Jumat, 26 Juni 2020

Amsterdam dan Angin yang Mengirimkan Salam: Sebuah Catatan untuk Buku Cinta Jangan Selesai Karya Yose S. Beal

01.51 0 Comments

oleh Nailiya Nikmah



Aku merasa kautinggalkan
Harus berjalan sendirian membuatku ketakutan
Aku berlari di musim dingin tidak juga menghindari cintamu
Yang tiba-tiba tumbuh subur di setiap relung hatiku
Tetapi kedua kaki dan juga detak jantungku
Mengirimkan tanda untuk menguji kekuatanku
Meski hanya dalam hati bisakah kau mendengarnya?*


Pendahuluan

Jika ada yang bilang buku adalah jendela dunia dan mata adalah jendela hati, maka puisi adalah kedua-duanya. Ia jendela dunia sekaligus jendela hati. Setidaknya itulah yang tergambar dalam Puisi-puisi Yose S. Beal (YSB) di buku Cinta Jangan Selesai. Buku terbitan Garudhawaca, Yogyakarta 2020, berisi puisi YSB dan rekan-rekannya (lima penulis lainnya, yaitu iLuz, Nora Lelyana, Septi AS. Abdullah, Naidee, HE Benyamine).

Sebagai seorang pelari dalam makna denotatif, keberadaan puisi-puisi yang ia tulis adalah sebuah cara bagi YSB untuk mengomunikasikan segala macam pemikirannya yang silih berganti seiring dengan perjalanan (:pelarian) yang ia lakukan.  Pemikiran yang berlompatan terlihat dari susunan puisi dalam buku ini jika kita mengamati titi mangsa. Puisi-puisi dalam buku ini merupakan puisi yang intens dicipta dari rentang waktu 2015 hingga 2019. Buku atau kumpulan puisi ini mencoba mengomunikasikan segala sesuatu yang ia alami dan rasakan sejak 2007 ketika ia menjadi pembaca puisi jalanan.

Teori dan Pendekatan

Komunikasi adalah dasar kehidupan. Manusia melakukan komunikasi untuk memenuhi beragam keperluan. Kita bahkan melakukannya tanpa menggunakan teori atau metode tertentu. Itu sebabnya, komunikasi disebut ilmu sekaligus seni (Ruben, 2014).

 Teori sastra kontemporer yang berhubungan dengan hal ini adalah teori Formalisme Rusia-nya Roman Jakobson. Ketika menitikberatkan antara bunyi dan makna dalam sastra, Jakobson menyimpulkan bahwa bunyi dan makna diantarai oleh perbedaan, yang disebut sebagai ciri khusus. Dia memandang bahasa sebagai suatu sistem makna. Ciri khusus tersebut menjadi salah satu bagian yang tak terubahkan dalam sistem komunikasi itu sendiri. Inilah awal dari teori komunikasinya, bertitik tolak dari fenomenologi Husserl, dia tidak pernah menyimpang dalam mempertahankan model bahasa sebagai sarana pengiriman pesan dari pengirim ke penerima. Pengirim dan penerima merupakan entitas psikologis, membentuk bagian sistem yang paling penting. Mulanya yang menjadi kajian utama Jakobson adalah puisi dengan adanya fungsi puitik. Selanjutnya dikembangkannya sehingga ia menjadi seorang teoritikus pertama yang menjelaskan adanya komunikasi dalam teks sastra. Istilah fungsi mengacu penempatan suatu karya sastra dalam suatu modul komunikasi yang meliputi relasi antara pengarang, teks dan pembaca. (Syuropati dan Agustina Soebachman, 2012:17).

Dalam teori komunikasi pada bagian asas-asas komunikasi manusia terdapat beberapa aspek komunikasi yang tidak terlihat, di antaranya adalah referensi diri dan refleksivitas diri. Referensi diri mengandung makna bahwa komunikasi antarmanusia sangat mengacu pada kehidupan diri sendiri dan bersifat otobiografis. Apa yang kita lihat dan kita katakan tentang orang lain, pesan, dan acara di lingkungan akan selalu juga mengatakan banyak tentang kita seperti halnya tentang mereka. Pada aspek refleksivitas diri individu dimungkinkan untuk melihat diri mereka sebagai “diri”, sebagai bagian lingkungan atau sebagai bagian lingkungan atau sebagai bagian yang terpisah dari lingkungan. Dari refleksi diri, kita mampu untuk berpikir tentang pertemuan kita dan keberadaan kita, tentang komunikasi dan perilaku manusia (Ruben & Lea P. Stewart).

Pembahasan
Jiwa YSB seperti langit dipenuhi awan yang berisi benih-benih hujan. Puisi-puisinya dalam buku CJS adalah deraian hujan yang tak bisa dibendung-bendung. Banyak yang ingin ia sampaikan tapi tidak semua bisa diucapkan. Puisi-puisi adalah caranya mengomunikasikan semuanya. Ada banyak puisi di sini yang merekam dialog sebagai upaya penyampaian pesan-pesan untuk seseorang yang entah, yang menggunakan diksi kau.

1.    Puisi yang Berlari
Membaca karya-karya YSB dalam Cinta Jangan Selesai, kita akan menemukan spirit, semangat dan optimisme dalam menghadapi kehidupan. Pada sampul belakang, di bagian biodata penulis buku (YSB) ditemukan frase penulis yang pelari. Dia juga tertera di situ sebagai pembaca puisi jalanan. Informasi-informasi kecil yang sepertinya remeh ini dalam sebuah buku puisi tidak bisa diabaikan. Ini seolah menjadi semacam jembatan bagi pembaca untuk bisa terhubung dengan aku lirik; berusaha menemukan apa yang sebenarnya sedang berusaha dikomunikasikan oleh pengarang atau penulis tersebut. yang menghubungkan pengarang, puisi, dengan aku lirik.

 Sedikitnya ada 15 lokasi berbeda menjadi tempat persinggahan YSB dalam menuangkan gagasan. Buku ini sebuah personifikasi atas diri YSB. Aku lirik sebagai bagian dari teks sastra dalam buku CJS sesungguhnya tengah melakukan sprint di arena marathon. Ia berlari dengan kecepatan yang biasa dipakai oleh para sprinter tapi ia lupa ia tengah berada dalam arena marathon. Bahkan jika ia punya kekuatan super sekalipun ia akan kelelahan sebelum tiba di garis finish.

Aku lirik mulai berlari dari Surabaya dalam “Persemaian” (hlm 3) dimulai dari ingatan tentang kisah yang telah lama menjadi masa lalu tetapi menjadi dekat sedekat hari ini. Akan berapa lama lagi semua kenangan bertahan? Sebuah pertanyaan yang paling sulit untuk dijawab menjadi pembuka buku ini. Selanjutnya semua kisah berlarian, berjatuhan seperti rinai hujan.

2.    Referensi Diri

CJS seperti menu lengkap dalam sebuah sajian. Di antara puisi-puisi tentang perasaan cinta dan semacamnya, terdapat beberapa puisi yang bertema nasionalis. “Inilah Wajahku”, “Janji Merdeka”, “Karnaval Proklamasi Ibu Pertiwi” dan “Negeri Tanpa Janji” di antaranya.

“Inilah wajahku” menjadi sebuah referensi diri dalam komunikasi yang sedang dilakukan YSB.  Apa yang YSB lihat dan ia katakan tentang negaranya (Indonesia) pada akhirnya  membuat aku lirik harus mengatakan bahwa itu memang wajah cintanya .../Indonesia adalah/ kaleng berisi sabu yang disimpan di bawah ijasah palsu/ tapi tak akan kutukar/ merah putihku dengan puluhan bintang/ karena itulah wajah cintaku//.

Lalu pada Pohon Hidup (hlm 97) .../cinta memerdekakan/ hidup harus ditunjukkan/.../Akuilah diri kita/ kau terima aku apa adanya/....merupakan bait yang memggambarkan sebuah referensi diri.


3.    Refleksivitas Diri

Aspek refleksivitas cukup banyak dalam CJS. Barangkali, inilah yang menjadi pilihan-pilihan manusia dalam aktivitas komunikasinya. Aku lirik dimungkinkan untuk melihat diri sebagai “diri”, sebagai bagian lingkungan maupun sebagai bagian yang terpisah dari lingkungan. Dari refleksi diri ini aku lirik mampu untuk berpikir tentang pertemuan-pertemuan yang ia alami dan keberadaan dirinya, serta tentang komunikasi dan perilaku manusia. Memilih diam dan kesedihan setelah diam menjadi pilihan dalam fase refleksivitas.

.../namun jika nanti ternyata dia mencariku/.../meski negeriku diam tak bersuara// (“Negeri Tanpa Janji”, hlm 99). Puisi ini bicara tentang seberapa berharga aku lirik bagi negeri ini, sebuah refleksivitas diri yang sangat elegan.

Tercantum pula dalam “Mari Kita” ...kita tak bersuara hanya ada suara hati/.... serta pada “Karnaval Prolamasi Ibu Pertiwi”(hlm 102), ...(Aku juga berteriak: merdeka!!!/ Meski hanya dalam hati,/ bisakah kau mendengarnya?)//. Hal yang serupa juga bisa ditemukan pada “Berjalan Di Desa Weesp” (hlm 152) ...Jika nanti sekali saat engkau tanyakan/ Jika nanti sekali saat kau ingin tahu/ Maka hanya jawaban jujur yang ada/ Meski itu tak bersuara dan tak kau dengar apa maknanya/ ....

4.    Melepaskan Diri dan Jalan Keluar

Apakah masalah terbesar manusia? Pengkhianatan, ketakutan, kesedihan, kesendirian, kegalauan, gagal move on, ketidakmapanan, kehilangan orang tercinta, kehilangan pekerjaan, kehilangan jati diri, ketidakwarasan, kehilangan kemerdekaan, ketidakbahagiaan? YSB pelari yang gesit dan energik ini pun tidak lepas dari semua itu. .../Mataku perih menangis kehilanganmu/...(“Mencari Apa”, hlm 21)

Sudah kuduga akan begini/ memang bebal membuat rasa sakit di hati/ sisa-sisa kisah jangan dikenangkan lagi/ bisakah berjalan sendiri?// (“Menunggu Armagedon”, hlm 40)

Waktu yang kami rampas diminta kembali oleh pemiliknya/.../senyuman kami yang terakhir kali saling tersungging begitu saja/ tiba-tiba menjadi begitu lapar sangat terasa// (“Duduk Berdua”, hlm 41).

Akan tetapi “Pintu Biru yang Ragu-ragu” mewakili kesedihan yang tidak membuatnya harus kehilangan sisi gentleman. Bacalah dengan lengkap puisi tersebut dan berhentilah pada bagian ini .../Sesungguhnya kamu di mana?/Tanganku mulai lemah membawa tas kain penuh cinta/ jadi benar semua ini telah menimpaku?/....

Liliweri (2009) menyebutkan bahwa kadang kita berkomunikasi untuk melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Seberapa banyak di antaranya yang bisa kita selesaikan dengan memperbaiki komunikasi? Dalam “Ketika Kita Sendirian” (hlm 95), aku lirik menceritakan kembali dialog-dialognya dengan kau. /Aku merasa kau tinggalkan/ harus berjalan sendirian membuatku ketakutan/.../Ketika kau menjawab bahwa selama ini kau juga sendiran tiba-tiba aku punya keberanian/.../kini aku mengerti bahwa kita tidak pernah sendirian//. Aku membuka ruang komunikasi dengan si kau dalam kesendirian yang membuatnya ketakutan namun setelah itu ia mampu menyelesaikan masalah yang ia hadapi. Bahkan ketika hal paling buruk terjadi, dalam “ Lambaian Berpisah (hlm 6), aku lirik menemukan sebuah pencerahan yang ia komunikasikan kepada kita sebagai pembaca. Jangan risau jika kalian sendiri atau disendirikan/ karena saat sendiri atau bersama/keduanya sesungguhnya sama saja/....

5.    Relasi dan Pilihan Berharga

Dalam pengantarnya di buku ini, YSB menyatakan bahwa “Menulis adalah ekspresi perasaan, hakekatnya adalah wujud kebebasan.” Menulis dan berlari menjadi pilihan YSB mengomunikasikan seluruh jiwanya. Tidak salah lagi, CJS adalah dialog batinnya kepada orang-orang terdekat, kepada orang asing di luar sana, kepada kita semua. “Izinkan Aku berlari” (hlm 141) menjadi sebuah moment gunting pita yang meresmikan dua pilihan hidupnya. Pilihan hidup yang salah mempertemukannya dengan lima rekan spesialnya,  dalam buku Cinta Jangan Selesai ini.  

“Terbakar Tumbuh Kembali” (hlm 54) oleh HE Benyamin; “Kupu-kupu” (hlm 173) oleh iLuz; “Hidup adalah Pilihanku” (hlm 145) oleh R.A. Nora Lelyana; “Sebuah Kisah Akhir Jalan” (hlm 105) oleh Septi AS Abdullah; dan “Rubuhnya Aksara Angka 9 – 0” (hlm 32) oleh Naidee adalah harmoni, menjadi warna-warni yang bersinergi satu sama lain dalam CJS. Ada benang merah yang bisa ditemukan dari puisi-puisi tersebut yang akan membuat mereka saling mencerahkan satu sama lain.

Pencerahan demi pencerahan ditemukan oleh YSB setelah melewati masa-masa berlari. Bukan, ini bukan berarti ia berubah jadi malaikat yang tak beremosi. Ia masih memiliki rasa susah dan sedih .../ Saat itu hati susah dan airmata berlomba menguasai hari-hariku/.../ Ternyata aku masih bisa merasa susah saat kau tidak memililihku/.../Tapi aku sudah terlatih untuk tidak berkeluh kesah/ Di usiaku yang lewat senja sudah/.... (“Cerita Pohon Jambu, hlm 175) bentuk kontemplasi yang sempurna sebagai seorang manusia. Puisi ini menuturkan sebuah kejujuran bahwa sedih, susah, dan air mata tidak mengenal gender bahkan usia.

Air yang tergenang akan menjadi sarang penyakit, begitu kira-kira sebuah nasihat tentang betapa kita seharusnya bergerak, berubah, berkelana. Dalam “pelarian-pelariannya” YSB mendapatkan begitu banyak hal berharga. Yang paling berharga ia temukan dalam “pelarian”nya dari Amsterdam ke Praha, Cheko.
 .../Kemudian angin mengirimkan salamnya/ Bahwa keinginan itu, seperti air yang akan mencari jalannya/.../Orang besar bisa menerima kebahagiaan orang lain tetapi/ Tidak semua orang bisa menjadi orang besar// Bebas adalah tidak memelihara takut/ Perasaan takut, khawatir, harus dibuang/ Untuk menguji seseorang yang tulus atu tidak maka/ Kita harus yakin bahwa mereka menerima kita apa adanya//. (“Perjalanan Amsterdam ke Praha, Cheko”, hlm 169). Cuplikan bait ini adalah tujuh mutiara YSB. Mutiara yang ia ronce selama perjalanan 12 jam di atas bus menjadi sebuah gelang cantik or something. Tujuh hal penting yang mungkin baru terekstrak selama ia berlari di dataran Eropa, lebih tepatnya di Amsterdam.

Epilog
Apa yang terjadi di Amsterdam sebelum ia ke Praha, biarlah menjadi kisah lain di kemudian hari. Yang jelas, ketika angin mengirimkan salamnya, YSB kemudian menitip satu pesan singkat bagi pelari lain dalam kehidupan ini: Cinta Jangan Selesai! []Nai, Zona merah, Siang Malam Juni 2020 ditemani Suraj Huwa Madham dan Full Album Naff The Best of


Referensi
Liliweri, Alo. 2009. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya.Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
Ruben, Brent D. 2014. Komunikasi dan Perilaku Manusia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syuropati, Mohammad A. dan Agustina Soebachman. 2012. 7 Teori Sastra Kontemporer & 17 Tokohnya. Yogyakarta:In AzNa Books.

*Cuplikan beberapa puisi YSB dalam CJS


Disampaikan pada peluncuran dan bedah buku CJS, 27 Juni 2020.


Sabtu, 20 Juni 2020

Miniso PINK Melbourne Pink Lake Perfume

12.55 0 Comments
Sudah lama aku tidak memposting review produk. Kali ini aku me-review parfum yang kubeli beberapa waktu lalu.

Ceritanya, aku lagi pengen mengubah suasana hati biar lebih semangat dan fresh. Nah, kalau aku, salah satu caranya adalah dengan aroma terapi alias bau-bauan. Cara paling simpel ya melalui parfum atau wewangian yang aku pakai.

Singkat cerita aku beli parfum ini nih.

Namanya PINK, MELBOURNE PINK LAKE PERFUME, isi 50ml.


Asyiknya:

Packaging alias kemasannya lucu banget. Sweet banget di mataku.

Parfum ini pakai kotak karton berwarna pink ke arah peach dengan sedikit list putih di bagian depan. Sisi depan sangat simpel. Ada tulisan merk parfumnya beserta keterangan jumlah isi. Di sisi kiri kanan ada keterangan product name, product featured, ingredients, expiration date, batch number, how to use, storage and caution. Ada barcode dan logo-logo terkait peduli lingkungan.

Setelah dibuka, bagian dalam masih ada karton pelindungnya. So, parfum aman terlindungi.




Botol parfum sangat cantik berbentuk persegi empat alias balok terbuat dari kaca berwarna pink bening polos, di bagian belakang ada motif polkadot alias bulatan-bulatan warna pink. Penutupnya kaca mika bening yang cukup tebal. Tampilan yang sangat kece memberi kesan elegan tapi simpel.  Cocok buat menghiasi meja rias kamu. Untuk dibawa-bawa juga keren.




Aroma
Aromanya manis tapi lembut, memberikan kesan feminim tapi kuat bersemangat. Sangat cocok dipakai di pagi hari setelah mandi pagi sebelum beraktivitas atau ketika bersantai di sore hari saat kita memerlukan aroma yang menenangkan.

Aku suka parfum ini. Kalau kamu?



Jumat, 19 Juni 2020

Dalgona Rumahan Simpel Pakai Mixer

10.39 0 Comments
Waktu pertama kali minuman varian kopi bernama Dalgona ini muncul dan viral, aku sudah mencoba bikin dan memposting di status FB. Saat itu, aku membuat menggunakan pengaduk atau pengocok manual. Lumayan lelah hayati, hehe. Lelahnya langsung terbayar setelah bisa dapat satu konten foto yang keren.

Nah, beberapa hari kemarin, paksu pulang bawa Mixer listrik. Anak-anak heboh langsung minta buatkan dalgona yang pakai Mixer. Karena kesibukan aku, hari ini baru bisa mengabulkan permintaan mereka.



Namanya juga dalgona rumahan, jangan bayangkan seideal di kafe-kafe ya.

Bahan yang aku pakai, (sengaja nyebut merk biar teman-teman tahu aku bikin gak seperti orang-orang):

1. 2 sachet susu Zee varian vanilla.
2. 2 sendok sedang kopi Indocafe.
3. 4 sendok makan gula putih.
4. Air dan es batu.

Cara membuat ala aku:
1. Susu seperti biasa diseduh dengan air hangat dan aduk sempurna. Tambahkan air putih dingin. Jika suka manis, tambahkan gula secukupnya. Kalau aku, satu sachet bisa untuk dua gelas.

2. Masukkan es batu ke dalam setiap gelas susu.

3. Mixer kopi dan gula bersama sedikit air.




4. Setelah warnanya mulai coklat muda dan terlihat seperti busa atau buih di lautan (kangen pantai), berarti sudah oke. Btw, karena aku pakai kopi yang bukan kopi merk itu tu.. kayaknya kurang mengembang deh. Aku sih gak terlalu penting soal itu. Yang penting rasanya. Hehe.

5. Setelah selesai, sendokki hasil mixeran kopi dan gula tadi ke setiap gelas. Dalgona siap dinikmati bersama sepotong brownies.




Selamat mencoba ya.


Selasa, 09 Juni 2020

5 Langkah Penting Menyiapkan Kampus Menuju Kenormalan Baru #FBBKolaborasi

19.40 15 Comments

Oleh Nailiya Nikmah





Setelah berbagai istilah muncul terkait pandemi covid-19, kini muncul istilah lainnya yaitu new normal. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini disebut kenormalan baru. Istilah new normal dalam konteks Covid-19 merupakan sebuah istilah yang mewakili suatu konsep langkah percepatan penanganan covid-19 dalam bidang sosial, ekonomi dan tentu saja kesehatan. (Istilah ini juga yang menginspirasi FBB Kolaborasi kali ini).

Presiden telah meminta seluruh jajarannya untuk mempelajari kesiapan penerapan new normal alias kenormalan baru di Indonesia. Tidak semua negara, wilayah atau daerah langsung bisa menerapkan kenormalan baru. Ada berbagai pertimbangan dan kriteria sebelum era yang baru ini diterapkan. Menurut WHO salah satu kriteria suatu negara boleh menerapkan new normal adalah negara yang bersangkutan terbukti mampu mengendalikan penularan covid-19.

Penerapan kenormalan baru juga harus diiringi dengan kedisiplinan protokol kesehatan yang memerlukan peran dan kerja sama berbagai pihak. Yang perlu disadari bersama adalah kenormalan baru tidak sama dengan normal. Ada banyak hal yang berubah. Ada banyak kebiasaan baru yang harus kita tanamkan dan lakukan. Ini tidak mudah. Butuh kemauan, kedisplinan, kerelaan dan kesadaran yang tinggi dari seluruh lapisan masyarakat.

Civitas akademika alias masyarakat kampus merupakan salah satu kelompok atau lapisan dalam struktur masyarakat kita. Kelompok ini merupakan kelompok orang-orang yang dekat dengan dunia ilmu pengetahuan dan informasi. Jadi, sudah seharusnya menjadi contoh pelaksanaan kenormalan baru yang baik dan benar kerika nantinya era ini diterapkan.

Nah, apa saja yang harus dilakukan ketika kampus hendak menerapkan kenormalan baru? Berikut persiapannya versi Tatirah di nailiyanikmah.com yang ditulis dalam rangka FBB Kolaborasi edisi Juni 2020.

Memastikan bahwa kampus merupakan zona aman

Memastikan status zona kampus adalah langkah awal yang harus dilakukan sebelum kampus benar-benar menerapkan kenormalan baru. Apakah kampus termasuk zona hijau, merah atau mungkin hitam? Untuk itu, pastikan data yang diterima akurat, tepat dan dapat dipercaya. Transparansi informasi sangat diperlukan dalam hal ini sebab ketika gerbang kampus telah dibuka, itu artinya kerumunan orang akan segera memenuhi lingkungan kampus. Orang-orang yang selanjutnya berada di bawah tanggung jawab kampus selama mereka berada di kampus.

Memiliki suatu kepanitiaan khusus penanganan covid-19

Alangkah idealnya jika kampus memiliki suatu kepanitiaan khusus terkait covid-19, kepanitiaan yang bisa saja melibatkan dosen dan mahasiswa dalam kegiatannya. Sebaiknya dipilih orang-orang yang memang concern dan peduli terhadap pandemi ini – yang juga berfungsi sebagai pusat data dan informasi per-covid-an di kampus.

Melakukan sosialisasi dan persamaan persepsi terhadap konsep kenormalan baru

Sebelum gerbang kampus dibuka alias kenormalan baru diterapkan, sebaiknya pihak kampus sudah melakukan sosialisasi ke seluruh elemen kampus tentang prinsip-prinsip kenormalan baru yang akan diterapkan kampus sehingga terjadi proses penyamaan persepsi tentang bagaimana seharusnya konsep ini dilakukan bersama, dengan visi dan spirit yang sama. Jika ini sudah dilakukan maka setiap orang akan mudah diarahkan untuk melakukan penyesuaian seperti akan sukarela dan senang hati memakai masker ketika berada di kampus bahkan mengubah strategi pembelajaran menjadi lebih sesuai dengan semangat new normal. Misalnya waktu untuk berada di kelas lebih singkat, jika perlu membuat jadwal baru dengan sistem bergiliran, selain itu lebih mengoptimalkan PBM Daring.

Memiliki kebijakan dan protokol kenormalan baru yang baik dan benar hingga ke unit terkecil

Semua langkah akan percuma jika langkah yang satu ini dilalaikan oleh pihak kampus. Kampus harus menyiapkan kebijakan dan protokol kenormalan baru yang baik dan benar yang mengatur kehidupan kampus di era yang baru hingga ke unit-unit terkecil. Diperlukan kedisiplinan, ketegasan, jika perlu ada sanksi-sanksi bagi yang tidak menaati kebijakan atau protokol. Sebuah langkah yang bukan saja dimulai dari depan gerbang kampus (dengan pemeriksaan suhu badan dan kelengkapan atribut standar) melainkan langkah yang sudah harus dimulai dari rumah sejak mau berangkat ke kampus.

Menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai

Bagian akhir dari persiapan yang juga tidak kalah pentingnya adalah menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai. Beberapa hal yang harus diprioritaskan misalnya melakukan penyemprotan desinfektan; menyediakan sumber air untuk cuci tangan di banyak titik beserta dengan sabunnya plus handsanitizer; menyediakan tempat sampah sesuai jenis sampah; menyiapkan para petugas kebersihan yang cekatan, sigap dan paham akan tugasnya; menyediakan masker cadangan; mengatur ulang tata ruang dengan jarak tertentu untuk setiap posisi. Bukan hanya ruangan untuk PBM dan administrasi/pelayanan, perlu juga diperhatikan kelayakan dan kesiapan ruangan /fasilitas lain seperti tempat parkir, kantin, perpustakaan, mushola/ tempat ibadah, laboratorium, dsb (:sebaiknya pelajari referensi dari badan kesehatan dunia).

Demikian hal yang sebaiknya sudah disiapkan. Jika semua sudah siap, apa yang perlu ditakutkan? Kita wajib takut jika kita belum siap. Tagar #dirumahsaja jika belum siap. Nah, bagaimana menurut para peserta FBB Kolaborasi lainnya? Mari bersiap!

*Tulisan ini diikutkan pada momen FBB Kolaborasi edisi Juni 2020. 

Sabtu, 06 Juni 2020

Semalam Bersama Kenangan, Setelah itu Lahirlah Kembali (Catatan Kumpulan Puisi Aku Ingin Lahir dari Rahim Puisimu Karya Ikhlas El Qasr)

22.53 2 Comments

Oleh Nailiya Nikmah JKF


                Diterbitkan oleh Edulitera 2020, Kumpulan Puisi Aku Ingin Lahir dari Rahim Puisimu (AILdRP) karangan Ikhlas El Qasr menambah satu lagi daftar buku kumpulan puisi karya penulis Kalimantan Selatan. Sebagaimana buku-buku lainnya, ia akan menemukan takdirnya sendiri kelak. Bahwa puisi adalah istimewa, tidak akan membuat nasib sebuah buku puisi serta-merta menjadi istimewa. Bahwa puisi adalah kata-kata yang bermantra, lihatlah bagaimana mantra itu bekerja pada Ikhlas, padaku, padamu, dan padanya yang lain.


sesaat menjelang bedah buku daring

Pendahulauan
Masih ingat silang pendapat soal kata mudik dan pulang kampung? Itu contoh kasus tentang diksi yang relevan dengan sikon kekinian pada masa covid. Hanya pada masa covid, kedua kata tersebut menjadi perdebatan. Tetiba sebagian besar orang berpikir dan seperti baru saja menyadari bahwa kata-kata memiliki makna. Ya, setiap kata memiliki makna. Lebih dari itu, ia memiliki jiwa. Hanya jiwa-jiwa terpilih yang mampu menembus dinding hati pembaca atau pendengar.
Untuk itulah kata-kata selalu dipilih sebelum digunakan. Proses pemilihan itu ada meski kadang prosesnya berlangsung begitu cepat dan kita tidak menyadarinya. Geraf (2002) pernah mengungkapkan bahwa “Pengertian pilihan kata atau diksi jauh kebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa dan ungkapan.”
Kita bisa saja menemukan kata-kata yang bermakna mirip atau nyaris sama persis, tetapi kita tidak serta-merta bisa memakai maupun menukar posisi penggunaan kata-kata tersebut dalam sebuah karya. Dipilihnya kata gadis, perempuan  atau wanita misalnya. Meski ketiganya bersinonim, ada nilai rasa yang tidak bisa sepenuhnya dianggap sama. Terlebih ketika ia sudah berada dalam situasi, kondisi dan ruang tertentu. Bahkan ketika kata-kata tersebut memiliki tingkat kesamaan makna yang nyaris sempurna seperti kursi dan bangku, tidak akan membuat kita lantas seenaknya saja menaruh sebuah kata dalam karangan. Otak dan hati kita akan bertarung bersama-sama dalam waktu yang sangat cepat untuk memutuskan kata apa yang dipilih.
Kata-kata adalah mantra bagi para penyair. Sayap-sayap makna yang dibawanya membuat kata-kata dalam puisi tidak bisa diukur secara mutlak sebagaimana ilmu pasti. Seringkali kita menemukan kata-kata yang bermakna ambigu dalam puisi, bahkan bisa jadi, satu puisi yang dibaca seratus orang akan menghasilkan seratus penafsiran dan mungkin lebih. Meskipun demikian, puisi yang bagus tidak selalu yang memuat kata-kata rumit berbelit. Kadang, puisi-puisi sederhana; puisi-puisi yang menggunakan kata-kata lugas justru menjadi sangat menyentuh dan memikat hati pembacanya. Kita tidak akan lupa betapa sederhananya cinta yang ingin diungkap Sapardi dalam puisi “Aku Ingin” – yang sering dipakai para pecinta untuk mengungkapkan cintanya kepada sang kekasih. Tengok pula kesederhanaan diksi yang dipilih Taufiq Ismail dalam puisi-puisi sosialnya. Begitu pula yang ditulis oleh Y.S. Agus Suseno dan Micky Hidayat. Pada umumnya, semua puisi itu hadir secara sederhana, kita penafsirnyalah yang membuatnya berjuta makna. Ruang-ruang dalam jiwa, kerja otak dan hati yang berkolaborasi dengan pengalaman hidup membuat kita menemukan proses klik yang berbeda-beda terhadap suatu puisi.

Teori dan Pendekatan
Membaca sebuah karya adalah membaca pengarangnya. Meski ada yang berpendapat, setelah sebuah karya tercipta dan dilempar menjadi milik pembaca, maka matilah pengarangnya, pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Jika kita memahami bahwa selalu ada dua unsur dalam sebuah karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik, kita tidak akan pernah bisa mengabaikan sang pengarang. Siapa dia, apa profesinya, apa pandangan hidupnya, bagaimana masa kecilnya, buku apa yang dia baca, di masa apa dia hidup, siapa yang membuat ia jatuh setengah mati, siapa yang membuat ia bangkit beribu kali, semua itu sedikit banyak akan mempengaruhi karyanya. Termasuk kata-kata atau diksi apa yang paling menghantuinya. Bukan, mungkin bukan kata-katanya secara fisik, melainkan konsep atau makna dari kata-kata tersebutlah yang menghantuinya.
Carlyle (1827) menulis kritik sastra tentang keterkaitan antara seorang penyair yang puisinya mencerminkan tingkah laku yang berhubungan secara psikologis. Cukup lama orang menganggap karya-karya sastra terkait dengan masalah biografi pengarang; karya sastra merupakan cerminan perasaan, dan lebih ekstrim lagi sastra merupakan ekspresi impuls seksual yang terpendam dari si pencipta. Menurut Abrams, sebelum telaah mendalam tentang hal tersebut, ada beberapa unsur yang peru diketahui.  Salah satu unsur tersebut adalah perlunya membaca suatu karya sastra untuk menemukan cerminan kepribadian si pengarang dalam karya tersebut. Fenomena sastra sebagai “cermin” pribadi telah lama berkembang meskipun demikian Endraswara menyatakan tidak selamanya pribadi pengarang selalu masuk ke dalam karya sastranya. (Minderop, 2013:61-62).
Pendekatan psikologi sastra menjadi pilihan yang tepat untuk membedah kumpulan puisi ini setelah melalui observasi awal yang menghasilkan suatu temuan betapa banyak puisi dalam buku ini yang berbicara tentang keadaan batin aku lirik – yang ditengarai tidak jauh berbeda dengan keadaan batin sang pengarang.

Pembahasan
Buku ini memuat 100 judul puisi – yang jika ditelusuri titi mangsanya tata urutan peletakan halamannya sangat acak – dengan jumlah bait setiap puisi rata-rata empat sampai lima bait. Lirik-lirik yang tidak bisa dibilang pendek di setiap bait menggambarkan penyair memiliki nafas yang cukup panjang dalam berkreasi. Secara keseluruhan puisi-puisi dalam buku ini bertema cinta, lebih tepatnya deraan cinta yang menciptakan kesedihan berkepanjangan.
Sejak kemarin, kita masih duduk di bangku keheningan.
Memeluk biji-biji cemas yang tumbuh liar di kepala kita.
Berakar pada jalar-jalar yang mematikan logika

Aku tahu, merindu adalah jantung dari segala kesakitan yang menyetubuhi raga
(Meruntuhkan Hening, hlm 134)

