Sabtu, 31 Mei 2014

# Buku Harianku

Lomba Paling Keren



Lomba Paling Keren yang Pernah Kuikuti

Kali ini aku akan bercerita tentang sebuah lomba yang aku ikuti di akhir Mei 2014. Tidak, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan tulis-menulis. Ini bukan lomba menulis cerpen atau novel. Ini adalah lomba yang paling menakutkan buatku. Lomba yang membuatku berniat akan mengikuti kursus masak suatu saat kelak. Yeah, ini adalah lomba memasak! Perlu diketahui, aku bukan perempuan Banjar yang terampil memasak. Paling-paling aku bisa masak sayur bening, sayur sop, dan goreng-gorengan.
Sejujurnya, inilah lomba paling keren yang pernah kuikuti. Aku terlibat dalam lomba ini karena terpaksa sebenarnya. Ceritanya begini, di sekolah anakku, tiap kelas ada perkumpulan orang tua murid yang disebut dengan istilah paguyuban. Tiap bulan ada pertemuannya dan ini syarat untuk bisa mengambil rapor. Karena anakku dua orang yang bersekolah di sana (kelas 4 dan kelas 5), aku dan suami berbagi tugas. Suamiku biasanya hadir di paguyuban kelas 4, aku di paguyuban kelas 5. Nah, aku ditunjuk menjadi ketua paguyuban secara demokratis oleh para ortu kelas tersebut. Ini adalah tahun kedua aku menjadi ketua paguyuban kelas tersebut. Artinya, sudah dua periode aku menjadi ketua paguyuban.
Nah, dalam rangka memeperingati milad sekolah, tahun ini diadakan lomba memasak antar paguyuban. Tim terdiri maksimal 4 orang. Oiya perlu diketahui, sekolah anakku merupakan sekolah swasta yang berada di bawah naungan sebuah yayasan yang pemiliknya adalah orang bersuku Jawa. Sekolahannya terletak di tengah-tengah kediaman karyawan pabrik (pada mulanya) yang didominasi oleh orang Jawa. (Ini bukan SARA lho yaa…). Anak pertamaku termasuk dalam angkatan pertama SD nya. Kelasnya didominasi oleh warga sekitar yang notabene orang Jawa. Para murid dipanggil “Mas” dan “Mbak” oleh gurunya. Para guru juga banyak yang bersuku Jawa. Angkatan berikutnya barulah banyak yang dari suku Banjar.
Uniknya, lomba masak kali ini temanya “Masakan Banjar”. Masakannya harus ada santannya, ada nasi, ada ikan dan ada minuman esnya. Saat rapat kelas, tidak ada yang mau menjadi perwakilan kelas. Alasannya, mereka rata-rata bukan orang Banjar. “Lha, ini ketua kita kan asli Banjar. Tinggal pilih anggota timnya aja lagi,” kata Ibu-ibu.
Aku jadi panik. “Aku ora iso,” jawabku dimedok-medokin Jawanya.
Ibu-ibu tertawa semua mendengar jawabanku.
“Ayolah, yang orang Banjar di sini cuma 4. Mama Nisa sakit, Mama Amel baru melahirkan, Nenek Saula sedang perawatan mata, jadi ya tinggal sampeyan…” sahut mereka.
Aku mesem-mesem. Dalam hati aku merutuki diri. Kenapa harus tinggal aku yang orang Banjar. Kenapa harus lomba memasak sih? Kenapa tidak lomba mewarna saja misalnya? Kenapa aku tidak terampil memasak???
“Ndak papa kita lebih dari 4 orang. Siapa bisa kutarik aja besok itu” kata Mama Icha. “Yang penting kamu sebagai ketua paguyuban ikut Jeng”
Akhirnya aku jadi ikut. Betapa malunya aku. Aku sama sekali tidak bisa memasak “Gangan Keladi”. Menyesal juga tidak belajar sama mertua dulunya. Malah Yu’ Temi alias Mama Dwi yang lincah memasaknya. Memotong kangkung, susupan, keladi, pisang, ikan pepuyu, dan entah apa saja bumbunya.
“Ayo Jeng dicicipi, sudah pas apa belum rasane?” tanya Mama Dwi.
Sok ahli aku menyendok gangan. “Hm…kayanya ada yang kurang tapi aku tidak tahu apa…, bumbu apa ya?”
Mama Icha bergegas mencicipi juga. “Oalah, ini sih kurang garam” sahut Mama Icha.
Aku jadi malu. Hehe.
“Ini papuyu bakarnya dah matang apa belum, Jeng?”tanya Mama Raihan sambil mengipas-ngipas.
“Jeng..liatin ikan bakarnya tuh,” aku mencolek Mama Dwi lagi. Aku sama sekali tidak tahu kapan ikan bakar matang atau belum. Selama ini aku cuma bisa menggoreng.
“Kita bikin es kelapanya yuk” ajak Mama Diah.
Ups, aku tidak tahu cara membelah kelapa. Sepertinya susah deh.
“Yo, wes, sampeyan cicipin ini dah pas apa belum manisnya…”
Jadi, aku cuma bantu-bantu dikit. Jadi isin aku…hehe.
Dan tara….jadilah gangan keladi, ikan bakar, sambal acan, cacapan, minumnya es kelapa. Memang kami tidak menang sih tapi aku pribadi merasa senang. Inilah pertama kali aku ikut lomba memasak. Lomba memasak masakan Banjar dengan para koki orang Jawa dana aku yang asli Banjar cuma bisa mencicipi. Duh Gusti…
(aku no 3 dari kiri, pake gamis coklat tua, kerudung coklat motif pashmina)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar