Kanaya tiba di ruang sunyiku ketika ombak besar datang menggulung semua yang ada. Ia mengetuk dinding kaca dalam bilik jiwaku, ketika aku nyaris memutuskan untuk berhenti bernafas. Meski perih, berkali-kali aku meyakinkan diri: bukan, ini bukan saatnya mati. Dalam otakku berputar-putar satu-satunya diksi yang membuatku gagap sekaligus tegap: perempuan. Lalu satu-satu, barisan air mata kusibak dan kusisihkan. Bersama puisi, aku ingin mengembara malam-malam, menembus portal, mengunjungimu dan memintamu menghapus seluruh takdir buruk.
Jumat, 29 November 2019
Esai Nailiya Nikmah JKF
Kanaya tiba di ruang sunyiku ketika ombak besar datang menggulung semua yang ada. Ia mengetuk dinding kaca dalam bilik jiwaku, ketika aku nyaris memutuskan untuk berhenti bernafas. Meski perih, berkali-kali aku meyakinkan diri: bukan, ini bukan saatnya mati. Dalam otakku berputar-putar satu-satunya diksi yang membuatku gagap sekaligus tegap: perempuan. Lalu satu-satu, barisan air mata kusibak dan kusisihkan. Bersama puisi, aku ingin mengembara malam-malam, menembus portal, mengunjungimu dan memintamu menghapus seluruh takdir buruk.
***
Pendahuluan
Setiap orang
yang mempelajari teori sastra pada ujungnya akan memahami bahwa ada dua unsur
dalam karya sastra, yaitu unsur intrinsik
dan ekstrinsik. Sejalan dengan
sebuah rumusan bahwa untuk menganalisis sebuah karya sastra kita memerlukan
kedua unsur tersebut. Bahwa karya sastra tidak bisa dipandang terpisah dari
kreatornya, semua pun bisa memahaminya. Itu pula yang banyak dilakukan para kritikus dan analis ketika
mendekati sebuah karya, baik berupa puisi, cerpen, novel maupun naskah lainnya.
Mungkin itulah
sebabnya titi mangsa dalam setiap puisi diistimewakan keberadaannya. Mungkin, itu
pula yang kadang membuat sebuah novel perlu dituliskan embel-embel based on true story. Ketika semua hal nyata
dan tidak nyata itu saling terkait, haruskah kita memaksa diri mengenang semua
kejadian persis sebagaimana adanya? Padahal berapa banyak dari kita yang mampu
mengingat semua peristiwa sama persis dengan alur sebenarnya lengkap dengan
warna perasaan saat kita mengalaminya? Seorang penyair papan atas pernah
berkata bahwa dia sudah lupa dengan hal yang melatarbelakangi sebuh puisi yang
pernah ditulisnya sedemikian rupa. Dia lupa bagaimana puisinya bisa sedemikian.
Akan tetapi
tidak untuk Kanaya. Tidak bagi Rini Intama. Setiap diksi yang ia hadirkan
begitu kuat. Jalin-menjalin antar semua puisi. Kecil kemungkinan Intama melupakan
semua hal yang ia tulis (semua hal yang melatari). Sebelum sampai pada titik
ini, saya memutuskan mengabaikan unsur ekstrinsik, kecuali bahwa Kanaya ditulis
oleh seorang perempuan. Saya tidak ingin mencari tahu siapa Rini Intama. Saya menahan
jari-jari agar tidak mengetik nama penyairnya di mesin pencarian. Saya memilih
bereksperimen. Bagaiamana kalau Kanaya didekati sebagai Kanaya saja? Bukan sebagai
hasil cipta atau kreasi seorang Rini Intama?
Psikologi Sastra dan Perempuan yang Suka Berbohong
Pendekatan yang digunakan dalam esai ini adalah pendekatan psikologi
sastra. To know a work of literature is to know the soul of
the man who created it, and who created it in order that his soulhould be known
(J. Middleton Murry).
Carlyle (1827) menulis kritik sastra tentang
keterkaitan antara seorang penyair yang puisinya mencerminkan tingkah laku yang
berhubungan secara psikologis. Telah sekian lama orang memandang karya-karya sastra banyak terkait
dengan masalah biografi pengarang; karya sastra merupakan cerminan perasaan,
dan lebih ekstrim lagi sastra merupakan ekspresi impuls seksual yang terpendam
dari si pencipta. Menurut Abrams, sebelum telaah mendalam tentang hal tersebut,
ada beberapa unsur yang peru diketahui.
Pertama, perlunya mengamati si pengarang untuk menjelaskan karyanya.
Telaah dilakukan terhadap eksponen yang memisahkan dan menjelaskan kualitas
khusus suatu karya sastra melalui referensi kuaitas nalar, kehidupan dan
lingkungan si pengarang. Kedua, perlunya memahami si pengarang terlepas dari
karyanya dengan cara mengamati biografi pengarang untuk merekonstruksi si
pengarang dari sisi kehidupannya dan menggunakan karyanya sebagai rekaman
kehidupan dan perwatakan. Ketiga, perlunya membaca suatu karya sastra untuk
menemukan cerminan kepribadian si pengarang dalam karya tersebut. Fenomena
sastra sebagai “cermin” pribadi telah lama berkembang meskipun demikian
Endraswara menyatakan tidak selamanya pribadi pengarang selalu masuk ke dalam
karya sastranya. (Minderop, 2013:61-62).
Pendekatan
Selanjutnya, berbekal satu informasi saja bahwa Kanaya ditulis oleh
perempuan -belum tahu dia perempuan yang seperti apa- esai ini ditulis menggunakan
pendekatan psikologi sastra dengan mengambil unsur ketiga dari paparan
sebelumnya. Kanaya merupakan kumpulan puisi Rini Intama yang terbit 2019, diterbitkan oleh Tarebooks, Jakarta.
Penyairnya perempuan, maka coba kita pelajari sebuah rumus perempuan. Perempuan
adalah makhluk yang cenderung suka berbohong. Ketika perempuan mengatakan “Saya
baik-baik saja” sebenarnya dia tidak baik-baik saja. Ketika dia mengatakan, “Tidak
apa-apa” sebenarnya apa-apa. Ketika dia bilang “Saya tidak sedih” sebenarnya
dia sedang menahan air matanya. Ketika dia bilang “Saya kuat kok” sejatinya dia
sedang menggapai-gapai mencari pegangan, sandaran atau apa saja agar tidak terjatuh.
Burukkah hal tersebut? saya kira tidak. Kebohongan tersebut membuat dia menjadi
benar-benar seperti pada keadaan yang ia bohongkan. Barangkali inilah kekuatan
kata-kata yang menjelma doa-doa hamba teraniaya. Semacam sebuah afirmasi dalam
bidang psikologi.
Pembahasan
Kanaya begitu perempuan. Semua yang mengalun dari derai kawihnya adalah
perempuan. Air mata sebagai duta kesedihan menjadi kontras di antara
tembang-tembang berkekuatan super.
.../Lalu perempuan manakah tak melukis air mata?/.../tempat membiaknya luka/...(hlm
17)
Bait tersebut menggambarkan bahwa perempuan adalah pelukis air mata. Tidak ada
pengecualian dalam kutipan tersebut. Hatta Kanaya menampilkan
kekuatan-kekuatannya. Perempuan adalah “tukang nangis”, itu yang disampaikan
dalam Kanaya.
.../Di tanah Priangan/ Air mata kita jatuh// (hlm 33), ini kutipan puisi
berjudul “Kawih Ibu”. Diksi kita
bermakna aku dan ibu. Dua orang perempuan sedang bertangis-tangisan pada saat yang
sama, pada tempat dan kejadian yang sama. Tapi jangan ambil simpulan dulu,
lihatlah bagaimana kekontrasan ada pada puisi-puisi setelahnya. Kanaya mencoba
menolak, melawan kesedihannya. Hal yang paling lumrah dari banyak perempuan di
dunia.
.../Tak perlu kita tangisi// Tentang sekar ibu/ Jika aku punya air mata/...
(hlm 41).
.../Dan ruang-ruang yang gaduh/ tak perlu air mata/ sebab perempuan
memanggul kecemasan/ menggenggam hidup dari bara api/ ...(hlm 43).
Kutipan tersebut masing-masing berasal dari puisi Sekar dan Pasar. Pada saat
bersamaan, Kanaya menyampaikan ia tidak punya air mata; tak memerlukan air mata.
Lihatlah, bagaimana cantiknya Kanaya bermain. Selain “tukang nangis”, perempuan
“tukang bohong” dengan rapi terlukis dalam Kanaya. Inilah cara perempuan
menolak sedih walau sebenarnya sedih. Memanggul
kecemasan, menggenggam hidup dari bara api merupakan frase-frase yang
mencerminkan kesulitan-kesulitan hidup para perempuan. Sesuatu yang dipanggul
tentu saja adalah sesuatu yang berat, tidak ringan, bukan hal-hal receh. Kecemasan
pada ujungnya adalah air mata. Adapun Bara
api adalah sesuatu yang sangat potensial, potensial mendatangkan keburukan
maupun kebaikan. Perempuan itu menyimpan banyak persoalan. Mereka berpotensi melakukan perlawanan yang dahsyat, tapi jangan
heran jika ujung-ujungnya dia menangis meraung-raung di kamar mandi;
menghabiskan berlembar-lembar tissue. Pernah berkonflik dengan perempuan? Bagaimana
the power of emak bekerja? Polanya selalu sama. Dia kukuh dan garang level 12
dari skala 1-10 tapi tidak lama kemudian, dia akan bersimbah air mata. Itu yang
saya temukan dalam Kanaya. Terima kasih, Rini Intama. Terima kasih atas
kejujuran yang paling jujur.
Penutup
Kanaya, kita tidak mencari pembenaran dalam puisi. Meski kadang terlihat
rumit, puisi bukan matematika. Ia bukan rumus-rumus pasti yang dikungkung oleh
hanya dua pilihan, benar-salah. Puisi adalah tempat jiwa kita berleha-leha. Ia lahan
kita untuk merenung. Sesuatu yang kita gapai-gapai ketika jiwa terlunta-lunta
setelah ayat-ayat Tuhan. Kanaya, mari kita saling menguatkan; menolak sedih
walau sedih.[]
Disampaikan pada Malam Bincang
Buku Kanaya karangan Rini Intama bersama Pemantik lainnya Di Kindai, 28
November 2019. Diabadikan di Flamboyan sehari setelahnya.
Kamis, 19 September 2019
![]() |
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI
PRODI
D-3 AKUNTANSI
|
|||||||||||||
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
|
||||||||||||||
MATA KULIAH
|
KODE
|
Rumpun
MK
|
BOBOT (sks)
|
SEMESTER
|
Tgl Penyusunan
|
|||||||||
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
|
MKU dan
Penunjang Lainnya
|
2
|
Ganjil
|
20 Agustus 2019
|
||||||||||
OTORISASI
|
Dosen Pengembang
RPS
|
Koordinator
MK/RMK
|
Ketua Prodi
|
|||||||||||
Nailiya Nikmah,
S.Pd.,M.Pd.
NIP
198012092005012002
|
Nailiya Nikmah,
S.Pd.,M.Pd
NIP 198012092005012002
|
Nailiya Nikmah,
S.Pd.,M.Pd.
NIP 198012092005012002
|
||||||||||||
Capaian Pembelajaran (CP)
|
CPL
|
|||||||||||||
|
||||||||||||||
CP-MK
|
||||||||||||||
Mampu menjelaskan hubungan antara warganegara
dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga
negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
|
||||||||||||||
Diskripsi Singkat MK
|
Pada mata kuliah ini mahasiswa belajar menjadi warga negara yang baik dengan memahami Filsafat Pancasila,
Identitas Nasional, Politik dan Strategi, Demokrasi Indonesia, Hak Azasi
Manusia dan Rule Of Law, Hak dan Kewajiban Warga Negara, Geopolitik
Indonesia, Geostrategi Indonesia.
|
|||||||||||||
Bahan Kajian/Pokok Bahasan
|
Filsafat Pancasila, Identitas Nasional, Politik dan
Strategi, Demokrasi Indonesia, Hak Azasi Manusia dan Rule Of Law, Hak dan
Kewajiban Warga Negara, Geopolitik Indonesia, Geostrategi Indonesia.
|
|||||||||||||
Pustaka/referensi
|
Utama
:
|
|||||||||||||
|
||||||||||||||
Pendukung :
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
Media Pembelajaran
|
Perangkat lunak :
|
Perangkat keras :
|
||||||||||||
grup kelas online
MS Word, MS Power Point
|
Buku, LCD, Laptop
|
|||||||||||||
Team Teaching
|
-
|
|||||||||||||
Matakuliah prasyarat
|
-
|
|||||||||||||
Minggu Ke-
(1)
|
Sub-CP-MK
(2)
|
Indikator
(3)
|
Kriteria & Bentuk Penilaian
(4)
|
Metode
Pembelajaran
[ Estimasi Waktu]
(5)
|
Materi Pembelajaran
[Pustaka/Referensi]
(6)
|
Bobot Penilaian (%)
(7)
|
||||||||
1
|
Mampu
menjelaskan konsep pancasila sebagai sistem filsafat
Mampu
menjelaskan pengertian pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Berperan
sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme
serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa.
Berkontribusi
dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
kemajuan peradaban berdasarkan pancasila.
|
Ketepatan menjelaskan
konsep pancasila sebagai sistem filsafat
Ketepatan
menjelaskan pengertian pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
|
Kriteria:
Ketepatan dan Kesesuaian
Bentuk Non tes:
Merangkum konsep pancasila sebagai sistem filsafat dan
ideologi
|
Kuliah dan Diskusi Kelas (TM: 1x (2x50’)
Tugas 1: Mengemukakan konsep
pancasila sebagai sistem filsafat dan ideologi negara.
(BT+BM:
(1+1)x(2x60”)
|
Filsafat
Pancasila
|
10%
|
||||||||
2 dan 3
|
Mampu
menjelaskan karakteristik identitas nasional.
Mampu
menjelaskan proses berbangsa dan bernegara.
Berperan
sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme
serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa.
Menghargai
keanekaragaman budaya, pandangan, agama dan kepercayaan serta pendapat atau
temuan orisinal orang lain.
|
Ketepatan menjelaskan karakteristik identitas nasional
Ketepatan menjelaskan proses berbangsa dan bernegara
|
Kriteria:
Ketepatan
dan kesesuaian
Bentuk non test:
Studi Kasus:
Kelompok yang mendapat materi ini membuat makalah lalu
disampaikan dalam diskusi kelas.
|
Kuliah dan Diskusi (TM: 2x (2x50’)
Tugas 2
Membuat resume materi setelah diskusi kelas
(BT+BM:
(1+1)x(2x60”)
|
Identitas
Nasional
|
10%
|
||||||||
4 dan 5
|
Mampu
menjelaskan tentang sistem konstitusi.
Mampu
menjelaskan sistem politik dan ketatanegaraan
Taat
hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Mampu
menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas dan menganalisis data dengan beragam
metode yang sesuai, baik yang belum maupun yang sudah
|
Ketepatan menjelaskan sistem konstitusi
Ketepatan menjelaskan sistem politik dan ketatanegaraan
Indonesia
|
Kriteria:
Ketepatan
dan kesesuaian
Bentuk non test:
Studi Kasus:
Kelompok yang mendapat materi ini membuat makalah lalu
disampaikan dalam diskusi kelas.
|
Kuliah dan Diskusi (TM: 2x (2x50’)
Tugas 3:
Membuat resume materi setelah diskusi kelas
Tugas 4:
Membuat kliping berita politik dan mempresentasikan
(BT+BM: (1+1)x(2x60”)
|
Politik
dan Strategi
|
15%
|
||||||||
6 dan 7
|
Mampu menjelaskan konsep dan prinsip demokrasi.
Mampu menjelaskan tentang demokrasi dan pendidikan
demokrasi khususnya di
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan
tugas bersadarkan agama, moral dan etika.
Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah
air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa.
Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan kemajuan peradaban berdasarkan
pancasila.
Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian
terhadap masyarakat dan lingkungan.
Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas dan
menganalisis data dengan beragam metode yang sesuai, baik yang belum maupun
yang sudah
|
Ketepatan menjelaskan konsep dan prinsip demokrasi
Ketepatan menjelaskan
demokrasi dan pendidikan demokrasi
|
Kriteria:
Ketepatan
dan kesesuaian
Bentuk non test:
Studi Kasus:
Kelompok yang mendapat materi ini membuat makalah lalu
disampaikan dalam diskusi kelas.
|
Kuliah dan Diskusi (TM: 2x (2x50’)
Tugas 5:
Membuat resume materi setelah diskusi kelas
Tugas 6:
Memilih 1 di antara 10 pilar demokrasi untuk dijelaskan
beserta contonya.
(BT+BM: (1+1)x(2x60”)
|
Demokrasi
|
15%
|
||||||||
8
|
UTS
|
|||||||||||||
9 dan 10
|
Mampu menjelaskan konsep dan sejarah Hak Azasi
Manusia.
Mampu menjelaskan tentang rule of law
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam
menjalankan tugas bersadarkan agama, moral dan etika.
Berperan sebagai warga negara yang bangga dan
cinta tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada negara
dan bangsa.
Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama
dan kepercayaan serta pendapat atau temuan orisinal orang lain.
Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan kemajuan peradaban berdasarkan
pancasila.
Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta
kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.
Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.
Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas dan
menganalisis data dengan beragam metode yang sesuai, baik yang belum maupun
yang sudah baku.
|
Ketepatan menjelaskan konsep dan sejarah HAM
Ketepatan menjelaskan rule of law
|
Kriteria:
Ketepatan
dan kesesuaian
Bentuk non test:
Studi Kasus:
Kelompok yang mendapat materi ini membuat makalah lalu
disampaikan dalam diskusi kelas.
|
Kuliah dan Diskusi (TM: 2x (2x50’)
Tugas 7:
Membuat resume materi setelah diskusi kelas
(BT+BM: (1+1)x(2x60”)
|
HAM dan Rule of Law
|
15%
|
||||||||
11 dan 12
|
Mampu
menjelaskan pengertian warga negara Indonesia dan segala hal yang berhubungan
dengan kewarganegaraan seseorang.
Mampu
menjelaskan hak warga negara Indonesia.
Mampu
menjelaskan kewajiban warga negara Indonesia.
Menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas bersadarkan agama, moral dan
etika.
Berperan
sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme
serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa.
Menghargai
keanekaragaman budaya, pandangan, agama dan kepercayaan serta pendapat atau
temuan orisinal orang lain.
Berkontribusi
dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
kemajuan peradaban berdasarkan pancasila.
Taat
hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Mampu
menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas dan menganalisis data dengan beragam
metode yang sesuai, baik yang belum maupun yang sudah baku.
|
Ketepatan menjelaskan pengertian warga negara Indonesia
dan segala hal yang berhubungan dengan kewarganegaraan seseorang
Ketepatan menjelaskan hak warg anegara Indonesia
|
Kriteria:
Ketepatan
dan kesesuaian
Bentuk non test:
Studi Kasus:
Kelompok yang mendapat materi ini membuat makalah lalu
disampaikan dalam diskusi kelas.
|
Kuliah dan Diskusi (TM: 2x (2x50’)
Tugas 8:
Membuat resume materi setelah diskusi kelas
Tugas 9:
Role Play tentang kewarganegaraan(BT+BM: (1+1)x(2x60”)
|
Hak
dan Kewajiban Warga Negara
|
15%
|
||||||||
13 dan 14
|
Mampu
menjelaskan pengertian geopolitik.
Mampu
menjelaskan tentang wilayah sebagai ruang hidup.
Mampu
menjelaskan konsep dan sejarah otonomi daerah serta penerapannya.
Menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas bersadarkan agama, moral dan
etika.
Berperan
sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme serta
rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa.
Berkontribusi
dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
kemajuan peradaban berdasarkan pancasila.
Bekerja
sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan.
Taat
hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Mampu
menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas dan menganalisis data dengan beragam
metode yang sesuai, baik yang belum maupun yang sudah baku.
|
Ketepatan menjelaskan pengertian geopolitik
Ketepatan menjelaskan wilayah sebagai ruang hidup
Ketepatan menjelaskan konsep dan sejarah otonomi daerah
serta penerapannya
|
Kriteria:
Ketepatan
dan kesesuaian
Bentuk non test:
Studi Kasus:
Kelompok yang mendapat materi ini membuat makalah lalu
disampaikan dalam diskusi kelas.
|
Kuliah dan Diskusi (TM: 2x (2x50’)
Tugas 10:
Membuat resume materi setelah diskusi kelas
(BT+BM: (1+1)x(2x60”)
|
Geopolitik
Indonesia
|
10%
|
||||||||
15 dan 16
|
Mampu
menjelaskan konsep strategi
Mampu menjelaskan
konsep Asta Gatra.
Mampu
menjelaskan peran serta
Menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas bersadarkan agama, moral dan
etika.
Berperan
sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme
serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa.
Berkontribusi
dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
kemajuan peradaban berdasarkan pancasila.
Bekerja
sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan.
Taat
hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Mampu
menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas dan menganalisis data dengan beragam
metode yang sesuai, baik yang belum maupun yang sudah
|
Ketepatan menjelasakan konsep strategi Indonesia
Ketepatan menjelaskan konsep Astra Gatra
Ketepatan menjelaskan peran serta Indonesai dalam
perdaiamain dunia
|
Kriteria:
Ketepatan
dan kesesuaian
Bentuk non test:
Studi Kasus:
Kelas dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing
mendapat satu problem kasus untuk dipecahkan dalam kelompok kemudian
disampaikan dalam diskusi kelas.
|
Kuliah dan Diskusi (TM: 2x (2x50’)
Tugas 11:
Membuat resume materi setelah diskusi kelas
(BT+BM: (1+1)x(2x60”)
|
Geostrategi
Indonesia
|
10%
|
||||||||
17
|
Evaluasi Akhir Semester
|
100%
|
||||||||||||
![]() |
www.nailiyanikmah.com |