ALAM DAN FEMININITAS DALAM KUMPULAN
PUISI MANTRA RINDU KARYA KALSUM
BELGIS
Nailiya Nikmah
ABSTRAK
Gerakan feminis new
age berkeyakinan kuat bahwa dominasi terhadap perempuan sudah berjalan
lama, sama tuanya dengan dominasi terhadap bumi (alam). Menurut Sukidi
(2001:10) relasi bumi-perempuan yang sama-sama menjadi objek eksploitasi ini
dapat dilacak misalnya dari berbagai mitos, legenda, pendapat yang menyimbolkan
bumi sebagai “ibu” dan “perempuan”. Dalam gerakan tersebut diyakini paradigma
sains yang holistik dan ekologis. Gerakan tersebut mengintegrasikan kesadaran
spiritualitas feminis dengan kesadaran ekologis. Inilah yang selanjutnya
disebut dengan ecofeminism. Menurut
Maimunah (2013:233) ecofeminism adalah sebuah ideologi yang membangun teori dan
praktik berdasarkan pandangan bahwa terdapat hubungan yang erat antara isu
lingkungan dan gender. Opresi terhadap alam diyakini berkaitan dengan opresi
terhadap perempuan.
Dari sisi linguistik sering ditemui unsur-unsur yang meng’alam’kan perempuan atau mem’feminin’kan perempuan, misalnya frase “pemerkosaan
hutan” atau “penggarapan tanah”. Hal tersebut terdapat pula dalam kumpulan
puisi Mantra Rindu karya Kalsum Belgis yang dipilih sebagai sumber data makalah
ini. Mantra Rindu adalah kumpulan puisi yang banyak mengungkapkan fenomena
kerusakan alam. Buku ini diterbitkan oleh Mingguraya Press, Januari 2012.
Kalsum Belgis adalah salah satu dari sedikit penyair perempuan Kalimantan
Selatan yang cukup intens dalam berkarya. Pertanyaan utama penelitian ini
adalah bagaimana hubungan alam dan femininitas ditampilkan dalam puisi dengan
landasan teori ecofeminism.
Kata Kunci: Ecofeminism, Femininitas, Perempuan dan Alam, Mantra
Rindu, Kalsum Belgis
Makalah lengkap ada dalam "Ecology of Language & Literature" Seminar Proceedings. Disampaikan pada One Day National Seminar on Ecology of Language and Literature & Creative Writing Workshop on Green Literature, Banjarmasin 12 March 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar