Sabtu, 12 Desember 2015

# Kelas Fiksi

Tentang Ide



Postingan berikut ini merupakan materi yang pernah saya pakai untuk dibahas dalam kelas menulis online bersama grup FLP Cabang Banjarbaru. Semoga bermanfaat

Dari Ide Segalanya Bermula

Apa yang paling berharga dalam dunia kepengarangan? Yang tanpanya para pengarang bisa semaput? Ya, apalagi kalau bukan “ide”. Ada yang menyebutnya “ilham”, “inspirasi” dan sebagainya. Apapun namanya, si ide adalah hal paling penting dalam proses menghasilkan sebuah karya. Untuk itulah, kali ini kita akan mendiskusikannya.

Tanpa ide, tidak akan ada cerita. Tanpa ide tidak akan ada karya. Lantas, dari mana sih si ide ini berasal? Kadang-kadang ide datang tak terduga. Bisa jadi, dia datang saat kita justru tidak sedang mencarinya. Kadang-kadang ide malah tidak nongol-nongol meski kita sudah mencarinya kemana-mana. Nah, jangan sampai kita hanya duduk bertopang dagu menunggu datangnya ide sambil mendengarkan detak jam dinding. Daripada menunggu datangnya sang ide, lebih baik kita mencari ide, kita menjemput ide dengan mengenali sumber-sumber ide.

Sumber Ide
Ada beberapa sumber ide penulisan (cerpen) menurut Hermawan Aksan (2011).
  1. Pengalaman pribadi
  2. Sepenggal peristiwa dalam kehidupan pribadi seseorang
  3. Obrolan dengan orang lain
  4. Sejarah
  5. Peristiwa-peristiwa yang ditulis di koran
  6. Peristiwa yang terjadi secara kebetulan
  7. Petualangan
  8. Gejolak sosia politik
  9. Mimpi

Menurut Fauzil Adhim (2005) masalah yang paling mudah kita tuis adalah apapun yang kita yakini, kita alami dan kita rasakan.

AS Laksana (2013) mengatakan jika Anda ingin menulis karena mencintai dunia penciptaan, menulislah dalam suasana hati apapun. Ketika sedang jatuh cinta, ketika sedang patah hati, ketika sedang puyeng, ketika sedang bahagia, bahkan ketika sedang tidak punya ide! Nah, lho.

Menulis apa saja ketika sedang tidak punya ide sebenarnya adalah salah satu cara untuk memancing datangnya ide.

Dengan strategi tiga kata.

Mengkoneksikan Satu Ide dengan Ide lainnya

Satu ide akan jadi satu karya. Jadi, jika punya banyak ide atau banyak ide berseliweran di kepala, mestinya akan menghasilkan banyak karya juga. Misal punya 5 ide, berarti bisa jadi 5 karya (cerita). Nah, daripada mengkoneksikan satu ide dengan ide lainnya, lebih baik kita menggali tiap ide lebih dalam. Jadi, yang kita koneksikan adalah hal-hal yang masih berhubungan dalam satu ide. Bagaimana caranya? Mungkin yang dilakukan oleh Gola Gong bisa ditiru.
Ketika menemukan sesuatu yang menarik, Gola Gong (2007) akan melakukan investigasi. Ia akan menggali semua unsur 5W+1H-nya. What, Where, When, Who, Why and How.

Membangun Ide agar Bisa Diaplikasikan/Dijabarkan

Setelah kita menemukan ide, langkah selanjutnya adalah membuat kerangka karangan. Secara sederhana, kerangka karangan (cerita) terdiri atas:
  1. bagaimana kita memulai suatu kisah (prolog)
  2. apa konflik permasalahannya
  3. bagaimana kita mengakhirinya (ending).

Dari tiga hal di atas, barulah kita kembangkan menjadi beberapa unsur lain. Unsur lain tersebut adalah unsur-unsur pembangun karya, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Mulai dari apa temanya, bagaimana alurnya, siapa tokohnya, apa latarnya dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar