Kamis, 04 Juli 2019

# Buku Harianku # EBTAM

Entah Bagaimana, Tetiba Aku Mencintaimu (EBTAM) Titik Pertama


Entah Bagaimana Tetiba Aku Mencintaimu (EBTAM)
Titik Pertama


Selamat datang di Tatirah: my real home.

Kali ini aku akan menceritakan buku sastraku yang ketiga, maksudku antologi tunggalku. Buku sastra pertamaku adalah kumpulan cerpen Rindu Rumpun Ilalang (2010). Buku sastra keduaku adalah novel Sekaca Cempaka (2014). Nah, yang ini adalah buku sastraku yang ketiga, yaitu kumpulan puisi Entah Bagaimana Tetiba Aku Mencintaimu (:EBTAM). Sebelumnya kamu harus sudah membaca artikel yang satu ini ya, klik deh ini "Dear Wi"

Berbeda dengan dua bukuku sebelumnya, EBTAM aku ajak jalan-jalan ke beberapa titik setelah kelahirannya. Titik pertama yang aku pilih adalah Kota Marabahan, Kabupaten Batola. Konsep yang kugunakan adalah membacakan salah satu puisi (“Engkau Abadi, Aku Tidak”) yang ada dalam EBTAM di tepi jalan, di atas jembatan Rumpiang, pada saat senja, saat-saat sendu.

Titik ini kupilih karena inilah lokasi sumber inspirasi sampul EBTAM yang tidak lain adalah fotoku sendiri ketika menyusuri jembatannya. Sampul atau cover adalah bagian awal sebuah buku. Inilah titik pertama EBTAM. Inilah titik pertama, momen pertama kamu bersentuhan dengan EBTAM.

Barangkali kamu belum pernah berada di tempat itu tapi rasakanlah bagaimana seandainya kamu jadi aku. kamu sendirian di sana, tanpa teman, tanpa sesiapa. Itulah yang ingin kusampaikan padamu. Aku, sendirian kini. []Nai.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar