Senin, 28 Januari 2019

3 Destinasi Wisata di Kabupaten Hulu Sungai Tengah

10.12 6 Comments

Hulu Sungai Tengah merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Selatn dengan ibu kota bernama Barabai. Kota Barabai dikenal sebagai kota apam karena salah satu kuliner khasnya adalah kue apam. Kabupaten ini memiliki banyak sekali tempat wisata alam yang dapat dikunjungi. Berikut akan kuceritakan pengalamanku mengunjungi 3 destinasi wisata yang ada di HST.
Berawal dari keinginan mengusir penat setelah menjalani rutinitas dan berharap menemukan inspirasi baru dalam hidup, serta sekelumit data bagian risetku,  aku menghubungi salah satu teman baikku di HST. Aku meminta rekomendasi tempat yang dapat kukunjungi serta menjelaskan dengan rinci tujuan alias visi misiku ke sana.

Aku berangkat ketika sore hampir menjelang. Hari itu, aku sengaja berangkat sendiri dan memilih menggunakan angkutan umum. Kami di sini menyebutnya taksi kol (dari kata Colt). Aku tidak mencarinya di terminal melainkan menunggu alias menghadang di sepanjang jalan. Biasanya ada saja taksi kol yang balaurut. Balarut artinya mobil tersebut tidak mangkal di terminal tapi mencari penumpang sambil jalan.

Perjalanan menuju Barabai dari ibu kota provinsi (Banjarmasin) memakan waktu sekitar 4 atau 5 jam.  Untuk perjalanan ini, aku membayar Rp60.000,00. Aku tiba di Barabai ketika hari sudah malam dan menginap di rumah temanku di Komplek Murakata Muhibbin di daerah Mandingin. Jika kamu hendak mencari penginapan yang pas dengan kantong backpacker aku sarankan kamu memilih hotel Bhima yang terletak di kawasan Pasar Tradisional Barabai.

Petualangan dimulai sejak pukul 08.00 waktu setempat. Dari kawasan Mandingin, aku dan temanku memilih menggunakan transportasi motor menuju destinasi pertama. Kami ditemani oleh remaja setempat yang tidak lain adalah murid temanku sendiri. Seorang ABG manis dan ramah bernama Alif.

Persiapan kecil sebelum petualangan
Karena destinasi yang aku kunjungi ini semuanya bertema sungai alias air, perlengkapan yang wajib dibawa adalah baju ganti dan kantong plastik besar (jika kamu rasa penting, kamu juga bisa bawa handuk). Perlengkapan lainnya standar aja. Aku bawa apa? Ini nih bawaanku:

  1. Dompet
  2. Hp, charger, power bank
  3. Seperangkat baju ganti (beserta pakaian dalamnya tentu saja) dan kerudung serta kaos kaki cadangan
  4. Poket skincare dan make up praktis (pelembab, sun screen, bedak, lipstik)
  5. Minyak kayu putih
  6. Sedikit cemilan

Nah, semua perlengkapan itu aku masukkan dalam kantong plastik besar baru aku masukkan dalam ransel.




Wisata Arung Jeram Nateh


Nateh merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten HST. Perjalanan menuju Nateh sangat menyenangkan. Hujan tadi malam menyisakan hawa sejuk di pagi hari. Pemandangan yang alami membuat mata kita dimanjakan olehnya dan memberi rasa damai di hati. Setelah naik motor kurang lebih 45 menit, kami sampai di destinasi pertama, yaitu wisata Arung Jeram Nateh. Selain warung, di sini terdapat fasilitas umum seperti WC dan empat ganti baju.




Kami datang sebagai pengunjung pertama hari itu. Setelah membayar parkir @Rp5.000,00 kami duduk-duduk di sekitar lokasi sambil menunggu persiapan arung jeram yang dilakukan oleh pengelola. Aku dan temanku membayar Rp150.000,00 untuk merasakan sensasi arung jeram di Nateh. Dengan uang sebesar itu kami mendapatkan satu perahu karet beserta dayungnya tidak lupa satu orang pengelola yang mendampingi kami selama arung jeram. Ia mendayung untuk kami. Sebelumnya, kami diantar pakai mobil menuju rute awal arung jeram.  Rompi pelampung serta helm kami pakai sebagai bagian SOP menikmati wahana ini.




Menyenangkan sekali menyusuri sungai dengan arus yang sedang-sedang saja di pagi hari. Sepinya suasana pagi itu membuat hati tenang. Rasanya Nateh hanya milik kami, hehe. Kiri kanan sungai kita bisa melihat pemandangan yang sangat alami. Pohon, gunung batu, serta sebagian ladang milik warga. Beberapa kali kami harus merunduk ketiaka melewati pohon paring. Aku mencoba ikut mendayung. Gayaku mendayung ditertawakan oleh temanku. "Kamu membuat paman susah, dayungmu berlawanan arah dengan paman," Aku tertawa juga. Kulihat si paman tersenyum simpul. Kupikir, ia terlalu muda dipanggil paman, hehe.







Rute arung jeram berakhir di tempat kami memarkir motor tadi. Kulihat pengunjung lain mulai berdatangan. Beberapa di antaranya kami kenali sebagai para seniman yang sedang menggelar rangkaian acara #Savemeratus.