Beberapa kata yang menjadi key word dalam bait tersebut yaitu keheningan, cemas, liar, kepala, mematikan logika, jantung, kesakitan, raga dan merindu. Kita akan temukan satu benang merah dalam hal ini yaitu merindu sebagai entah hulu entah hilir-nya perasaan cinta menyebabkan munculnya gangguan-gangguan seperti perasaan cemas, logika yang mati, keliaran dalam berpikir. Orang yang sedang jatuh cinta adalah orang yang sedang mengalami distorsi tanda petik. Logika bisa terbolak-balik bahkan bisa jadi mati alias tidak rasional lagi dalam berpikir dan bertindak. Gangguan-gangguan psikologis tersebut ketika sudah berada pada taraf akut akan menyerang fisik seperti munculnya rasa sakit pada raga. Pernah mendengar orang muntah mendengar nama mantan disebut? Atau mendadak sakit kepala atau jantung berpacu lebih cepat ketika lewat depan rumah mantan? Semacam itulah yang ingin diungkapkan dalam puisi tersebut.
Tema cinta sudah biasa. Tidak terhitung berapa karya di dunia ini yang bicara soal cinta. Inilah kenyataan, inilah data bahwa persoalan cinta adalah persoalan utama umat manusia di muka bumi. Tema cinta yang tak sampai selalu menjadi serbuan like para patah hati-wan. Perasaan senasib sependeritaan membuat empati mudah dibangun. Tulisan-tulisan seputar cinta yang mati berkali-kali entah karena dikhianati, entah karena diri sendiri yang ke lain hati membuat manusia menyadari mereka tidak sendirian di planet ini.
Konon, sebuah penelitian yang menjadi salah satu dasar teori psiko-analisis menyebutkan bahwa obat bagi penderita histeria - sebuah gangguan kejiawaan yang berefek ke fisik- begitu sederhana, yaitu bercerita. Inilah yang dipilih oleh aku lirik dalam buku ini.  Beberapa puisi ditulis begitu panjang dengan bentuk jalinan kisah. Persis seperti orang yang sedang bercerita.
Aku tahu, kamu tidak benar-benar ingin pergi, Tidak pernah. Kamu hanya hilang ditelan malam saat sepi lebih sering menyungkupmu dengan beragam kecemasan. (Sebuah Ikatan, hlm 51).
Orang yang sedang dimabuk cinta adalah orang yang paling keras kepala. Sering kali kekeraskepalaan itu membuat ia jatuh dalam kesengsaraan yang berpanjangan. Kekeraskepalaan atau kekerashatian tersebut sebenarnya hanyalah merupakan upaya menghibur dirinya sendiri. Sebuah upaya dengan cara menipu diri sendiri. “Dia tidak jahat, kok. Dia terlalu baik malah. Dia tidak bermaksud menyakiti aku. Dia cuma sedang ingin sendiri” dst. Pernah dengar kalimat pembelaan semacam itu? Atau barangkali kalimat itu yang keluar dari mulutmu ketika dijahati orang tercinta? Kutipan bait hlm 15 menuturkan sikap menipu diri sendiri aku lirik dengan sangat baik. Salah satu sikap yang akan kita tunjukkan ketika menghadapi rasa sakit adalah berupaya menolak kenyataan. Mencoba mencarikan argumen dan pembelaan agar hati senang karena masih telalu menyayangi. Pada fase ini perbedaan antara terlalu cinta dan terlalu bodoh seringkali amat tipis.
Puisi “Semalam Bersama Kenangan” hlm 100-102 habis-habisan memuntahkan seluruh penderitaan aku lirik. Seluruh kata, tidak bisa tidak, adalah jantung buku ini. Ia menyimpan seluruh rahasia aku lirik. Ia adalah cerita utuh perjalanan hati aku lirik. Ia adalah gambaran fluktuatif perasaan aku lirik yang menyeluruh. Diksi yang merupakan key word-nya seperti retakan rembulan, kenangan, menyakitkan, menyesal, bersahabat dengan luka, memaafkan, lebih dari cukup untuk deskripsi sebuah kisah luka batin yang aku alami.
Puisi “Semalam Bersama Kenangan” adalah sebuah trial and error –nya aku lirik dalam upaya move on. Ia mencoba membersamai kenangan dalam satu malam untuk mengukur kekuatan hatinya. Seseorang bisa saja bilang “Aku sudah menyadari aku disakiti, aku sudah memaafkan. Aku sudah melupakan. Aku sudah move on. Aku baik-baik saja”. Tentu saja itu yang terjadi di alam sadar. Sebagai manusia yang baik, seseorang harus memaafkan, demikian super ego bicara. Seseorang harus melangkah maju dsb. Akan tetapi yang terjadi di alam bawah sadar sering kali jauh bertolak belakang daripada yang diperlihatkan oleh alam sadar. Cobalah dengarkan kembali lagu kenangan bersama si dia. Jika sudah tidak menangis lagi, berbahagialah. Setidaknya di alam sadar, kita sudah tidak bersimbah air mata lagi. Adapun yang terjadi dengan alam bawah sadar baru bisa kita buktikan dengan melihat impact dan wujudnya pada apa yang kita lakukan dan jalani di tahun-tahun setelahnya.
Puisi “Aku Ingin Lahir dari Rahim Puisimu” hlm 18 menggambarkan sebuah keadaan baru bagi aku lirik. Ini juga harus dibaca secara utuh. Barangkali kelahiran baru aku lirik  dalam puisi ini bisa disetarakan dengan era new normal pasca gempuran korona. Ada banyak persiapan yang harus dilakukan sebab sebagaimana serangan virus ce o ve i d yang bisa ada gelombang  kedua ketiga dst, itu berarti peluang untuk serangan berikutnya masih terbuka lebar. Peluang untuk sakit hati kembali oleh orang yang sama masih ada selama kita masih satu planet dengannya. Di sinilah aku lirik memilih langkah cerdas. Ia memilih untuk move on dengan cara yang berbeda, yaitu ingin terlahir dari rahim puisi. Ya, ia memilih jalan sunyi para penyair.

Penutup
Puisi bisa jadi hanya permainan kata bagi sebagian orang yang tidak memahami makna cinta. Puisi bisa jadi sekadar bualan di mulut para penipu hati. Penyair dan waktu yang akan membuktikan seberapa jujur puisi bertutur dan seberapa rapi ia bisa menyimpan rahasia. Lalu, ingatlah sekeras apapun seseorang melawan kenangan; senyaring apapun seseorang berteriak bahwa ia sudah move on, hanya sebuah kelahiran jiwa yang baru yang akan menjawabnya. Selamat lahir kembali, Ikhlas El Qasr. [] Nai, Zona Merah, 2020.


catatan:
Tulisan ini disampaikan oleh Nailiya dalam Bedah Buku Daring, Sabtu, 6 Juni 2020.