Untuk sesuatu yang berhubungan dengan gaya hidup, aku selalu menundanya. Aku tidak mau ikut-ikutan gaya orang lain. Selama aku belum memerlukannya aku tidak akan mengikuti perubahan atau gaya orang lain yang lagi trend sekalipun.
Dulu, ketika teman-temanku sudah punya akun belanja online, aku masih bertahan dengan belanja gaya konvensional. Sesekali aku menitipkan belanjaanku pada mereka jika kebetulan barang yang kami inginkan sama. Lumayan menghemat ongkir dan berpeluang mendapatkan diskon kata temanku. Temanku yang lainnya malah sudah memiliki akun berjualan online. Aku semakin jauh dong tertinggalnya.
Kemunculan berbagai aplikasi transaksi belanja dan lainnya membuat aku semakin merasa "Hello, Nai. Wake up. Kamu masih hidup, kan?"
Aku sadar semua ini tidak bisa dihindari tapi aku merasa masih belum memerlukannya. Aku tidak memasang aplikasi tersebut di smartphone-ku. Jika aku terdesak memerlukannya, aku biasanya minta bantuan saudaraku. Aku menelponnya lalu meminta dia, entah memesankan Go***, memesankan barang, dan sebagainya.
Suatu hari aku ikut sebuah training di Jakarta. Sendirian. Setelah mendarat di Bandara Soetta, mulailah masalahku. Untuk menuju hotel yang sudah dipesankan oleh sepupuku, aku disuruhnya memesan mobil G***. Aku belum memasang aplikasinya bahkan di hp. Sesuai petunjuk sepupuku, aku minta bantuan petugas stand G*** yang ada di bandara saat itu. Dia memasangkan aplikasi di hp ku hingga memesankan aku sebuah mobil untuk mengantarku ke tempat tujuan. Sejak itu dua aplikasi transportasi ada di hp-ku.
Usai pelatihan, aplikasi itu sangat jarang aku pakai. Hingga tiba masa Pandemi yang sangat mengguncang dunia ini. Bulan-bulan pertama aku masih bertahan. Tidak menggunakan aplikasi apapun untuk hidup. Aku sesekali masih keluar untuk belanja. Lama-lama aku lelah. Akhirnya sedikit demi sedikit aku belanja online lewat aplikasi tersebut. Paling banyak kupakai Untuk membeli makanan dengan sistem bayar tunai di tempat.
Sesekali aku pergi ke ATM untuk melakukan pembayaran. Masih ribet? Yup. Aku masih tidak mengaktifkan mobile banking.***
Pada Hari Pelanggan Nasional ini, aku juga mau cerita tentang pada akhirnya aku melakukan sesuatu terkait mobile banking.
Suatu hari -panjang ceritanya- aku harus mengirimkan uang beberapa teman di kantor melalui rekening aku, sebagian lainnya melalui rekening temanku. Aku pun pergi ke bank. Oleh bank aku ditolak mengirim melalui teller karena sesuatu hal. Aku diminta mengirim lewat ATM saja. Setelah aku coba ternyata lewat ATM pun gagal. Oleh pihak bank, aku diminta mengirim via mobile banking. Jujur aja ya saat itu sebenarnya aku rasa mau menghilang dari muka bumi tapi aku harus segera mengirim. Akhirnya aku menyerah ketika pihak bank memasangkan aplikasi mobile banking di hp-ku. Dia juga mengajari aku cara menggunakannya.
***
Kamu tahu apa yang terjadi selanjutnya?
Hohoo...aku sekarang sudah lihai transfer-transfer lewat hp. Hihi. Efek lainnya, aku sudah bisa belanja online terutama saat kebutuhan mendesak dan mendadak ditambah situasi Pandemi yang sangat membatasi gerak ini.
***
Zaman berubah, teknologi berkembang, gaya belanja pun menyesuaikan.
Bertepatan dengan hari Pelanggan Nasional ini aku menyadari satu hal bahwa aku bisa berubah meski harus melalui kondisi darurat terlebih dahulu. Tentu saja itu membuatku lega. Bukankah kita perlu bergerak dan berubah? Bukankah air yang diam akan menimbulkan penyakit? Selain itu, konon dinosaurus punah karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Mantaaap...👍👍👍
BalasHapusSama Mbak, saya juga pasang aplikasi G*** itu ketika ingin darurat ingin memesan taksi waktu ada acara di Jakarta, hihihi. Walaupun aplikasinya sempat vakum beberapa lama karena waktu itu G*** belum ada di Kalsel. Sekarang aplikasi itu jadi super aktif dan berasa benar kegunaannya.
BalasHapusKalau mobile banking saya dulu pernah berniat mengaktifkan untuk semua rekening bank yang saya punya, etapi ga sanggup nahan ilfil sama biaya adminnya, jadi sekarang saya setia sama satu mobile banking saja, wkwkwk.
Karena keadaan, mau ngga mau kita memang harus memanfaatkan teknologi yang ada ya Mba.. jajan online ini sebenernya sah sah aja asal jangan keterusan mau jajan mulu😂
BalasHapusBetul sekali. Memanfaatkan semua yang serba online menurut saya justru semakin memudahkan dan sangat membantu.
BalasHapusPaling enak tuh kalau tinggal di Jawa. Sempat tahun lalu 2 bulan kos di Surabaya, beli popok dan detergen pun lewat marketplace wkwk. Selain lebih murah, gak perlu repot keluar, hemat bensin, kadang dapat cashback lagi. hihi.
Mobile banking memang meudahkan. Tapi bagi kaum Hawa sungguh godaan terberat. Apalagi pas ada notif di grup ada sale di marketplace. Beuuuuh -____-
BalasHapusSelamat menikmatik 4.0 mba Nay
Nah, sama kaya ulun sudah sekian lama tidak mengaktifkan mobile banking eh baru-baru aja mengaktifkan apalagi masa pandemi ini malas banget ke ATM.
BalasHapusAku sendiri ngerasain banget efek Mobile banking + marketplace bersatu di handphone alamat belanja mulu mba. Terlebih ada aplikasi gojek dengan gofood nya di handphone. Apa apa mudah banget belanja. Belanja sambil rebahan sekarang ini zaman nya hihiiii
BalasHapuskalau sekarang mobile banking dan marketplace itu membantu banget buat bayar tagihan sana sini kak. lumayan bisa dapat promo. hehe
BalasHapuswah menarik cerita mbak nai nih. aku sendiri juga gak masang sih klo aplikasi marketplace, hahaha,sama klo perlu tinggal inta bantuin temen mesenin aja hahaha...klo aplikasi transportasi krn memang kebutuhan ,aku pasang si di hp,haha intinya sesuai kebutuhan aja dan hanya diri kita kok yg bisa ngerem nafsu belanja hahaha
BalasHapus