Blog ini kubangun dengan visi merawat kenangan. Aku menjadikan Tatirah sebagai
tempat memajang prasasti hati, kemudian menjadikannya pelajaran berharga untuk
diri sendiri yang masih suka alfa dan khilaf. Aku pun berharap, Tatirah berguna
buat orang lain, meski hanya seujung kuku.
Suatu hari, aku mengalami problem kesehatan pada salah satu anakku. Hal-hal
yang masih benar-benar asing bagi orang awam sepertiku mendadak harus aku
pelajari. Sebagaimana masyarakat lain yang hidup di zaman millenial, aku
langsung googling mencari informasi. Ternyata tidak banyak artikel yang memuat
persoalan seperti kami alami. Sejak itu aku bertekad menuliskannya. Aku yakin,
di luar sana akan ada orang lain, para ibu yang bernasib sama dan barangkali
memerlukan informasi seperti yang terjadi padaku ketika itu.
Alasan itulah yang membuat artikel yang berjudul Operasi Pemasangan Grommet pada Anakku kutulis. Dugaanku benar. Banyak orang lain yang mencari informasi
sama dengan yang aku tulis. Mereka mampir di Tatirah. Beberapa di antara mereka
malah menghubungi aku melalui akun media sosialku karena ada hal lain yang
ingin ditanyakan. Bagiku, hal yang mungkin receh bagi orang lain itu, umpama intan mungil yang kutemukan di
area pertambangan.
Sebagian besar yang ditanyakan adalah bagaimana keadaan anakku pasca
operasi pemasangan grommet di telinganya; berapa lama benda itu bercokol
mendekam mesra di telinga; bagaimana prosedur pelepasannya serta berapa peluang
keberhasilan operasi untuk kesembuhan anakku. Aku minta maaf yang
sebesar-besarnya karena baru saja bisa menuliskannya.
Aku merekam dengan cara mencatat semua kejadian di buku diary-ku. Kapan waktu/tanggal-tanggal kejadian, apa yang terjadi, apa yang dimakan anakku, apa obat yang diresepkan, apa yang dikeluhkan dia, semua kucatat. Kuharap kalian sudah membaca link sebelumnya ya, tentang riwayat awal anakku harus menjalani operasi. Agar tidak ada informasi yang hilang atau tidak nyambung.
Keluar dari Ruang Operasi
Anakku dioperasi Kamis, 16 November 2017.
Cukup lama kami menunggu anakku bisa keluar dari ruang operasi karena
menunggu dia siuman. Reaksi obat bius sepertinya cukup lama bekerja. Ketika
keluar dari ruang operasi, keadaan dan kondisinya terlihat sangat lemah. Badannya
yang kurus membuat dia terlihat sangat memprihatinkan. Sungguh aku tidak tega
melihatnya.
Ingin menangis rasanya tapi sini kuberitahu satu hal, saat-saat seperti
itu, sejak serangkaian pengobatan ini kita pilih, jangan pernah memperlihatkan
isi hati kita sesungguhnya kepada anak. Sebagaimana bahagia, sedih dan cemas menular.
Jangan menularkan kecemasan kita yang tidak beralasan kepada anak. Jangan
membebani anak karena sesungguhnya dalam hati dan otaknya sendiri dia sudah
sangat cemas. Selain mencemaskan dirinya sendiri; anak juga mencemaskan ibunya.
Ia cemas keadaannya akan membuat ibunya bersedih.
Hal pertama yang diinginkan oleh anakku adalah minum dan makan. Sebagaimana
prosedur operasi umumnya, dia harus buang angin dulu baru boleh makan dan
minum. Akan tetapi seingatku saat itu terjadi sedikit perbedaan pendapat antar
tenaga medis. Ada yang menyebut istilah bising usus dulu baru anakku boleh
minum dan makan. Ada yang membolehkan minum, ada yang keras melarangnya. Kami memilih
untuk menahan dulu, meski anakku merengek-rengek kehausan.
Yang membuat keadaan hatiku lebih berat adalah kembarannya yang bersikeras
juga untuk tidak makan.
Tidak lama kemudian anakku muntah. Sepertinya ini bagian dari efek
pembiusan atau mungkin efek proses operasi. Untuk itu dia diresepkan obat
penahan muntah. Setelah muntah itu, kondisi anakku semakin terlihat lemah. Kalau
saja aku tidak menahan diri, aku sudah panik saat itu. Aku bahkan menumpahkan
sebotol obat syirup karena kegugupanku melihat kondisi anakku.
Setelah boleh makan, anakku justru kehilangan selera makannya. Dia hanya
mau disuapi biskuit yang dicelup di air hangat. Dokter juga menyarankan agar
anakku makan yang lembut dan lunak saja dulu. Malamnya, dia mulai makan bubur
nasi.
Dokter jaga yang pada umumnya para dokter muda alias dokter coas bergantian
mengunjungi dan memeriksa. Anak-anakku sangat sosial. Mereka cepat akrab dengan
para tenaga medis yang mendatangi kamar anakku. Beberapa sempat mencandai
tentang siapa yang sakit, siapa yang akan diperiksa karena kekembaran anakku.
Oiya saat itu, selain bermasalah pada telinga, anakku juga ada sedikit
masalah pada hidung. Untuk itu, dia diresepkan obat tetes hidung. Hari kedua,
anakku minum obat batuk karena dia masih batuk pilek. Hari itu suhu badannya
tinggi sehingga belum boleh pulang. Beberapa
nama obat yang diresepkan untuk anakku, yaitu Vometa, Iliadin Oxymetazoline, Ambroxol,
Kamolas, dan Cetrizones.
Selain soal makan, aku juga mengamati timing anakku buang air kecil dan
buang air besar. Bagaimanapun, proses operasi akan mempengaruhi sistem yang
bekerja pada tubuh anakku, seperti sistem kerja lambung, pencernaan,
pengeluaran.
Hari ketiga, ada darah keluar dari telinga kiri anakku. Untungnya telinga
kanan tidak. Akan tetapi menurut dokter, hal tersebut bisa ditangani dengan
rawat jalan. Satu hal yang harus kami ingat juga, penyebab atau rujukan anakku
dalam surat asuransi adalah tindakan operasi-nya bukan hal lain.
Satu pekan berikutnya, 23 November 2017
kami membawa anakku kontrol ke rumah sakit lain, tempat dokter yang
memimpin operasi anakku bertugas di malam hari. Di tempat praktiknya terdapat
sarana atau alat yang memungkinkan kita bisa melihat apa yang terjadi pada
bagian dalam telinga kita melalui tampilan di layar monitor. Hasil pemeriksaan
malam itu bagus. Luka operasi sudah menegring. Hanya, masih ada pilek dan
amandel pada anakku yang harus ditangani.
Cara Kerja Grommet
Grommet itu bukan obat. Grommet bukan penyembuh dalam arti simpel seperti
kita demam lalu minum obat penurun panas, lalu sembuh. Tidak seperti itu. Jadi,
grommet itu adalah alat yang akan membantu proses penyaluran, pengeluaran atau pembuangan cairan yang
menumpuk di dalam telinga. Ketika cairan yang memenuhi telinga sudah keluar
semua, itulah fase sembuhnya.
Inilah yang harus kami
lakukan pasca operasi
Ada beberapa hal yang harus kami perjuangkan. Kami harus menyembuhkan pilek,
batuk dan amandelnya dengan segera lalu mempertahankan kondisi positif tersebut
pada anakku. Jika tidak, grommet pada anakku tidak bisa dilepas karena artinya
proses pengeluaran cairan masih diperlukan. Sementara itu, grommet itu sendiri
ada masa kadaluarsanya untuk bisa bertahan di dlam telinga. Sebuah dilema bukan? Melepas grommet sebelum anakku sembuh
berarti kegagalan.
Kata dokter, jika anakku segera sembuh, sebenarnya kadang grommet yang
sangat kecil itu bahkan bisa lepas sendiri tanpa perlu dilepas oleh dokter. Akan
tetapi peluang dia terlepas sendiri pada saat anakku belum sembuh juga ada.
Anakku harus benar-benar dijaga keadaan telinganya untuk tetap kering. Tidak
boleh kemasukan air. Ini tantangan terberat juga bagi kami karena anakku hobi
main air. Aku membelikan dia penutup kepala dari plastik yang biasa dipakai
untuk mandi agar rambut tidak basah tetapi aku memasangkannya sampai ke
telinga. Di tahap awal aku malah memasangkan bulatan kapas di telinganya
sebelum dia mandi untuk lebih berhati-hati. Tiap bangun tidur, kami memeriksa
sprei apakah grommet terlepas. Ini lucu sekaligus mencemaskan.
Satu pekan berikutnya, Jumat 1 Desember 2019, anakku pusing hebat seharian
dan muntah-muntah. Aku mencari informasi di internet, kudapatkan hasil bahwa
kemungkinan ada yang tidak beres dengan telinga anakku.
Besoknya, kami membawanya ke tempat praktik dokter. Menurut dokter, anak
kami kena radang/infeksi pada telinga kanannya, ada nanah. Inilah yang
menyebabkan dia pusing sedemikian hebat. Telinga kiri sudah membaik. Malam itu
telinga anakku dibersihkan. Kami menebus resep obat dari dokter.
Problem utama anakku adalah alergi yang menyebabkan batuk pileknya lambat
sembuh. Beberapa pantangan diberitahu oleh dokter. Tidak hanya makanan dan
minuman, udara, benda dan hewan di sekitar, bahkan debu bisa menjadi pemicu
alerginya. Alergi itu yang menyebabkan
dia lambat sembuh. Aku menjadi ibu phobia debu.
8 Desember 2017, sehari sebelum hari ulang tahunku kami kontrol lagi ke
dokter. Grommet-nya aman masih terpasang
manis keduanya di telinga, amandelnya tidak radang lagi tetapi pilek
masih ada sedikit. Anakku harus menjaga pola makan dan dianjurkan olahraga
sendiri seperti melompat-lompat setiap pagi sebelum mandi sebanyak 50 kali. Kebersihan
rumah harus benar-benatr dijaga dari debu. Aku menggulung semua karpet berbulu,
menyingkirkan bantal, guling, boneka dan benda-benda berbulu lainnya yang
berpeluang menyimpan debu.
27 Desember 2017 anakku pusing lagi sampai muntah-muntah. Saat itu dokter
langganan kami sedang tidak ada. Penggantinya ternyata sama kerennya dalam
komunikasi dan pelayanan. Malam itu, anakku muntah dua kali sesampai d rumah. Anakku
diresepkan obat.
Proses Melepas Grommet
10 Januari 2018 anakku kontrol lagi dan keadaannya mulai membaik sehingga
15 Februari 2018, grommet pada anakku siap dilepas. Kami mengantri di tempat
praktik dokter dengan nomor antrian 7. Janagn tanya bagaimana kecemasan dan
kepanikan kami. Bahkan asisten dokter yang ramah itu bisa kulihat kecemasannya
juga. Anakku dioles salep yang bekerja sebagai penahan nyeri. Semacam bius
lokal. Salep itu dioles 20 menit sebelum grommet dilepas.
Jadi, untuk melepas grommet tidak
diperlukan prosedur operasi yang seperti operasi sebelumnya. Tidak perlu bius
total. Anak tidak perlu dibuat tidur
atau hilang kesadaran. Dokter melepasnya dengan menggunakan peralatan dia di
ruang praktiknya dan kami bisa melihat prosesnya. Grommetnya diperlihatkan dan
disimpan oleh dokter. Aku tidak tertarik menyimpannya. Itu seperti mimpi buruk
bagi kami. Benda itu akan membuat kami mengenang hal tidak baik.
Seluruh rangkaian tersebut dijalani anakku dengan sangat manis. Dia tidak
menangis sama sekali. Asisten dan sang dokter berkali-kali mengacungi jempol
sambil memperlihatkan ekspresi kagum. Asisten dokter membisikiku, “Anak ibu
hebat, luar biasa. Anak lain sering kali menangis dan mengamuk menjalani proses
ini.”
Masih Harus Berjuang
13 Februari 2018 dan 22 Februari 2018 anakku kembali mengeluh pusing.
Pada kedua tanggal itu, aku melarikan anakku ke praktik dokter THT. Aku lagi-lagi
berfirasat ini ada hubungannya dengan telinganya. Dokter yang baik itu begitu
telaten mengobati anakku.
Hingga ketika 1 April 2019 anakku mengeluh pusing lagi, sesuai saran
dokterku sebelumnya, kami kali ini ke dokter spesialis anak. Kami menceritakan
semua kronologinya. Dokter membuat rujukan ke lab untuk cek darah. Alhamdulillah
setelah itu anakku sembuh.
Catatan penting
Ketika anak sakit, pada anak usia sekolah, maka dia akan ketinggalan
pelajaran. Dalam hal ini, aku tidak pernah memaksa anakku untuk mengejar
ketinggalannya. Aku membiarkan semua apa adanya sebatas kemampuan anakku. Aku hanya
ingin anakku sembuh, sehat dan selalu bahagia.
Ketika ini terjadi pada anak kembar, maka yang ditangani oleh orang tua
bukan hanay satu anak melainkan keduanya. Terutama pada anak kembar identik. Aku
selalu berusaha memperhatikan kondisi psikologis keduanya.
Ketika anak sakit dan kita harus menjalani semua prosedur medis yang kadang
menguras seluruh energi, kita harus selalu menekan emosi, menguatkan kesabaran,
dan jangan mengeluh di hadapan anak. Perbanyak berdoa dan mendekatkan diri
kepada Tuhan.
Ketika para tamu dewasa datang menengok, pastikan kita tidak membicarakan penyakit
anak di depan anak. Bisa saja dia mendengarkan dan menyimpulkan hal-hal menurut
persepsi dia sendiri yang berakibat buruk di kemudian hari.
Berusahalah menjalin komunikasi dengan petugas medis dan jadilah orang tua
pasien yang cerdas, tanggap terhadap semua situasi. Bertanyalah pada orang yang
tepat jika kita mengalami kebingungan. Jangan lupa menjaga kesehatan diri agar
kita tetap fit karena kita diperlukan oleh anak kita.
Terima kasih sudah mampir di Tatirah. Aku mencintai kalian. Semoga kita
tetap sabar dan survive apapun yang terjadi. [] Nai
👍🌹ibu yg hebat.....stiap moment nya d abadikan ...ini anak sya jg akan oprasi untuk pasang grommet d telinga...peristiwa yg sama yg anak sodara alami...dgn ank saya..beda umur sj.saya ingin bertanya...alat pipa grommet itu .pesan dmn ya.?sbb sy dpt resep jika ingin cari sdr alat trsbt....trima kasih jika mberi tanggapan selanjut nya🙏
BalasHapus👍🌹ibu yg hebat.....stiap moment nya d abadikan ...ini anak sya jg akan oprasi untuk pasang grommet d telinga...peristiwa yg sama yg anak sodara alami...dgn ank saya..beda umur sj.saya ingin bertanya...alat pipa grommet itu .pesan dmn ya.?sbb sy dpt resep jika ingin cari sdr alat trsbt....trima kasih jika mberi tanggapan selanjut nya🙏
BalasHapusMbak, saya mau tanya ttg pemasangan grommet utk anak, bisa minta no wa nya mbak? Terima kasih
BalasHapusBismillah semoga saya dan anaku bisa mekewati ini, rabu kmren tgl 19 mei 2021 anaku baru saja operasi pasang grommet bunda. perasaanku sm seperti yg bunda ceritakan,bedanya justru anaku yg slu menguatkan aku biar gak sedih dan khawatir. Apalagi anaku dr dlm kandungan sudah penuh dg lika liku ujian hidup penuh perjuangan untuk bisa hidup sampe usia skrg 8 th. Semoga hasilnya besok selasa bagus luka udah kering pendengaran normal dan semoga alergi anaku bisa teratasi. sehat walafiat bahagia dunia akherat dan jd anak sholeh. Aamiin...Terimakasih bunda untuk sharingnya...🙏🥰
BalasHapusAssalamualaikum pak/Bu bagaimana keadaan anaknya sekarang setelah pemasangan grommet apakah sudah sembuh total ?
HapusBunda...cerita ini sama persis dengan kondisi anakku sekarang..apa yang bunda alami saya juga alami...op operasi anak ku 19 Maret 2021 kemarin.dan grommet masih terpasang di telinga anakku.. perasaan cemas dan was2 masih ada dalam hati Bun...telinga anakku masih mengeluarkan cairan dan itu yang membuat perasaan saya belum tenang..tapi setelah saya membaca artikel bunda ada sedikit kecemasan saya kurang...trima kasih ya bunda atas artikelnya dan sharing nya...kiranya bunda2 yang juga mengalami hal serupa diberi kekuatan dan kesabaran untuk merawat anak2 kita...sampai anak2 kita mengalami kesembuhan..Amin...🙏🙏
BalasHapusWish me luck.. Semoga diberi lancar dan kesembuhan
BalasHapusSaya akan mengalami nya sendiri bulan depan
Mohon bantu doa dan meng-aamiin kan
Semoga saya diberi kesembuhan dan kelancaran.. Posisi saya masih menyusui
Sedih hati karena harus bius total :(
bun...kalau tidak pakai bpjs brp ya biaya operasinya
BalasHapusAssalamualaikum bund
BalasHapusSaya mau nanya Bun saya udah pernah periksa ke tht udah beberapa tahun" Udh tes audio metri sampai Operasi juga udah pernah . Trs saya mau nanya gini kan saya coba periksa di RS ada dokter yang menyarankan saya untuk pasang groment padahal pendengaran saya masih bagus dan Alhamdulillah pendengaran masih denger walupun itu suara kecil. Yang saya binggung kan itu alat groment itu kan fungsi buat pendengaran tetapi penderanga saya masih. Bagus trs saya di suruh dokter suruh memasang alat groment. Saran dari bunda gimana ya buk apa saya ikut dokter atau gimna ya buk
Bu saat operasi grommet menggunakan bpjs, apakah dicover semua termasuk alatnya?
BalasHapus