belum menjemput, tetap dalam pagar sekolah” aku mewanti-wanti si bungsu alias kembarku. Aku agak pesimis suamiku bisa menjemput tepat waktu mengingat dia juga sibuk.
Sesampainya di hotel, aku lihat sudah banyak peserta yang datang. Setelah registrasi, aku mendapat tas biru. Di dalamnya ada empat bahan pelatihan yang cukup tebal. Aku memasang tanda peserta lalu menuju ruang berlabel Mahakam. Bangku dan meja tertata apik dengan nama peserta sudah diletakkan di atas meja. Satu meja dua bangku. Aku bersebelahan dengan dosen pengajar Agama Islam. Aku bersyukur bersebelahan dengan sesama pengajar MKDU. Setidaknya kami bisa bertukar cerita. Kau tahu... menjadi dosen MKDU mempunyai suka duka tersendiri.
Acara pembukaan berlangsung khidmat. Saat menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars kampusku, aku bersemangat sekali. Maaf ya teman di samping, kalau ternyata suaraku tidak enak didengar, hehe. Sambutan demi sambutan kusimak dengan baik. Aku pikir, beruntung sekali aku mengikuti pelatihan tersebut karena dari sambutan aku mendapat beberapa info tentang pentingnya mengikuti Pekerti.
Setelah acara resmi dibuka, kami diperbolehkan menikmati kudapan. Kudapan hotel biasanya enak, kan ya? Ada teh dan kopi. Aku memilih teh. Sesi kudapan alias rehat tidak lama. Materi pertama adalah Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi oleh Prof. Dr. Ir. Gt. Muhammad Hatta,MS. Beliau keren sekali menyampaikan materi. Aku suka gayanya menyampaikan. Kupikir, beruntung sekali yang pernah menjadi mahasiswanya. Ketika sesi materi beliau berakhir dan beliau melangkah ke luar ruangan, aku sebenarnya ingin sekali menyapanya dan mengajaknya berfoto tapi sayang aku tidak berani.
Materi berikutnya adalah Penilaian Hasil Belajar yang disampaikan oleh Prof. Dr. Suratno, M.Pd. Beliau adalah Ketua LP3 ULM. Materi ini langsung menguras energi dan mengasah otakku yang lama tertidur dari hal-hal berbau hitungan rumit. Ya ampun, tugasnya bahkan berbasis statistik. Aku merasa mengalami kemunduran kerja otak. Apa karena pengaruh usia ya? Hehe, ada-ada saja yah. Aku mencoba fokus sambil menghibur diri, dulu kan waktu S-2 nilai statistik aku paling tinggi di kelas. Pasti bisa! Pasti.. tapi kok aku pusing ya? Bisa diganti dengan menulis sebuah cerpen saja tidak ya? Hehe. Baiklah, aku akan belajar lagi.

Hari Kedua
Panitia sudah berkoar-koar agar kami jangan terlambat di hari berikutnya. Aku bahkan tidak sempat mengepel di hari kedua. Salah satu anakku – satu dari si kembar – sakit. Seperti biasa, yang satunya ikut pula tidak masuk dengan alasan pusing. Satu sisi aku lega, anakku aman di rumah. Sementara para kakak sudah dewasa, bisa kupercayakan kepada gojek. Aku belum sempat membaca bahan yang dibagikan oleh panitia. Tadi malam aku meringkuk di bawah selimut bunga-bunga biruku yang sangat tebal untuk memulihkan fisikku.
Kulihat di jadwal, materinya adalah Teori Belajar dan Motivasi oleh Dr.H. Karyono Ibnu Ahmad, M.Pd. Aku merasa pede sekali menyongsong materi tersebut. Ternyata, pemateri memakai strategi tanya jawab dengan peserta. Beliau bertanya, “Teori apa yang Anda pakai selama ini dalam mengajar?” Simpel kan pertanyaannya tapi cukup untuk membuat pedeku tetiba menurun. Aku menyembunyikan papan nama di atas meja agar tidak ditanyai oleh pemateri. Malu, kan kalau M.Pd tidak bisa menjelaskan teori belajar? Hehe. Berikutnya, aku membuka-buka bahan dan yup, aku langsung ketemu jawabannya kok. Aku selama ini memakai teori humanistik.
Selanjutnya, ada materi konstruktivisme dalam Pembelajaran, Metode Pemberian Tugas dan Model-model Pembelajaran Inovatif.

