Hulu Sungai Tengah merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan
Selatn dengan ibu kota bernama Barabai. Kota Barabai dikenal sebagai kota apam
karena salah satu kuliner khasnya adalah kue apam. Kabupaten ini memiliki banyak
sekali tempat wisata alam yang dapat dikunjungi. Berikut akan kuceritakan
pengalamanku mengunjungi 3 destinasi wisata yang ada di HST.
Berawal dari keinginan mengusir penat setelah menjalani rutinitas dan
berharap menemukan inspirasi baru dalam hidup, serta sekelumit data bagian
risetku, aku menghubungi salah satu
teman baikku di HST. Aku meminta rekomendasi tempat yang dapat kukunjungi serta
menjelaskan dengan rinci tujuan alias visi misiku ke sana.
Aku berangkat ketika sore hampir menjelang. Hari itu, aku sengaja berangkat
sendiri dan memilih menggunakan angkutan umum. Kami di sini menyebutnya taksi
kol (dari kata Colt). Aku tidak mencarinya di terminal melainkan menunggu alias
menghadang di sepanjang jalan. Biasanya ada saja taksi kol yang balaurut. Balarut artinya mobil tersebut tidak
mangkal di terminal tapi mencari penumpang sambil jalan.
Perjalanan menuju Barabai dari ibu kota provinsi (Banjarmasin) memakan
waktu sekitar 4 atau 5 jam. Untuk perjalanan
ini, aku membayar Rp60.000,00. Aku tiba di Barabai ketika hari sudah malam dan
menginap di rumah temanku di Komplek Murakata Muhibbin di daerah Mandingin. Jika
kamu hendak mencari penginapan yang pas dengan kantong backpacker aku sarankan
kamu memilih hotel Bhima yang terletak di kawasan Pasar Tradisional Barabai.
Petualangan dimulai sejak pukul 08.00 waktu setempat. Dari kawasan
Mandingin, aku dan temanku memilih menggunakan transportasi motor menuju
destinasi pertama. Kami ditemani oleh remaja setempat yang tidak lain adalah
murid temanku sendiri. Seorang ABG manis dan ramah bernama Alif.
Persiapan kecil sebelum
petualangan
Karena destinasi yang aku kunjungi ini semuanya bertema sungai alias air,
perlengkapan yang wajib dibawa adalah baju ganti dan kantong plastik besar
(jika kamu rasa penting, kamu juga bisa bawa handuk). Perlengkapan lainnya
standar aja. Aku bawa apa? Ini nih bawaanku:
- Dompet
- Hp, charger, power bank
- Seperangkat baju ganti
(beserta pakaian dalamnya tentu saja) dan kerudung serta kaos kaki cadangan
- Poket skincare dan make up
praktis (pelembab, sun screen, bedak, lipstik)
- Minyak kayu putih
- Sedikit cemilan
Nah, semua perlengkapan itu
aku masukkan dalam kantong plastik besar baru aku masukkan dalam ransel.
Wisata Arung Jeram Nateh
Nateh merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Batang Alai Timur
Kabupaten HST. Perjalanan menuju Nateh sangat menyenangkan. Hujan tadi malam
menyisakan hawa sejuk di pagi hari. Pemandangan yang alami membuat mata kita
dimanjakan olehnya dan memberi rasa damai di hati. Setelah naik motor kurang
lebih 45 menit, kami sampai di destinasi pertama, yaitu wisata Arung Jeram
Nateh. Selain warung, di sini terdapat fasilitas umum seperti WC dan empat
ganti baju.
Kami datang sebagai pengunjung pertama hari itu. Setelah membayar parkir
@Rp5.000,00 kami duduk-duduk di sekitar lokasi sambil menunggu persiapan arung
jeram yang dilakukan oleh pengelola. Aku dan temanku membayar Rp150.000,00
untuk merasakan sensasi arung jeram di Nateh. Dengan uang sebesar itu kami
mendapatkan satu perahu karet beserta dayungnya tidak lupa satu orang pengelola
yang mendampingi kami selama arung jeram. Ia mendayung untuk kami. Sebelumnya, kami diantar pakai mobil
menuju rute awal arung jeram. Rompi pelampung
serta helm kami pakai sebagai bagian SOP menikmati wahana ini.
Menyenangkan sekali menyusuri sungai dengan arus yang sedang-sedang saja di
pagi hari. Sepinya suasana pagi itu membuat hati tenang. Rasanya Nateh hanya
milik kami, hehe. Kiri kanan sungai kita bisa melihat pemandangan yang sangat
alami. Pohon, gunung batu, serta sebagian ladang milik warga. Beberapa kali
kami harus merunduk ketiaka melewati pohon paring. Aku mencoba ikut mendayung. Gayaku mendayung ditertawakan oleh temanku. "Kamu membuat paman susah, dayungmu berlawanan arah dengan paman," Aku tertawa juga. Kulihat si paman tersenyum simpul. Kupikir, ia terlalu muda dipanggil paman, hehe.
Rute arung jeram berakhir di
tempat kami memarkir motor tadi. Kulihat pengunjung lain mulai berdatangan. Beberapa
di antaranya kami kenali sebagai para seniman yang sedang menggelar rangkaian
acara #Savemeratus.
Menutup agenda di destinasi ini, aku menikmati secangkir kopi hangat di
warung yang sudah buka pagi itu di Nateh. Rp5.000,00 untuk kehangatan kopi yang
tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata sensasinya. Di perjalanan pulang, kami
sempat membeli manggis dan pempakin yang dijual oleh penduduk setempat di depan
rumahnya. Saat ini sedang musim buahJ
Riam Bajandik
Destinasi kedua adalah Riam Bajandik. Kami tidak lagi bersama Alif tapi bersama
Rezqie, sastrawan HST.
Kami ke sini setelah rehat sebentar untuk makan siang,
mandi, ganti baju dan sholat dhuhur. Kali ini, kawanku memilih menggunakan
mobil. Untuk masuk ke lokasi wisata yang satu ini, kami harus memarkir mobil
agak jauh agar tidak terjebak macet.
Entah mengapa, saat itu pengunjung sedang
banyak-banyaknya. Di kiri kanan jalan, para pedagang buah menggelar dagangannya
(kedua temanku pesta durian di tepi jalan, sementara aku hanya memamdangi
mereka dengan tulus, hehe. Aku tidak suka durian). Selain pedagang buah, terdapat
juga pedagang mainan dan pernik-pernik lainnya. Jika kamu sedang ingin sendiri
dan ingin suasana yang tenang dan damai, aku sarankan kamu putar balik.
Untuk menikmati tempat ini, setelah memarkir kendaraan aku dan temanku
menyusuri jembatan gantung yang menghubungkan kita dengan dataran di
seberangnya. Kata temanku, kemungkinan terbesar inilah sebabnya destinasi ini
disebut Riam Bajandik. Bajandik berarti bergoyang atau berayun-ayun. Jembatan gantung
itu akan bergoyang/berayun-ayun ketika kita lewat di atasnya. Sensainya beberapa
saat akan masih kita rasakan walaupun kita sudah tidak di atas jembatan lagi.
Karena tempatnya sangat ramai, kami tidak jadi berenang di situ.
Manggasang
Dari Riam Banjadik, kami menuju Manggasang. Manggasang terletak di kawasan
Batu tunggal, Hantakan. Kita tidak perlu membayar tiket masuk, pengunjung hanya
membayar parkir. Tersedia penyewaan ban besar untuk pengunjung. Ada tempat
ganti baju dan mushola kecil di sini. Tempat ini relaif aman untuk anak-anak
asal di bawah pengawasan orang tua. Kita bisa bermain air dan berenang
sepuasnya di sini. Babatuan di dasar sungai membuat tempat ini sangat terasa
kealamiannya.
Kali ini kami menemukan destinasi yang tepat dan sesuai dengan visi misi,
haha. Pengunjungnya tidak terlalu banyak. Sungainya relatif jernih, sedikit
berarus, pemandangan juga indah. Aku melepas kaos kaki dan merendam betis di
air sungai sambil ngobrol dengan Rezqie. Sementara temanku Rahme, asyik
berendam di sungai. Kulihat pengunjung lain asyik berenang bersama keluarga. Puas
menikmati kesegaran air sungai, kami beranjak ke warung tepi Manggasang. Kami masing-masing
memesan semangkok mie instan dan dua gelas teh (hangat dan es). Jika beruntung,
di sini kita akan menemukan penjual jagung bakar. Manggasang menjadi tempat
terakhir yang kami kunjungi. Kami kembali ke rumah Rahme ketika azan maghrib
berkumandang.
Aku pulang
Aku pulang menggunakan angkutan umum lagi. Kali ini aku menghubungi sopir
taksi kol (sekali lagi, kalian yang
bukan orang Banjar jangan membayangkan ini semacam taksi blue bi*d atau
sejenisnya ya) dan minta dijepmut di rumah temanku. Aku memilih taksi kol keberangkatan paling
awal, yaitu pukul 03.00.
Pukul 02.00 sopir menelpon aku memberitahu agar aku siap-siap. Keren ya?!
Tidak lama setelah itu, aku dijemput. Di dalam mobil sudah ada satu
penumpang. Kami kemudian menjemput penumpang lain satu per satu,
Aku berusaha menahan kantuk agar tidak tertidur sepanjang jalan, ternyata
aku gagal. Aku tertidur dan terbangun ketika mobil berhenti tepat di depan
sebuah langgar. Kami semua turun untuk melaksanakan ibadah sholat subuh.
Satu per satu penumpang turun. Salah satunya ada yang kami hantarkan di
bandara Syamsuddin Noor. Oiya, perjalanan Barabai – Banjarmasin merupakan
perjalanan yang melewati beberapa kabupaten lain seperti Tapin, HSS, Banjar dan
Kota Banjarbaru.
Tidak lama kemudian, mobil berhenti. Ada yang mau turun lagi. Lalu sopir
bertanya padaku, “Pian turun di mana?”
“Di Banjarmasin” jawabku mantap.
“Ini sudah di Banjarmasin.” Jawab sopir.
Aku kaget. Rasanya sebentar banget perjalanan pulang. Hari masih terlalu
pagi.
Akhirnya aku turun sebelum terminal. Aku melanjutkan perjalanan menggunakan
ojek yang mangkal di tepi jalan. Di atas motor tak henti aku bersyukur bisa
pulang dengan selamat di hari Senin. Kautahu hari Senin? Ya, hari kerja! Selamat
bekerja kembali, Nai [].
Penasaran sama arung jeramnya. Harus telepon buat janji dulu atau langsung datang ke sana?
BalasHapusWahh aku belum juga kesana pdhl dah lama berencana. Nateh ternyata seru yaa.. Kemaren mba dina juga mbahas nateh, makin penasaran
BalasHapusWah, ternyata di kalsel pun ada arung jeram ya bu. Aduh, ulun kah yang ketinggalan zaman jadi enggak tau. Asik banget kayaknya nih. Arusnya sedang ya jadi aman. Ngakak banget pas baca adegan mau ngebantu paman mendayung itu ulun haha..
BalasHapusmba nay sudah jalan-jalan ke riam bejandik, aku asli Barabai malah belum kesana. hihi
BalasHapusRamai sekarang di HST lah, banyak di buka objek wisata.... Karena baca artikel ini jadi handak kesana, terutama Manggasang, yang tempat nya lebih tenang, air jernih, dan pemandangan bagus. Dari Barabai ke Manggasang perlu waktu berapa lama?
BalasHapusFix aku kalau ke barabai ngajakin Eca kesini, udah ga sabar pengen liburan kesana juga. Hihi
BalasHapus