Menutup agenda di destinasi ini, aku menikmati secangkir kopi hangat di warung yang sudah buka pagi itu di Nateh. Rp5.000,00 untuk kehangatan kopi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata sensasinya. Di perjalanan pulang, kami sempat membeli manggis dan pempakin yang dijual oleh penduduk setempat di depan rumahnya. Saat ini sedang musim buahJ

Riam Bajandik



Destinasi kedua adalah Riam Bajandik. Kami tidak lagi bersama Alif tapi bersama Rezqie, sastrawan HST. 


Kami ke sini setelah rehat sebentar untuk makan siang, mandi, ganti baju dan sholat dhuhur. Kali ini, kawanku memilih menggunakan mobil. Untuk masuk ke lokasi wisata yang satu ini, kami harus memarkir mobil agak jauh agar tidak terjebak macet. 



Entah mengapa, saat itu pengunjung sedang banyak-banyaknya. Di kiri kanan jalan, para pedagang buah menggelar dagangannya (kedua temanku pesta durian di tepi jalan, sementara aku hanya memamdangi mereka dengan tulus, hehe. Aku tidak suka durian). Selain pedagang buah, terdapat juga pedagang mainan dan pernik-pernik lainnya. Jika kamu sedang ingin sendiri dan ingin suasana yang tenang dan damai, aku sarankan kamu putar balik.



Untuk menikmati tempat ini, setelah memarkir kendaraan aku dan temanku menyusuri jembatan gantung yang menghubungkan kita dengan dataran di seberangnya. Kata temanku, kemungkinan terbesar inilah sebabnya destinasi ini disebut Riam Bajandik. Bajandik berarti bergoyang atau berayun-ayun. Jembatan gantung itu akan bergoyang/berayun-ayun ketika kita lewat di atasnya. Sensainya beberapa saat akan masih kita rasakan walaupun kita sudah tidak di atas jembatan lagi.
Karena tempatnya sangat ramai, kami tidak jadi berenang di situ.


Manggasang
Dari Riam Banjadik, kami menuju Manggasang. Manggasang terletak di kawasan Batu tunggal, Hantakan. Kita tidak perlu membayar tiket masuk, pengunjung hanya membayar parkir. Tersedia penyewaan ban besar untuk pengunjung. Ada tempat ganti baju dan mushola kecil di sini. Tempat ini relaif aman untuk anak-anak asal di bawah pengawasan orang tua. Kita bisa bermain air dan berenang sepuasnya di sini. Babatuan di dasar sungai membuat tempat ini sangat terasa kealamiannya.


Kali ini kami menemukan destinasi yang tepat dan sesuai dengan visi misi, haha. Pengunjungnya tidak terlalu banyak. Sungainya relatif jernih, sedikit berarus, pemandangan juga indah. Aku melepas kaos kaki dan merendam betis di air sungai sambil ngobrol dengan Rezqie. Sementara temanku Rahme, asyik berendam di sungai. Kulihat pengunjung lain asyik berenang bersama keluarga. Puas menikmati kesegaran air sungai, kami beranjak ke warung tepi Manggasang. Kami masing-masing memesan semangkok mie instan dan dua gelas teh (hangat dan es). Jika beruntung, di sini kita akan menemukan penjual jagung bakar. Manggasang menjadi tempat terakhir yang kami kunjungi. Kami kembali ke rumah Rahme ketika azan maghrib berkumandang.

Aku pulang

Aku pulang menggunakan angkutan umum lagi. Kali ini aku menghubungi sopir taksi  kol (sekali lagi, kalian yang bukan orang Banjar jangan membayangkan ini semacam taksi blue bi*d atau sejenisnya ya) dan minta dijepmut di rumah temanku.  Aku memilih taksi kol keberangkatan paling awal, yaitu pukul 03.00.

Pukul 02.00 sopir menelpon aku memberitahu agar aku siap-siap.  Keren ya?!
Tidak lama setelah itu, aku dijemput. Di dalam mobil sudah ada satu penumpang. Kami kemudian menjemput penumpang lain satu per satu,
Aku berusaha menahan kantuk agar tidak tertidur sepanjang jalan, ternyata aku gagal. Aku tertidur dan terbangun ketika mobil berhenti tepat di depan sebuah langgar. Kami semua turun untuk melaksanakan ibadah sholat subuh.



Satu per satu penumpang turun. Salah satunya ada yang kami hantarkan di bandara Syamsuddin Noor. Oiya, perjalanan Barabai – Banjarmasin merupakan perjalanan yang melewati beberapa kabupaten lain seperti Tapin, HSS, Banjar dan Kota Banjarbaru.
Tidak lama kemudian, mobil berhenti. Ada yang mau turun lagi. Lalu sopir bertanya padaku, “Pian turun di mana?”
“Di Banjarmasin” jawabku mantap.
“Ini sudah di Banjarmasin.” Jawab sopir.
Aku kaget. Rasanya sebentar banget perjalanan pulang. Hari masih terlalu pagi.
Akhirnya aku turun sebelum terminal. Aku melanjutkan perjalanan menggunakan ojek yang mangkal di tepi jalan. Di atas motor tak henti aku bersyukur bisa pulang dengan selamat di hari Senin. Kautahu hari Senin? Ya, hari kerja! Selamat bekerja kembali, Nai [].