Hari Ketiga
Harusnya hari ini aku ke rumah sakit, ke Poli Geriatri. Sesuai jadwal, hari ini hasil tes lab ayahku keluar dan akan didiskusikan dengan dokter. Hari ini juga anakku yang kemarin sakit harus dibawa ke dokter karena keadaannya sangat tidak baik. Betapa bingungnya aku. Sementara, untuk izin meninggalkan pelatihan selama sekian jam aku tidak berani. Panitia sudah menyampaikan kemarin, ketidakhadiran bisa mempengaruhi lulus-tidaknya kami dalam pelatihan ini. Alhamdulillah pagi itu aku mendapat solusi. Ada yang bisa menggantikanku ke rumah sakit untuk bertemu dokter ayahku. Sedangkan anakku yang sakit, dengan gagahnya berkata, “Aku tidak perlu ditemani mama ke dokter hari ini”. Lalu, kembarannya pun berkata, “Tak apa, aku hari ini sekolah sendiri”. Ini hari yang luar biasa bagi emak, euy.  Terima kasih semuanya!
Materi pertama yaitu Hakikat Metode Instruksional oleh Dr.Chairil Faif Pasani, M.Si; kemudian dilanjutkan materi Dasar-dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar oleh Prof. Dr.H. Rizali Hadi,MM. Setelah itu, materi Desain Intruksional oleh Dr. Herry Porda Nugroho P, M. Pd. Kemudian materi ditutup oleh Teori Praktik Mengajar/Pembelajaran dengan Team Teaching oleh Dr.Ir.Gt. Rusmayadi, M.Si.
Pada hari ini dipelajari tentang Androgogi terkait pembelajaran, yaitu prinsip pembelajaran pada orang dewasa mengingat mahasiswa dari segi usia sudah bukan anak-anak lagi. Mengajar orang dewasa tentu tidak sama dengan mengajar anak-anak. Ada hal-hal khusus yang harus dipelajari oleh dosen untuk menjadi pengajar yang berhasil. Ini nih yang kumakud dengan Pekerti untuk yang mau mengerti. Sementara itu, dalam pembahasan desain instruksional disebutkan ada tiga tahap dalam kegiatan instruksional, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan. Dosen hendaknya dapat mengidentifikasi kebutuhan program pembelajaran, dapat merumuskan tujuan instruksional, dapat melakukan analisis instruksional. Peserta latihan membuat RPS dengan menerapkan tujuan instruksional umum dan khusus. Di samping itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran diperlukan juga team teaching. Team teaching yang dimaksud terdiri beberapa jenis.
Kira-kira pukul 11, telpon selulerku berbunyi. Ada panggilan dari guru anakku. Oh, tidak, anakku yang sekolah, muntah di sekolah. Suamiku menjemputnya dan akhirnya lengkap dua-duanya kembarku di rumah dalam keadaan sakit.

Hari Keempat
Hari keempat aku kaget karena tempat duduk kami berubah tapi syukurlah teman di samping tetap sama. Bagus juga sih ide memindah tempat duduk ini. Suasana alias sudut pandang kita jadi baru lagi. Materi pertama di hari terakhir adalah Implementasi KKNI/SNPT pada MK (RPS). Materi ini sangat aktual menurutku. Pas sekali dengan kebutuhan kami saat itu. Aku sendiri sudah pernah membuat RPS setelah mengikuti pelatihan dan workshop kurikulum terkait RPS sesuai KKNI.
Yang paling menarik di sesi ini adalah ketika pemateri membagi kertas warna-warni berperekat untuk kami membuat desain instruksional mata kuliah kami masing-masing. Mau lihat hasil rancanganku?


Sesi selanjutnya paling menyenangkan sekaligus mendebarkan, yaitu Praktik Mengajar Mikro Paralel. Kami dibagi menjadi tiga kelompok besar dengan masing-masing satu pemateri. Dalam ruangan masing-masing (aku di ruang Kahayan) kami bergiliran mengajar di depan peserta lain. Aku sudah sering menjadi pemateri alias pembicara di hadapan berbagai audiens. Mulai anak-anak, remaja, mahasiswa hingga para guru SD, SMP, SMA, ustadz-ustadzah ponpes pernah menjadi audiensku. Tapi hari itu aku harus mengajar di depan rekan sesama dosen kampusku? Oh, kurasa ini akan jadi pengalaman yang takkan terlupakan. Aku sempat nervous sampai sakit perut lho!



Aku memilih materi Ejaan. Teman-teman ku-setting sebagai mahasiswa. Aku membuka materi dengan apersepsi alias prolog istilahnya kalau dalam pertunjukan. Mula-mula aku bertanya adakah yang masih di luar kelas. Suasana mulai cair setelah sebelumnya agak tegang. Aku mengucap salam, meminta salah seorang memimpin doa, lalu mengabsen mereka. Aku menyuruh mereka menulis, mengerjakan latihan dariku. Instruksinya adalah “Tulislah kalimat yang ibu ucapkan! Ibu hanya mengulang dua kali, ya.” Lalu aku mengucapkan lima kalimat. Setelah menulis, lembar tugas kusuruh tukarkan dengan teman di samping untuk dikoreksi. Beberapa ternganga tidak percaya kalau aku akan menyuruh mereka ini-itu. Oiya, hasil koreksiannya... semua salah! Bagaimana tidak salah.. kalimat yang mereka tulis rata-rata tidak memenuhi kaidah sebuah kalimat. Sebuah kalimat harusnya diawali oleh huruf besar dan diakhiri oleh tanda titik atau tanda tanya atau tanda seru. Belum lagi koreksian ketentuan Ejaan lainnya. Sebagian besar tertawa dan tersenyum simpul.
Akhir yang mengesankan bagiku. Aku pulang membawa sertifikat sebagai tanda sudah menjadi peserta Pekerti. Di depan pintu terpampang rekap kehadiran peserta. Syukurlah kehadiranku aman. Kami pulang membawa tugas-tugas untuk selanjutnya bisa mendapatkan sertifikat tanda lulus Pekerti. Tugasnya tidak gampang, lho tapi aku yakin pasti bisa. Sayang kan sudah ikut pelatihan tapi tidak berusaha mendapatkan sertifikat tanda lulus? Oiya, setelah Pekerti ini pengen deh rasanya aku ikut pelatihan selanjutnya seperti AA (Aplied Approach) dan lain-lain.
Di rumah, aku semangat sekali menceritakan pengalamanku selama pelatihan kepada suamiku. “Kau tahu, semua materinya penting dan menyenangkan. Aku merasa mendapat air dingin di tengah gurun. Lama sekali aku tidak menemukan suasana seperti itu,” celotehku. Kalimat suamiku ketika menanggapi cerita panjangku membuatku tertegun. “Sudah saatnya kamu S-3”[] Nai.