Selasa, 25 Februari 2020
Puan dan Cinta yang Kehilangan Tuan
(Catatan Pementasan
Asih dan Nuri dan Setangkai Mawar (NdSM))
Oleh Nailiya
Nikmah JKF
Prolog
23 Februari 2020 menjadi tanggal penting bagi Kalimantan Selatan, khususnya
kota Banjarmasin dengan terselenggaranya proyek Puan oleh Sanggar Anam Banua.
Sebuah proyek yang saya tengarai diniatkan untuk bercerita tentang perempuan.
Perempuan secara universal. Tidak peduli siapapun dan apapun keadaan serta
latar belakang kehidupannya. Setidaknya itu yang bisa kita tangkap dari dua
judul pementasan. Dikerjakan oleh lebih dari 65% perempuan, sebuah produksi
yang dipimpin oleh Rosy memberi satu makna, betapa perempuan dan laki-laki bisa
menjadi mitra, rekan, relasi, tim, partner, teman dalam dunia teater.
“Kami tidak sedang menyampaikan kesedihan atau penderitaan atau kelemahan kaum
perempuan.” Kurang lebih demikian janji penasehat Sanggar Anam Banua – Riza Rahim
dalam sambutannya sebelum pementasan Asih
dan Nuri dan Setangkai Mawar (NdSM). Lalu
kitapun berteka-teki, kisah macam apakah jika bukan kesedihan dan penderitaan
yang akan dipersaksikan? Inilah catatan kecil saya, seorang penikmat teater,
usai menjadi saksi keistimewaan Puan.
Bagian 1
Naskah pertama yang dipentaskan pukul 16.00 berjudul Asih. Asih ditulis dan
disutradarai oleh Elma Salpiani - seorang puan yang jelita. Asih menawarkan kisah kuasa perempuan dibalik
kelemahan dan keluguan seorang Asih. Seorang janda yang menghidupi anak
perempuannya (Yarti) dan menantunya (suami Yarti) dengan cara memulung. Sebagaimana
alur kehidupan yang selalu berpasangan, malam dan siang, bulan dan bintang,
baik dan jahat, seperti itu pula yang terdapat dalam Asih. Asih sebagai tokoh baik berpasangan dengan tokoh Yarti sebagai
tokoh jahat. Dengan itulah hidup terus berjalan. Orang jahat ada untuk menguji
kebaikan orang baik. Orang baik ada untuk menerangi jalan orang jahat.
Tidak muluk-muluk yang diperjuangkan Asih. Ia hanya tidak ingin kehilangan
peluang dan kesempatan untuk memberikan sebanyak-banyaknya cinta kepada Yarti,
anak perempuannya yang berparas menawan sehingga apapun titah Yarti akan selalu
ia penuhi. Sayangnya, Yarti bukan anak yang tahu balas budi. Keadaan ibunya (digambarkan
dengan fisik tidak menarik dan kepribadian polos, lugu, jenaka) membuat ia
berpikir bahwa ibunya adalah semacam kutukan dan pembawa sial dalam hidupnya. Yarti juga sering menghubungkan kematian ayahnya dengan kebenciannya terhadap Asih. Hati
Yarti yang sempit menambah segala kesulitan hidup mereka menjadi lebih berat. Ia
adalah anak sekaligus istri yang pemarah dan pengeluh. Memiliki ibu dan suami
yang penyayang tidak serta-merta membuat Yarti bersyukur. Ia tak pernah berhenti
mengutuk keadaan, meminta ini-itu kepada suami dan ibunya sendiri. Hingga suatu
hari suami Yarti ditangkap polisi dan masuk penjara karena mencuri. Selama suaminya
dipenjara, Yarti berselingkuh dengan beberapa laki-laki. Keluguan dan kecintaan Asih
pada Yarti membuat ia memilih diam meski menyaksikan perilaku Yarti dengan mata
kepalanya sendiri.
Kegamangan Elma
Sebuah cerita biasanya memiliki sentral atau fokus cerita. Dalam Asih saya meragukannya. Meski kisah ini
diberi judul Asih, Elma tidak benar-benar
fokus hanya kepada tokoh Asih. Saya berhipotes bahwa Asih yang dimaksud dalam
judul ini bukan Asih sebagai nama tokoh melainkan asih dalam makna yang luas dari kata tersebut. Jika hipotesis saya
salah, maka inilah hal lain itu. Saya menyebutnya kegamangan yang positif. Cerita
Asih tidak fokus. Elma gamang memilih mana yang akan ditonjolkan. Asih atau
Yarti. Semacam sebuah
pengakuan bahwa perempuan dalam kacamata Elma tidak selalu bersih dan berhati
malaikat. Barangkali pula, inilah kejujuran Elma dalam berkarya. Inilah perempuan
dalam bingkai seorang Elma. Terima kasih, Elma.
Bagian 2
Naskah kedua yang dipentaskan pukul 20.00 adalah NdSM karya Ahmad Yamani
disutradarai oleh Normasari. NdSM berkisah tentang seorang perempuan tuna
susila bernama Nuri. Ia menjadi perempuan tuna susila setelah pernah dijual
oleh suaminya sendiri. Ia juga menjadi tokoh yang dicari-cari polisi atas kasus
pembunuhan yang tidak pernah ia lakukan. Kehidupan yang menjelma neraka tidak
lantas membuat ia abai terhadap tanggung jawabnya sebagai seorang manusia untuk menjadi berguna bagi sesama. Di mata
anak-anak yang ia asuh, Nuri adalah ibu yang baik. Sama seperti ibu-ibu lain di muka
bumi ini.
NdSM dan Ruh Lelaki di Dalamnya.
Dalam buku Teori Drama dan Pembelajarannya disebutkan bahwa untuk menulis
naskah drama, pengarang memiliki gaya ekspresi verbal dalam menyampaikan
gagasan. Ekspresi verbal merupakan teknik yang dipilih penulis dalam menyajikan
dialog-dialog naskah drama. Ada tiga jenis gaya penggunaan ekspresi verbal
dalam penyajian isi cerita, yakni gaya
percakapan, gaya puisi dan gaya lirik (Pratiwi dan Frida, 2014).
Gaya percakapan merupakan gaya pengembangan dialog dengan
memanfaatkan ciri-ciri bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari
masyarakat di tengah masyarakat yang disesuaikan dengan ciri budaya bahasa
lisan masyarakat yang dikisahkan dalam naskah. Meski sudah ada istilah
perempuan tuna susila dalam bahasa Indonesia yang dimaksudkan untuk memperhalus
– istilah pelacur merupakan istilah
yang lebih bersesuaian dengan gaya percakapan dalam NdSM. Tidak hanya istilah
pelacur, beberapa istilah lain seperti burung
yang kecil juga merupakan bagian dari gaya ini.
Beberapa adegan yang menjurus kepada hubungan seksual memberikan gambaran
betapa NdSM sangat laki-laki. Ia adalah suara lelaki tentang kebutuhan lelaki. Bahwa
cinta nomor sekian setelah seks. Meski diucapkan oleh Nuri – tokoh perempuan- “Tahi
kucing dengan cinta!” atau “Persetan dengan Cinta” atau kalimat semisal itu,
kalimat itu bukan kalimat perempuan. Sejatinya, kalimat tersebut adalah kalimat
laki-laki yang dititipkan melalui Nuri. Adapun Ujang, barangkali dia anomali. Barangkali
pula, ia adalah sebuah pembelaan bahwa tidak semua laki-laki pragmatis, bahwa
tidak semua laki-laki jahat.
Maka demikianlah, meski disutradarai oleh perempuan dan produksinya dipimpin
oleh seorang perempuan, ruh Ahmad Yamani – ruh lelaki mendekam dalam NdSM. NdSM
menjadi semacam media bagi Yamani untuk menyampaikan harapannya tentang
perempuan yang ideal. Bahwa perempuan, sejauh apapun ia berjalan, ia tetaplah
seseorang yang memiliki sisi pengasih dan pengasuh. Tentu saja, Yamani harus
berterima kasih kepada sutradara perempuannya yang telah menafsirkan naskahnya dengan baik.
Bagian 3
Asih dan NdSM: Puan dan Cinta yang Kehilangan Tuan
“Kamu tidak tahu rasa sakit yang kualami,” berkali-kali Yarti mengatakannya
setelah ia tertangkap basah oleh Acil sebelah rumahnya ketika berbuat tidak
senonoh. Rasa sakit seperti apa yang dimaksud Yarti sebenarnya sehingga ia
berpikir dapat menjadikannya sebagai pembelaan terhadap perilakunya. Kesepiankah?
Kekurangan materikah? Kesulitan hidupkah? Tidak digambarkan secara eksplisit
bahwa Yarti melakukannya demi uang sebagaimana Nuri dalam NdSM.
Jika Nuri berpikir cinta sudah tidak penting dalam salah satu dialog di
NdSm, sekarang tengoklah Yarti dalam Asih.
“Aku mencintai suamiku,” tangis Yarti. Lantas, cinta macam apa yang bisa
membuat seorang perempuan bisa melayani laki-laki lain? Serumit itukah cinta
untuk dijelaskan?
Yarti dan Nuri, dua puan yang sama-sama cintanya tak bertuan saat mereka
melakukan kesalahan besar dalam hidupnya. Yarti kehilangan separuh jiwanya
setelah ayahnya tiada, lalu kehilangan arah setelah suaminya dipenjara. Nuri kehilangan
rasa hormatnya terhadap laki-laki setelah suaminya tidak menghargai cintanya. Ia
memandang laki-laki tak lebih sebagai sosok yang diperbudak nafsu. Cinta yang kehilangan tuannya, membuat Nuri dan
Yarti memilih jalan yang keliru.
Epilog
Menjadi baik, lebih baik
Puan, 23 Februari 2020 telah berhasil mengungkapkan dunia perempuan dengan
segala kelebihan dan kekurangannya. Sebagai sebuah naskah drama - sebagai
bagian karya sastra yang tidak hanya menghibur tapi juga mendidik, dua naskah
Puan berujung pada satu simpul yang sama: menjadi
(perempuan) baik, lebih baik. Pada akhir cerita, Yarti menyadari
kesalahannya setelah diguyur sebaskom air oleh Asih. Ending yang terlalu
sederhana sepertinya tapi begitulah hidup. Seringkali penyelesaian-penyelesaian
terhadap masalah yang kita hadapi datang dengan cara yang tidak kita sangka dan
perhitungkan. Nuri menyerahkan diri kepada polisi untuk memberi keterangan
lengkap setelah menitipkan sang anak pada Ujang. Ia juga melabuhkan hati pada
lelaki baik itu. Jika penonton jeli, Bi Ijah (mantan perempuan tuna susila
dalam NdSM) beberapa kali bilang bahwa hidup adalah pilihan. Nuri bisa saja berargumen
ia menjadi pelacur karena nasib,
bukan kehendaknya. Akan tetapi Nuri dan Yarti dan perempuan manapun di muka bumi
ini punya hak untuk memilih jalan hidupnya sendiri yang jauh lebih baik. So, move on -lah para puan.[] Nai
Special for my friend Elma: Dear,
Elma. Congratulation for Asih. Reward ur self!
sastra
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar