Kamis, 06 Februari 2020

# esai

Mengelola Keuangan Menjelang Usia 30*
Oleh Nailiya Nikmah


Uang memang bukan segalanya, akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa dengan uang kita bisa melakukan banyak kebaikan. Uang yang dikelola dengan rapi tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemiliknya di masa sekarang tapi juga berguna untuk masa yang akan datang. Sayangnya, tidak semua orang menyadari pentingnya keterampilan mengelola keuangan pribadi. Terlebih bagi mereka yang sudah berada pada fase mapan alias berpenghasilan tetap dan mandiri. Kadang-kadang kemapanan membuat seseorang terlena dan menjadi tidak bijak dalam hal pengelolaan dan perencanaan keuangan.
Sebuah artikel dalam Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 7 No. 2 September 2007 menyebutkan terdapat 11 alasan mengapa perencanaan keuangan perlu dilakukan oleh individu maupun keluarga, yaitu untuk melindungi diri sendiri dan keluarga dari berbagai risiko yang berdampak secara financial (seperti kecelakaan, penyakit, kematian, dan tuntutan hukum); mengurangi hutang-hutang pribadi/keluarga; membiayai kehidupan saat tidak lagi berada dalam rentang usia produktif; ini berkaitan dengan naiknya tingkat ekspektasi hidup rata-rata manusia di suatu negara; membayar biaya-biaya yang diperlukan untuk membesarkan anak; menyediakan biaya pendidikan anak sampai ke jenjang yang tinggi; membayar biaya pernikahan; membeli kendaraan; membeli rumah; mampu menentukan masa pensiun dengan gaya hidup yang kita inginkan; membayar biaya-biaya perawatan yang bersifat jangka panjang, dan mewariskan kesejahteraan kepada generasi berikutnya.
Meski kenyataan di lapangan bervariasi, dalam hitungan normal, seseorang memasuki fase mandiri dalam hal ekonomi pada usia 23 ke atas, dengan asumsi mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah strata 1. Pada tahap awal memasuki fase ini, seseorang cenderung menggunakan seluruh gaji atau penghasilannya untuk keperluan jangka pendek saja. Selain itu, mereka tidak membuat perencanaan keuangan yang baik dan benar. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, tanpa disadari seseorang akan mengalami kerugian finansial di masa depannya. Oleh sebab itu, kita perlu mengatur cashflow keuangan pribadi.
Nah, bagi yang akan memasuki usia 30 tahun, beberapa tips mengelola keuangan berikut ini bisa dicoba, yaitu:
1.        Melakukan pencatatan pengeluaran
Untuk melakukan perencanaan keuangan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencatat pengeluaran rutin yang dilakukan setiap bulannya. Dari sini kita bisa mengidentifikasi apa saja kebutuhan kita dan seberapa besar dana yang kita keluarkan setiap bulan. Kita bisa mengenali mana pengeluaran rutin dan lainnya.
2.        Menyusun rencana anggaran berdasar skala prioritas
Di era sekarang, kemajuan di bidang teknologi dan informasi membuat kita setiap saat dikepung promo belanja online. Hal ini juga diperparah oleh tekanan gaya hidup. Tidak jarang, kita membeli sesuatu hanya karena tergiur iklan tanpa menganalisis seberapa urgen produk tersebut untuk dibeli. Langkah kedua dalam mengatur keuangan adalah menyusun anggaran atau budgeting berdasar skala prioritas. Usia 30 ke atas adalah fase seseorang merasa mapan lalu merasa sah-sah saja membeli barang-barang mewah yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Jadi, kita harus melatih diri untuk membedakan mana kebutuhan, mana keinginan. Setelah itu, kita bisa membagi kelompok kebutuhan berdasar 3 klasifikasi, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier.
Bagi yang sudah menikah dan bekeluarga, anggaran pendapatan dan belanja keluarga (APBK) merupakan hal utama dari sebuah perencanaan yang baik dan efektif. Anggaran yang diperhitungkan secara benar akan memaksimalkan pencapaian sasaran maupun tujuan keuangan jangka panjang di tengah keterbatasan pendapatan.
3.        Mulai memiliki investasi dan tabungan
Banyak alternatif investasi dan tabungan yang ditawarkan. Pertimbangkan alternatif instrumen yang memang kita butuhkan dan kuasai. Investasi saham dan emas misalnya, harus benar-benar kita pelajari peluangnya sebelum memutuskan salah salah satunya sebagai pilihan. Sisihkan 20% dari penghasilan untuk langkah ketiga ini. Alangkah baiknya jika kita memiliki beberapa pos tabungan khusus sesuai keperluan, misal tabungan khusus untuk persiapan pergi haji bagi muslim; tabungan persiapan untuk menikah, dsb. Bahkan tabungan yang terdiri atas uang receh yang sepertinya tidak berguna akan menjadi sangat berguna suatu saat kelak.
4.        Mencari pendapatan tambahan
Meski kita sudah memiliki penghasilan atau pendapatan dari suatu pekerjaan tetap, ada baiknya kita memiliki pemasukan lain. Kita bisa mencoba usaha sampingan yang tidak mengganggu pekerjaan utama, misalnya mencoba usaha online bagi karyawan kantoran. Usaha ini tidak memerlukan modal besar dan tidak memerlukan tempat khusus.
5.        Mengatur batas hutang
Sebaiknya kita menghindari berhutang. Jika tidak dapat menghindarinya, kita harus mengatur batas hutang kita. Sebuah teori menyebutkan bahwa total jumlah cicilan hutang kita setiap bulan tidak boleh melebihi 30-35% penghasilan. Ini bisa dijadikan salah satu patokan kita dalam mengatur limit hutang. Selain itu, milikilah kesadaran untuk segera melunasi hutang-hutang agar tidak membebani.
6.        Menyiapkan dana pensiun
Mungkin ada yang beranggapan usia 30 masih jauh untuk pensiun dari dunia kerja sehingga menganggap persiapannya tidak terlalu penting. Pemikiran ini sebenarmya keliru. Persiapan dana pensiun justru harus dilakukan sedini mungkin. Saat pensiun, akan banyak perubahan dalam hidup kita termasuk kita akan kehilangan begitu banyak penghasilan dari sebelumnya. Jika kita tidak siap dengan perubahan ini, kita bisa saja akan shock dan panik ketika menjalaninya.
7.        Memiliki asuransi
Terlepas dari hal-hal yang kurang mengenakkan terkait asuransi, memiliki asuransi termasuk salah satu trend hidup yang pada salah satu kondisi tertentu akan sangat membantu kita. Sebelum memutuskan, pelajari agar tidak mengalami kerugian. Jika perlu, berkonsultasilah dengan ahlinya.
8.        Meningkatkan skill
Menjelang usia 30, kita harus tetap meningkatkan skill, termasuk skill mengelola keuangan. Banyak cara untuk meningkatkan skill misalnya dengan rajin membaca, mengikuti seminar atau pelatihan serta menonton tayangan-tayangan yang bermuatan edukasi.
9.        Membiasakan diri mengeluarkan dana sosial (:kegiatan amal, zakat, sedekah, infak dll)
Memiliki uang yang banyak bukan satu-satunya kebahagiaan. Jika ingin meraih kebahagiaan yang hakiki, langkah terakhir ini paling efektif untuk dilakukan. Secara psikologis, menolong orang lain akan membahagiakan diri sendiri. Setiap kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain sejatinya akan kembali kepada kita. Dipandang dari kacamata agama, kegiatan semacam ini tidak akan membuat kita miskin tetapi justru sebaliknya.[]

*pernah dimuat di Harian Banjarmasin Post dengan proses penyuntingan oleh redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar