Operasi Pemasangan Grommet: Kisah Mendebarkan Seputar Pengobatan
Telinga
Sudah pernah mendengar istilah
operasi grommet? Operasi pemasangan grommet tepatnya. Jika kamu bukan dokter
spesialis THT kujamin kamu bakal mengernyitkan dahi kebingungan, kecuali kamu
atau orang dekatmu pernah mengalaminya. Seperti itulah reaksi pertama kami,
ditambah cemas, gundah, was-was, takut, bercampur sedikit harapan akan
kesembuhan anak kami, ketika pertama kali dokter THT kami yang cantik
mengeluarkan statement tersebut.
Ceritanya lengkapnya begini,
Hari itu, anak bungsuku yang berusia 8 tahun untuk kesekiankalinya mengeluhkan
pendengarannya yang berkurang.
Sebelumnya, dia sebenarnya sudah sering menunjukkan gejala bermasalahnya pendengarannya. Hanya saja, kami
kurang begitu serius menanggapinya (aku meminta ampun kepada Tuhan berkali-kali
atas kekhilafanku yang satu ini). Misalnya, kalau diajak bicara ia selalu
meminta lawan bicara mengulang kalimat berberapa kali sambil memiringkan kepala ke arah yang lebih dekat dengan lawan bicara.
Indikator lain sebenarnya ada
pada seringnya dia memutar televisi dengan volume yang kencang, yang semula
kupikir ini bagian keseruan anak-anak saja. Ia juga pernah mengeluhkan ada
bagian yang sakit di telinganya.
Waktu itu kamipun membawanya ke dokter anak.
Setelah memeriksa anakku, dokter menyimpulkan sakit telinganya hanya karena
pilek dan itu biasa. Kami menebus resep, pulang, minum obat, selesai. Itu
terjadi beberapa kali.
Hingga hari itu, setelah ayahku pulang
dari RS (ayahku opname karena stroke), entah mengapa aku merasa tetiba melek
medis. Aku berniat membawa anakku ke spesialis THT langganan kami. Dokter
cantik dan ramah itu memeriksa, menanya-nanyai aku dan anakku, lalu meresepkan
obat dan memberikan kami sebuah perintah tambahan.
“Gangguan telinga ini akibat
pilek, ingus yang tidak bisa dikeluarkan dengan benar menumpuk di telinga. Obat
ada dua jenis. Ada obat-obat yang diminum, ada obat yang ditetes di hidung.
Kita lihat satu minggu. Kalau belum ada kemajuan, ibu bawa anak ibu ke THT
Center di RS XXX, ini saya buatkan surat rujukan untuk tes blablabla (aku belum
familiar dengan nama tesnya waktu itu). Setelah itu, bawa ke sini hasil tesnya.
Selain itu, anak ibu harus rajin membasuh hidungnya. Dia menunjukkan cara
membasuh hidung menggunakan air infuse dan alat suntik. Aku ternganga.
Seumur-umur, baru kali ini aku tahu cairan infuse bisa dipakai untuk membasuh
hidung dengan cara dimasukkan ke lobang hidung menggunakan alat suntik.
“Ini biasa saja, Bu. Sama seperti
pembiasaan cuci tangan pakai sabun,” kilahnya santai kayak di pantai. Dia
seperti menangkap kebengongan kami (aku dan suamiku).
"Coba ibu lihat di
Youtube, ada caranya, kalau ibu masih belum paham dengan penjelasan saya tadi”
katanya lagi.
Sepulang dari dokter, aku
mempelajari tutorial cuci hidung pakai air infuse. Saat mempraktikkannya aku
sempat ragu dan takut. Untunglah anakku sangat kooperatif. Luar biasa,
kembarannya turut membantu.
Seminggu setelah itu, aku perhatikan
belum ada perubahan pada anakku.
Kami segera membawanya ke THT Center untuk
dites. Ternyata, nama tesnya adalah tes Audio. Anakku masuk ke dalam ruangan
kecil, lalu dipasangi alat semacam headset. Petugasnya sudah memberi petunjuk
atau teknis pemerikasaan. Anakku akan mengangkat sebelah tangannya, yaitu
tangan yang sesuai dengan sisi telinga yang dapat menerima bunyi. Lagi-lagi aku
bersyukur anakku sangat kooperatif. Kutangkap nada cemas di wajah petugasnya.
Sepertinya hasilnya akan menjadi kabar buruk bagi kami.
Petugas menulis-nulis seusatu di
selembar kertas lalu menjelaskan sedikit hal padaku. Intinya, hasil pemeriksaan
anakku jauh di bawah hasil pengecekan kondisi telinga normal. Setelah membayar
biaya pengecekan audio, kami membawa hasilnya ke dr.THT.
“Wah, hasilnya di bawah normal.
Jauh sekali. Coba ibu tes blablabla lagi untuk lebih akurat”
Kami menuruti sabda sang dokter.
Kami kembali lagi ke THT center di RS XXX untuk tes Tympano (ingat-ingat ya
namanya).
Ketika sang dokter melihat hasil tes
tympano, ia terkejut. “Anak ibu sekarang ini pendengarannya seperti para manula
yang kondisi pendengarannya kurang. Ada tumpukan cairan ingus di gendang
telinga. Itu harus dikeluarkan dan dipasangi pipa grommet. Supaya operasi
pemasangannya lancar, anak ibu akan dibius total nantinya.”
Aku dan suami ternganga. Operasi?
Bius total? Kupandangi wajah anakku. Kasihan sekali kamu nak.
“Anak ibu punya kartu BPJS, kan?”
Aku dan suami menggeleng.
“Kalian PNS, kan?”
“Si kembar anak ketiga dan
keempat. Hanya kakak-kakaknya yang sudah terdaftar.”
“Anak ketiga masih bisa. Uruskan
dulu. Setelah itu, ini prosedur selanjutnya… Dokter menuliskan sesuatu.
“Maaf ya dok.. kalau misal..misal
nih dok tidak pakai BPJS, berapa sih biayanya..kisarannya?” tanyaku hati-hati.
Sesaat kemudian ekspresiku berganti menjadi setengah shock mendengar kisaran
angka yang ia sebutkan.
“Tanggal sekian-sekian saya akan
ke luar negeri. Kalau mau operasi dengan saya, berarti harus cepat” sambungnya
ramah. “Tapi sebenarnya tidak masalah kalau operasinya dengan dokter lain. Sama
saja” sambungnya lagi.
Di rumah, aku dan suami
berunding. Kami merasa tidak sreg kalau operasi dengan dokter lain sementara
yang memberi saran operasi dan yang selama ini merawat anak kami adalah dokter
tersebut. Suamikupun ngebut mengurus BPJS anakku. Kami akan berusaha mengejar
kesempatan operasi sebelum dokter baik itu berangkat ke luar negeri.
Perjuangan sesungguhnya baru dimulai
Setelah anakku memiliki kartu
BPJS, kami pun memulai prosedurnya (diawali dengan meminta rujukan dokter
faskes 1 kami). Barulah kami membawa rujukan tersebut ke rumah sakit. Hari itu,
lucu sekali, aku tidak bisa menahan tawa kalau ingat pengalaman ini. Kami sudah
menyiapkan diri untuk menginap di RS. Semua perlengkapan ada dalam mobil. Ya,
bagaimana aku tidak tertawa, ternyata prosedurnya masih sangat panjaaang dan
berhari-hari setelah itu, hehe.
Di rumah sakit, inilah yang kami
jalani.
Pertama-tama, kami harus menuju loket pendaftaran peserta BPJS. Untuk itu
kami harus mengambil nomor antrian terlebih dahulu. Kulihat sudah banyak yang
duduk di kursi tunggu. Oh, besar sekali angka urutan antrian kami. Pastilah
orang-orang yang banyak ini datangnya jauh lebih pagi. Baiklah, mari kita
bersabar, ucapku pada diri sendiri. Seorang kakek menyapaku, “Kamu baru ya berobat di sini. Kami sudah lama berobat di sini.”
Beberapa lama kemudian, nomor
antrianku disebut untuk menuju loket sekian. Di loket itu aku mendapat karcis
(demikian kami menyebutnya) untuk ke poli THT. Kami menuju poli THT. Astaga,
antriannya juga banyak betul. Setelah tiba giliran kami, anakku diperiksa oleh
seorang dokter senior didampingi para dokter muda. Dokter itu bilang, hanya
sebelah saja telinga yang perlu dioperasi. Kami bingung. Padahal dokter kami yang
cantik mengatakan kedua telinga anakku bermasalah dan harus dioperasi keduanya.
Di poli itu kami dijelaskan langkah selanjutnya. Anakku harus dirontgen dan cek
lab darahnya. Artinya, besok kami berjuang lagi.
Dalam lift RS kami bertemu dokter
THT kami yang lain. Ya, kami punya dua dokter THT langganan. Keduanya
perempuan. Aku memberanikan diri menyapanya. “Dok, masih ingat kami? Ini si
kembar yang dulu pernah ketulangan lalu dicabut oleh dokter”
Dokter itu tersenyum menyapa
anak-anakku.
“Maaf, dok, boleh bertanya?”
“Oh, silakan Bu,”
“Dokter tahu operasi Grommet?”
“Ya, tentu saja.”
“Apakah operasi grommet sesuatu yang
biasa atau sesuatu yang wah.. wow..mengerikan atau gimanaa” tanyaku lagi.
“Biasa saja, kok” jawabnya dengan
suara khasnya yang lembut tapi tegas berwibawa.
Pintu lift terbuka. Kami harus
segera keluar. Sampai di situ saja percakapanku, aku merasa tidak puas.
Malamnya, kami pun ke tempat praktik beliau. Hitung-hitung untuk second atau
third opinion.
Dokter itu menjelaskan panjang
lebar. Lalu karena kami terlihat ragu, dia menyarankan cek tympano ulang. Kami
kembali ke THT center RS xxx. Setelah ada hasil, dokter membacanya dan berkata,
“Dari tes ini, malah ada penurunan Bu, kedua telinganya. Sudahlah, ibu pasrah
saja. Berdoa dan berusaha. Teruskan saja prosedurnya.
Untuk cek lab darah dan rontgen,
lagi-lagi kami harus mengantri. Setelah itu, hari selanjutnya kami ke poli anak
dan bagian anastesi. Kami sudah benar-benar pasrah. Dokter sasaran kami sudah
terbang ke luar negeri. Kami harus mempercayai siapapun dokter yang akan
menanganinya. Setelah mendapat jadwal operasi (sebenarnya pada bagian ini
ceritanya masih panjang), kami mencari ruangan. Terkait ini, kami sempat
sedikit rumit. Kami hendak memilih dokter tapi tidak bisa kecuali kami memilih
kelas VIP dengan bayaran yang tidak sedikit.
Operasi dilakukan
Petang Rabu yang basah oleh
hujan, kami memandangi jalanan dari atas jendela RS. Perawat menginstruksikan
agar rambut anakku dipotong agak lebih pendek terutama di bagian dekat telinga.
Sepupuku membawa tukang cukur yang masih kerabat kami. Untuk menjaga kestabilan
emosi, saudara kembarnya mau juga dipotong rambut. Tengah malam perawat masuk
mengingatkan kembali bahwa anakku harus puasa.
Pagi-pagi, kami semua sepakat
tidak ada adegan sarapan demi menyukseskan puasa anakku yang hendak operasi.
Perawat datang memasang infuse. Anakku pun dibawa ke ruang operasi. Lagi-lagi
kami mengantri juga. Hingga tiba giliran anakku. Sesaat setelah obat bius
disuntikkan lewat infuse, aku masih sempat membacakan doa sebelum tidur di
telinganya…
Setelah oporasi selesai dan
anakku siuman. Kami kembali ke kamar. Anakku merengek kelaparan. Lalu dia
muntah beberapa kali. Aku panik.
Untunglah semua berlalu. Kami
pulang dua hari kemudian, dan melanjutkan rawat jalan. Dan inilah takdir Tuhan
selanjutnya bagi kami. Kepasrahan kami sebagai pasien BPJS justru mempertemukan
kami dengan dokter THT senior lainnya yang sangat detail.
Sekilas tentang Grommet
Jadi, grommet itu semacam alat
yang sangat kecil yang dimasukkan dalam gendang telinga.
 |
Gambar asli diambil saat operasi |
Keterangan berikut mungkin bisa menambah penjelasan tentang si grommet. Kuambil dari kamusdotcom.
Setelah batas waktu tertentu, grommet pun harus dicabut kembali.
Nanti akan kuceritakan bagaimana proses pencabutan grommet anakku dan apa yang kami jalani selama grommet dipasang. [] Nai.
tulisan selanjutnya dapat dilihat pada artikel berikut, klik
di sini.
Aduh, bu... Ngebayangin aja cemas, apalagi menghadapinya. Itu kenapa bu asalnya? Dari ingus gitu yg ga sembuh2 atau gimana? Memang pank telinga, hidung, mulut berhubungan satu sama lain. Oya, penyuntikan cairan steril ke hidung, telinga pakai alat suntik itu rasanya namanya irigasi, metode pembersihan kotoran paling aman dibanding dg cuttonbud
BalasHapusIya..gegara ingus. Dia sering pilek sepertinya karena alergi. Ini aja masih pemulihan..
HapusBun, saya sdh 6 bulan menderita infeksi telinga bagian tengah.. Sdh bolak balik THT dan blm ada perubahan.. Malah semakin parah rasanya.. Awalnya dr radang tenggorokan trus naik ke telinga.. Alternatif terakhir ya dipasang gromett juga tp saya masih mikir2 krn resiko benda lain atau cairan dr luar yg masuk ke telinga akan semakin tinggi.. Cerita selanjutnya ttg operasinya gmn bun?
HapusSekarang udah dilepas grommetnya. Cuma ya harus dijagai agar jangan sampai sering pilek lagi. Maaf ini dengan siapa? Dan tinggal di mana?
Hapusselamat pagi Bu, saya juga baru didiagnosa eustacheus Disfungsi di umur 40 tahun, saya, saya direkomendasikan operasi pemasangan gormet, namun masih ragu...bagaimana kondisi anak ibu saat ini ?
HapusWah baru tahu soal grommet ini. Berarti dia tidak permanen ya dipasangnya
BalasHapusIya Antung. Harus dilepas kembali.
HapusBerarti salah satu faktornya itu pilek yang lama gitu ya Bu Nai?
BalasHapusHmmm... Jadi penasaran bagaimana kondisi sesudah operasi si kembar. Semoga cepat pulih :)
Setelah operasi jadi sering ngedate ama dokter, hehe.
HapusBu,ulun takut baca ini dan tiba2 pengen kontrol telinga Farisha lagi kedokter THT. Huhu. Ini beralasan bu, karena Farisha ini punya riwayat alergi parah yg menurun dari ulun. Dy selalu pilek parah saat berhadapan dg cuaca dingin, debu dan bulu kucing. Masalahnya dy tdk bs mengeluarkan ingus dg cara yg benar. Jd pengen belajar pakai infus itu. Huhu. Bbrp bulan sebelumnya ulun jg pernah curhat di blog ttg anak lun yg tiba2 kena otitis media berlanjut dg otitis eksterna. Sayangnya ulun kurang puas dg dokter yg sdh ulun kunjungi yg selalu bilang bahwa telinganya cuma kotor. Padahal dy sering mengeluh gatal dan sakit. Apalagi kalau cuaca dingin. Nice sharing bu, next ulun japri piyan buat nanya2 lagi ya. :)
BalasHapusIya Wind. Japri aja. Aku sudah lama menyiapkan tulisan ini karena pas mau operasi, aku mencari info kurang banyak tentang ini. Asli galau. Takut. Aku berharap tulisan ini bermanfaat buat ibu-ibu lain yang punya problem sama denganku.
HapusBu..dmn domisili nya...saya di banjarmasin
HapusSaya di Banjarmasin
HapusYa ampun mba nai, baru liat aja udah gemetar. Jadi gimana sekarang keadaan si kembar setelah operasi mba nai?
BalasHapusTunggu kisah swlanjutnya ya Aya Cantik..hehe
HapusTunggu kisah swlanjutnya ya Aya Cantik..hehe
HapusKaka eny dulu pernah juga mba,punya masalah THT tapi untungnya bisa rawat jalan aja.. Alhamdulillah yaa lancar juga operasinyaa
BalasHapusIya. Alhamdulillah En. Pemulihan yang harus telaten lagi nih.
HapusIya. Alhamdulillah En. Pemulihan yang harus telaten lagi nih.
Hapussetelah operasibagaimana ya bu? anak sy mengalami hal yg sama. Tp ini msh diusahakan dr obatnya. Bs minta nomer wa nya bu?
BalasHapusBun bisa minta kontak tlpn / wa..? Suami sy br pasang grommet..mgkn bs sharing mslh perawatan dll bun..makasib..
BalasHapusbagaimana respon pendengarannya setelah pasang grommet bu? bs share kah?
Hapuswaah maaf baru baca saya..
HapusBoleh tau kondisi anak ibu setelah pemasangan grommet? Anak sy punya kondisi yg sama persis dan Desember ini mau operasi jg. Deg deg serr jg ini..
BalasHapusAlhamdulillah sudah membaik dan mendengar normal kembali... 😊
HapusBun, pemulihan setelah pemasangan grommet itu seperti apa? bisa dishare kah? anak saya juga akan pasang grommet krn ada penumpukan cairan di telinga kanan yg sdh 5 bulan ini dimonitor masih ga hilang, meskipun hsl tes pendengaran juga masih menunjukkan normal, tp disarankan pasang grommet. Mohon sharingnya. Terima kasih.
BalasHapusAssalamualaikum bun
BalasHapusSaya ibuu32thun...dan besok selasa djdwal kan psang grromett...bgaimana keadaan setelah pemasangan?
Apakah betul itu tidak prmanenn
Ap kah ada efek yg bahaya
Sbelumnya makasih
Alhamdulillah tidak berbahaya asal dilakukan sesuai prosedur.
Hapusberrati itu oerasi biasa y bun..bagaiamana setelah operasi?bessok selasa sya dijadwalkan opersai
BalasHapusSemoga sudah sembuh... maaf saya telat menjawab.
HapusBu minta no wa mau tanya dokter siapa dan di rs mana. Krn sy jg sering alergi debu dan dingin jd sering pilek.
BalasHapusKami di Banjarmasin. Dokter yang melakukan operasi waktu itu dr.Ida Bagus.
HapusAssalammualaikum mba ank saya juga mau di operasi grommet tapi jujur saya takut ini ada efek atau lainnya saya boleh minta nomor wa mba mau tanya2 soal operasi dan setelah operasi mohon jawabannya mba. Ini no.wa saya 081316432313 terima kasih mba sangat diharapkan sekali bantuannya karna saya galau sekali
BalasHapusAlhamdulillah semua baik dan lancar. Asal sesuai prosedur.
HapusBun. Anakku skrg 10 th . Th lalu de THT di salah satu RS menyarankan untuk pasang Grommet tp dr THT yg lain tidak menganjurkan untuk pasang Grommet . Katanya takut kl gendang telinganya nggak bisa nutup nanti bisa infeksi. Skrg dia menderita banget . Bahkan sampe nangis . Krn telinganya berdengung . Efeknya apa ya Bun setelah pasang Grommet. Dan brp lama pemulihannya.
BalasHapusPengalaman tiap orang berbeda tapi sebagai salah satu referensi saya sharing cerita anak kami, silakan klik pada kata di sini di akhir artikel saya ya, tetap semangat.
HapusKunci utama kita berobat adalah percaya. Pilihlah pendapat dan dokter yang paling Bunda percayai. Bunda juga bisa melakukan diskusi dengan beberapa dokter untuk mendapatkan second atau third opinion jika itu belum memuaskan. banyak bertanya dan semua ketakutan itu wajar karena ini adalah persoalan di bagian tubuh yang sangat sensitif apalagi jika menimpa anak kita. Tetap semangat, Bund.
Hapusbu, ada bekas gak sayatan atau luka gak di bagian telinga luar anak pasca operasi gromet?
BalasHapusTidak ada...
HapusBun..tlg minta nomer wa bunda
BalasHapusSaya mau kunsultasi sama bunda..sebab anak saya mau pasang grommet
BalasHapusBeberpa lama
BalasHapusbisa sebuh total buk?
Saya akan mengalami nya bulan depan
BalasHapusHancur rasanya hati.. Hanya karena masalah sepele "ingus" berakibat seperti ini.. Maka dari itu jgn menyepelekan hal-hal kecil seperti ini..
Saya dilema.. Dokter memang menceritakan bahwa akan bius total, posisi saya masih menyusui
Perasaan sangat tidak karuan saat ini :(
Mohon bantu doa dan meng-aamiin kan
Supaya saya diberi kelancaran dalam hal ini. Dan segera diberi kesembuhan.. Aamiin..
Bunda mau konsultasi..saya di b.masin juga anak saya baru saja operasi pasang gromet di RS Ansyari Saleh.Setelah operasi itu apa saja yg bunda lakukan untk anaknya ya..anak sya dipasg di ke 2 telinganya hbs operasi dia bilang klo teguk air liur itu terasa ganjelan di telinganya dan sdikit sakit..apa seperti itu bunda pas waktu anaknya
BalasHapusAku baca nya sambil deg deg an ,kenetulan anak ku juga di saranin pasang groumet
BalasHapuskarna anak ku juga alergi dan akibat nya terjadi penumpukan cairan di telingabagian tengah ,sudah di tes dan juga sudah di terapi tapi tak ada kesembuhan
saya sedang mencari cari info dan saya ada baca tulisan bunda jadi terharu
kalau alerginya masih sering kambuh groumet boleh di lepas kah bunda ?
Masya Allah, banyak komen yang saya terlewatkan. Maafkan saya.
BalasHapusBun anak saya kata dokter THT harus pasang gormet tapi di rumahsakit saya tidak bisa pakai BPJS apa di RS banjarmasin bisa pakai BPJS
BalasHapus