Contoh:
Kamis, 28 Juni 2018
PENDAHULUAN
Kemajuan zaman terutama di bidang teknologi menambah variasi cara dan
bentuk dalam kegiatan bertukar informasi. Saat ini orang berkomunikasi lebih
murah dan cepat melalui SMS, MMS, surat
elektronik, dan berbagai situs jejaring sosial. Hal tersebut membuat tradisi
berkirim surat
menjadi seakan kurang penting. Sebenarnya jika dicermati keberadaan surat sebagai sarana
komunikasi masih penting dan pada hal-hal tertentu tidak bisa digantikan dengan
sarana yang lain.
Selain sebagai sarana komunikasi surat
juga memiliki fungsi yang lainnya yaitu sebagai alat bukti tertulis, bukti
historis, alat pengingat, dan tuntunan kerja (misalnya surat
keputusan, surat penunjukan atau surat instruksi). Surat dapat menjadi bentuk
komunikasi yang efektif dapat pula tidak. Untuk itu diperlukan pengetahuan
tentang menulis surat
yang baik dan benar.
A. Standar Kompetensi
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa
dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulisan sebagai sarana pengungkapan gagasan ilmiah, mampu bersikap
positif terhadap bahasa Indonesia .
B. Kompetensi
Dasar
Setelah mengikuti perkuliahan ini
diharapkan mahasiswa dapat:
1. membedakan jenis-jenis surat .
2. mengidentifikasikan syarat-syarat surat resmi yang baik.
3. mengidentifikasi bagian-bagian surat resmi.
4. menyusun sebuah surat resmi.
5. mengidentifikasikan ciri-ciri karya ilmiah.
6. membedakan jenis-jenis karya ilmiah.
7. menerapkan langkah-langkah penyusunan karya
ilmiah.
8. menyusun sebuah karya ilmiah sederhana berdasarkan
komponen dan bahasa ilmiah yang telah ditentukan.
C. Kegiatan Belajar 1
1. Jenis-jenis Surat
Berdasarkan isinya,
surat dapat dibedakan atas surat
pribadi, surat dinas dan surat dagang.
Berdasarkan sifat
pengamanannya, surat dapat dibedakan menjadi
surat sangat rahasia, surat
rahasia dan surat
biasa.
2. Syarat-syarat
Surat Resmi yang Baik
a.
Surat disusun dengan
teknik penyusunan surat
yang benar.
b.
Isi surat
harus dinyatakan secara ringkas, jelas dan eksplisit.
c.
Bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang benar/baku
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia ,
baik tentang ejaan, pemilihan kata, bentuk kata, maupun kalimatnya. Selain itu
bahasa surat
harus efektif.
d.
Memahami kedudukan masalah yang dikemukakan.
e.
Memahami peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
masalah itu
f.
Mengetahui posisi dan bidang tugasnya
g.
Hal-hal lainnya yang berkaitan dengan ketatausahaan.
3. Bagian-bagian Surat Resmi
a. Kepala surat
Kepala surat
menunjukkan resminya sebuah surat .
Kepala surat merupakan alamat (identitas)
pengirim surat .
Contoh:
Contoh:
b. Nama, tempat dan tanggal
Tanggal surat bisa diketik di
sebelah kiri atas dan kanan atas. Angka tahun maupun nama bulan hendaknya
dituliskan utuh jangan disingkat.
Contoh:
13 Oktober
2011
23 Agustus
2012
11 September
2013
c. Nomor surat
Nomor surat
menunjukkan kapan surat
dikirimkan. Nomor surat
memudahkan pengarsipan. Setiap instansi memiliki kode-kode suratnya.
d. Lampiran
Lampiran berarti menyertakan sesuatu dengan yang lain.
Misalnya bersama surat yang dikirimkan
disertakan pula surat-surat lain seperti fotokopi ijazah, surat
berkelakuan baik, dan surat
sehat.
e. Hal/perihal
Hal atau perihal menunjukkan isi atau inti surat secara singkat.
Contoh penggunaan nomor, lampiran
dan hal dapat dilihat berikut ini.
Nomor : 334/14.11/BS/2013
Lampiran : Jadwal
Kegiatan
Hal
: Dialog Bahasa Daerah se-Kalimantan
f. Alamat
Alamat surat
ada dua macam, yaitu alamat pada dalam surat
maupun alamat luar (pada amplop). Alamat
dalam menyebutkan berturut-turut nama orang/ nama jabatan, nama jalan dan
nomor rumah/ gedung dan nama kota .
Nama orang sebaiknya ditulis dengan teliti sesuai dengan yang biasa ditulis
oleh pemiliknya. Di depan nama orang/ jabatan ditulis ungkapan Yang terhormat (Yth) sedangkan kata Kepada tidak perlu dituliskan karena
tanpa kata kepada sudah jelas kepada
siapa surat
ditujukan. Nama kota
tidak perlu didahului kata depan di.
Contoh:
Yth. Direktur Politeknik
Negeri Banjarmasin
Jalan Brigjen Hasan Basry
Kayutangi
g. Salam pembuka
Salam pembuka yang biasa dipakai dalam surat resmi adalah Dengan hormat. Salam pembuka menggunakan
Assalamualaikum Wr.Wb dipakai secara
khusus antara kantor/ lembaga yang berhubungan dengan agama Islam.
h. Isi surat
Pada umumnya, isi surat ada tiga, yaitu pembukaan, isi (pokok),
penutup. Kalimat yang digunakan pada pembukaan hendaknya ditulis sesuai dengan
maksud surat
tersebut ditulis. Karena ia bersifat mengantarkan, pembuka haruslah menarik
perhatian pembaca.
Contoh:
Sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan Seminar Bahasa
Banjar se-Kalimantan Selatan 24 Oktober 2013, kami mengundang Saudara sebagai
narasumber dalam kegiatan tersebut.
Isi (pokok) surat
hendaknya ditulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sederhana,
sopan dan jelas. Perhatikan penggunaan ejaan dan tanda baca yang tepat. Jangan
menggunakan singkatan atau akronim-akronim yang tidak jelas karena bisa
mengaburkan makna surat
dan menimbulkan kesalahpahaman.
Penutup surat merupakan
simpulan atau pengunci surat .
Umumnya berisi ucapan terima kasih. Misalnya, atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih. Penggunaan
enklitis –nya tidak tepat digunakan karena –nya adalah bentuk terikat orang ketiga
tunggal. Jadi, kalimat atas perhatiannya…
tidak tepat digunakan.
i. Salam penutup
Salam penutup surat
resmi lembaga pemerintahan menyebutkan nama jabatan, tanda tangan, nama terang
dan nomor induk pegawai.
Contoh:
Hormat kami
a.n. plt.
Kepala,
Kepala
Subbagian Tata Usaha
Syamsuddin,
S.Pd.
NIP
196504061986011001
j. Tembusan
Tembusan dibuat jika isi surat
yang dikirimkan kepada orang yang dituju (sebenarnya) perlu diketahui juga oleh
pihak lain yang memang ada hubungannya dengan isi surat tersebut. Tembusan ditulis di sebelah kiri bawah, lurus ke atas dengan
komponen Nomor, Lampiran dan Hal.
D. Rangkuman
1.
Jenis-jenis surat
berdasarkan isinya surat dapat dibedakan atas surat pribadi, surat resmi
dan surat
dagang. Berdasarkan sifat keamanannya, surat
terdiri atas surat sangat rahasia, surat rahasia dan surat
biasa.
2.
Syarat-syarat surat
resmi yang baik menurut Soedjito dan Solchan (2001:3) adalah sebagai berikut.
a.
Surat disusun dengan
teknik penyusunan surat
yang benar.
b.
Isi surat
harus dinyatakan secara ringkas, jelas dan eksplisit.
c.
Bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang benar/baku
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia ,
baik tentang ejaan, pemilihan kata, bentuk kata, maupun kalimatnya. Selain itu
bahasa surat
harus efektif.
d.
Memahami kedudukan masalah yang dikemukakan.
e.
Memahami peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
masalah itu
f.
Mengetahui posisi dan bidang tugasnya
g.
Hal-hal lainnya yang berkaitan dengan ketatausahaan.
3.
Bagian-bagian surat
resmi adalah
a.
Kepala
b.
Nama tempat dan tanggal
c.
Nomor
d.
Lampiran
e.
Hal
f.
Alamat
g.
Salam pembuka
h.
Isi
i.
Salam penutup
j.
Tembusan
E. Latihan dan Tugas
1.
Sebutkan jenis-jenis surat !
2.
Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat surat resmi yang baik!
3.
Susunlah sebuah surat
resmi!
F. Daftar Pustaka
Sutojo, Siswanto dan Michael Setiawan. 2003. Komunikasi Bisnis yang Efektif. Jakarta : Damar Mulia Pustaka.
Soeparno dkk. 2001. Bahasa
Indonesia untuk Ekonomi. Yogyakarta :
Ekonisia.
Soedjito dan Solchan TW. 2001. Surat-Menyurat
Resmi Bahasa Indonesia. Bandung :
Rosdakarya.
Rabu, 13 Juni 2018
Yakin Melangkah Setelah Ikut Hijup Bloggers Meet Up x Softex Daun Sirih di Kota Seribu Sungai
Nailiya Nikmah
03.22
14 Comments
Menanti Beduk Bersama Hijup
Bloggers Meet Up x Softex Daun Sirih
Ada yang berbeda pada Ramadanku tahun ini. Di antaranya, beberapa peluang yang bisa memajukan karirku di kantor – yang biasanya tidak kulirik – mulai kuambil; buka bersama (bukber) keluarga kecilku di siring kota kami yang indah pada pekan pertama puasa; serta sedikit ketegangan ketika aku harus meringkuk setengah hari di IGD RS Anshari Saleh Banjarmasin di hari kelima puasa. Selain itu, ada satu momen yang turut mewarnai Ramadanku kali ini. Momen yang paling aku tunggu, apalagi kalau bukan Hijup Bloggers Meet Up x Softex Daun Sirih yang bertempat di Hotel Mercure Banjarmasin, Jumat 1 Juni 2018.
Memasuki ruang acara, aku dan temanku (Kak Mia) yang berangkat bareng
disergap suasana serba hijau. Fresh banget
rasanya. Puasa di penghujung petang hari itu menjadi terasa lebih ringan dari
biasanya. Aku menjadi lebih bersemangat juga untuk mengikuti acara sampai kelar
meski sejujurnya aku masih merasa lemas hari itu. Mataku menatap sekeliling.
Aku mencari-cari ketua kami. Dia datang dari jauh. Rasanya aku ingin ngobrol
banyak dengannya. Sayangnya, padatnya jadwal acara tidak menyisakan kesempatan
untukku lebih lama ngobrol dengannya dan anggota FBB lainnya.
Wow, ada Ayu Pratiwi,
dr.Bram dan Anastasia Erika.
Acara dipandu oleh seorang pewara yang cantik dan ramah. Pertama-tama yang
tampil menyapa kami adalah bintang cantik Ayu pratiwi. Aku teringat kembali
aktingnya dalam film Kiamat Sudah Dekat. Dia tampil dalam balutan hijau putih
juga, sama kayak aku. Jangan salah, aku tidak akan mengaku sama cantik
dengannya kok! Aku masih waras. Hehe. Setelah Ayu, panggung juga diramaikan
oleh dokter Bram Pradipta, Sp.Ob dan Anastasia Erika si brand manager Softex Daun Sirih. Semua tampil memukau sesuai keahlian masing-masing tentunya.
Tentang Area Kewanitaan
Area kewanitaan memiliki PH yang harus selalu terjaga kelembabannya. Dia tidak boleh terlalu kering, juga tidak boleh terlalu basah. Tahu, kan problem utama para wanita biasanya di area kewanitaan. Iya, apalagi kalau bukan masalah keputihan. Dokter Bram menjelaskan untuk menjaga area kewanitaan, kita harus memperhatikan kebersihannya. Terutama urusan cebok, sehabis pipis dan buang air besar tidak boleh sembarangan. Cara membersihkannya adalah dari depan ke belakang. Ini tidak lain agar kebersihan area kewanitaan tetap terjaga. selain itu, ada beberapa faktor risiko lho terkait area kewanitaan, di antaranya seks bebas, penyakit tertentu seperti HIV, diabetes mellitus, antibiotik yang tidak rasional, perubahan hormonal, merokok, alkohol, stres dan obesitas.
Bicara tentang area kewanitaan tak lepas dari siklus yang satu ini. Yup, apalagi kalau bukan siklus haid. Eh, kamu masih ingat tidak, kapan kamu pertama kali mendapat haid? Siapa yang memberikan edukasi seputar haidmu kala itu? Sudah benarkah informasi yang kamu simpan di benakmu sampai hari ini? Jangan-jangan kamu lebih banyak memperhatikan hal-hal yang bersifat mitos daripada fakta. Dalam keyakinanku, setelah mendapat haid berarti seorang wanita sudah baligh. Sudah dihitung segala amal baik dan buruk. Banyak hal yang harus dijaga termasuk aurat. Syukurlah, aku sudah belajar mengenakan hijab sebelum mendapat haid.
Kenangan Haid Pertama dan masa ABG aku
Aku mendapat haid pertama ketika sedang liburan semester di rumah nenek. Waktu itu aku masih SMP. Aku sedikit panik kala itu. Yang menolong aku malah sepupu aku yang belum dapat haid, hehe lucu kan? Ketika liburan berakhir, aku dijemput Ayah untuk kembali ke kota kami tinggal. Kulihat nenekku berbisik-bisik pada Ayah. Aku yakin saat itu nenek sedang membicarakan tentang haid pertamaku.
Tradisi di rumah kami, yang sedang haid bebas tugas dari pekerjaan rumah. Apalagi pekerjaan seperti memasak dan mencuci piring. Kata Ibu, ini untuk menjaga kebersihan dan kesucian makanan di rumah kami. Ibu khawatir kami tidak bersih mencuci tangan ketika haid. Aku cuma dua bersaudara. Adikku juga perempuan. Ayah yang terganteng di rumah. Ayah sangat care kalau kami bertiga sedang haid. Suatu ketika, Ayah pernah membeli pembalut satu kantong plastik besar karena kami bertiga haid bersamaan. Lucunya lagi, apapun merk pembalut yang kami beli, kami selalu menyebutnya Softex, hehe.
Ketika haid, kita mengeluarkan darah kotor setiap bulannya dalam siklus yang teratur. Dalam pelajaran biologi, kita ketahui bahwa haid adalah proses akhir ketika sel telur matang tidak mengalami pembuahan. Saat itu, area kewanitaan menjadi lebih gampang kena infeksi kuman penyakit. Sebaiknya, sering-seringlah mengganti pembalut terutama saat sedang banyak-banyaknya. Kita bisa mengganti pembalut setiap 3 jam sekali.
Tenang, ada Softex Daun Sirih
Zaman ibu aku, belum ada pembalut seperti sekarang. Seingatku dulu ibu menggunakan kain katun segi empat yang dilipat-lipat, digunakan sebagai pembalut untuk menahan darah yang keluar. Meski kemudian ada produk pembalut dijual, ibu tetap setia memakai kain-kainnya. Lucunya, setelah aku mendapat haid dan mulai menggunakan pembalut, ibuku tidak lagi menggunakan kain sebagai pembalut. Beliau ikut-ikutan memakai pembalut seperti yang aku pakai. Sekarang pembalut macam-macam bentuknya. Ada yang pakai sayap, ada yang ukuran panjang banget buat malam hari, ada yang tipis sekali buat yang mencari kenyamanan. Aku sendiri, sudah lama memakai Softex berbagai jenis. Hati-hati juga memilih pembalut, lho! Now, aku mau kasih tahu pembalut yang sangat keren, yaitu Softex daun Sirih.
Kalian tahu kan...daun sirih sudah banyak terbukti sebagai bahan alami anti bakteri. Selain sebagai obat kumur, banyak lagi kegunaan air rebusan daun sirih. Setiap habis melahirkan selama masa nifas, dulu aku suka memakai air rebusan daun sirih untuk cebok sehabis pipis maupun buang air besar. Resep ini kudapatkan turun temurun. Aku percaya air rebusan daun sirih juga membantu mempercepat pemulihan area kewanitaan sehabis melahirkan. Nah, Softex ada Softex Daun Sirihnya, lho!
Kalian tahu kan...daun sirih sudah banyak terbukti sebagai bahan alami anti bakteri. Selain sebagai obat kumur, banyak lagi kegunaan air rebusan daun sirih. Setiap habis melahirkan selama masa nifas, dulu aku suka memakai air rebusan daun sirih untuk cebok sehabis pipis maupun buang air besar. Resep ini kudapatkan turun temurun. Aku percaya air rebusan daun sirih juga membantu mempercepat pemulihan area kewanitaan sehabis melahirkan. Nah, Softex ada Softex Daun Sirihnya, lho!
Luar biasa, Softex Daun Sirih adalah produk berbahan alami yang sudah diakui oleh Departemen Kesehatan. Hasil penelitian membuktikan bahwa 9 di antara 10 wanita mengakui memakai Softex Daun Sirih membuat area kewanitaan lebih harum serta menghilangkan bau tak sedap ketika sedang haid. Ini disebabkan kandungan daun sirihnya. Selain itu, para wanita tersebut juga mengakui bahwa Softex Daun Sirih dapat menyerap dalam 1 detik sehingga permukaannya tetap kering.
Softex Daun Sirih sudah teruji klinis di Australia dan Belanda, lho! Selain itu, bagi yang punya riwayat alergi dan harap-harap cemas memilih pembalut, jangan khawatir Softex Daun Sirih adalah produk pembalut yang hyppoalergenic. Pas banget kan dengan kebutuhan kita tapi eits, tunggu dulu, sebagai muslimah aku selalu care dan aware terhadap kehalalan produk yang aku pakai. Alhamdulillah, Softex Daun Sirih telah mendapat sertifikat halal dari MUI. Kalau aku tidak keliru, inilah produk pembalut pertama yang mendapat sertifikat halal MUI.
Softex Daun Sirih sudah teruji klinis di Australia dan Belanda, lho! Selain itu, bagi yang punya riwayat alergi dan harap-harap cemas memilih pembalut, jangan khawatir Softex Daun Sirih adalah produk pembalut yang hyppoalergenic. Pas banget kan dengan kebutuhan kita tapi eits, tunggu dulu, sebagai muslimah aku selalu care dan aware terhadap kehalalan produk yang aku pakai. Alhamdulillah, Softex Daun Sirih telah mendapat sertifikat halal dari MUI. Kalau aku tidak keliru, inilah produk pembalut pertama yang mendapat sertifikat halal MUI.
Ada Workshop Fotografinya juga, lho!
Dalam kesempatan itu, kami juga mendapat workshop fotografi. Yang mengajari kami seorang cowok, namanya Muallif Fachrozi. Kami diajari teknik memotret Flatlay, yaitu teknik memotret dengan sudut 90 derajat alias memotret dari atas objek. Ada tiga alternatif dalam teknik tersebut, yaitu clean, rustic dan natural. Hasil workshop alias foto flatlay-ku ini nih..lumayan kan untuk pemula kayak aku, hehe.
Dalam kesempatan itu, kami juga mendapat workshop fotografi. Yang mengajari kami seorang cowok, namanya Muallif Fachrozi. Kami diajari teknik memotret Flatlay, yaitu teknik memotret dengan sudut 90 derajat alias memotret dari atas objek. Ada tiga alternatif dalam teknik tersebut, yaitu clean, rustic dan natural. Hasil workshop alias foto flatlay-ku ini nih..lumayan kan untuk pemula kayak aku, hehe.
Bonus Acara, Berkah Ramadanku Kali ini
Acara berakhir menjelang berbuka puasa. Setelah menyantap hidangan dan menyempatkan diri berfoto-foto sebentar, aku dan Kak Mia pamit. Kami memutuskan Salat Maghrib dulu di masjid dekat lokasi acara sebelum kemudian memesan mobil online. Di rumah, tak henti aku bersyukur. Pengalaman hari itu menambah wawasan aku seputar area kewanitaan. Aku juga dapat wawasan tentang teknik fotografi dan dapat bonus juga dari Hijup. 3 Kerudung basic dari Hijup begitu serasi dengan produk Softex Daun Sirih dalam bingkisan yang kupajang di meja riasku. Lebih dari itu, aku bersyukur, punya teman-teman se-passion di Female Blogger of Banjarmasin (FBB).
Setelah ini, aku lebih yakin melangkah menapak hari-hari esok. Softex Daun Sirih menjadi teman baikku untuk hari ceria yang lebih bersih dan sehat. Sementara Hijup membuatku yakin hijab adalah kewajiban setiap muslimah, ia bukan penghalang untuk kita tetap tampil modis dan keren karena ada banyak pilihan di Hijup. Selain itu, tentu saja menulis bersama teman-teman FBB adalah pilihan yang masih paling keren untukku. [] Nai
Nah, kalian yang pengen mencoba produk Hijup yang keren abis, ada voucher potongan belanja di HIJUP.com lho. kalian akan dapat diskon Rp50.000,00 dengan minimum pembelanjaan Rp250.000,00 catat kode vouchernya nih, HIJUPXSFTXBDJ (hanya sampai 5 agustus 2018). Jangan lupa klik gambar di bawah ini, Bismillah, semoga berjodoh yaa 😊😊😊
Setelah ini, aku lebih yakin melangkah menapak hari-hari esok. Softex Daun Sirih menjadi teman baikku untuk hari ceria yang lebih bersih dan sehat. Sementara Hijup membuatku yakin hijab adalah kewajiban setiap muslimah, ia bukan penghalang untuk kita tetap tampil modis dan keren karena ada banyak pilihan di Hijup. Selain itu, tentu saja menulis bersama teman-teman FBB adalah pilihan yang masih paling keren untukku. [] Nai
Nah, kalian yang pengen mencoba produk Hijup yang keren abis, ada voucher potongan belanja di HIJUP.com lho. kalian akan dapat diskon Rp50.000,00 dengan minimum pembelanjaan Rp250.000,00 catat kode vouchernya nih, HIJUPXSFTXBDJ (hanya sampai 5 agustus 2018). Jangan lupa klik gambar di bawah ini, Bismillah, semoga berjodoh yaa 😊😊😊
Selasa, 12 Juni 2018
:Catatan Tepi Sebuah Pelatihan
Sebelum membaca lebih jauh postingan yang satu ini, aku mau prolog dulu
yaa. Postingan kali ini agak beda dari postinganku sebelumnya. Biasanya aku
menulis seputar sastra (termasuk juga seni budaya), dunia perempuan dan
pernik-pernik parenting alias
kesibukanku sebagai emak. Kali ini, aku mau jujur. Selain sibuk berkhidmat di
jalan sastra dan dunia keibuan, aku sebenarnya adalah seorang pengajar di
sebuah perguruan tinggi negeri di kotaku. Yup, aku seorang dosen. Tulisanku
kali ini akan berkisah sekelumit pengalamanku sebagai dosen.
Kebetulan atau Takdir?
Siang itu, aku sedang sibuk mengetik soal ujian tengah semester di ruang
kerja. Para pimpinanku, Kajur dan Kaprodi silih berganti keluar masuk ruangan. Terlihat
jelas mereka sedang rusuh. Sayup-sayup aku dapat menangkap hal yang sedang
menjadi permasalahan mereka pada saat itu. Intinya, mereka sedang mencari dosen
yang bisa mengikuti sebuah pelatihan selama beberapa hari karena dosen yang
sudah ditunjuk sebelumnya ternyata tidak bisa ikut. Aku sudah tahu nama
pelatihannya serta nama-nama yang ditunjuk sebelumnya dari percakapan di grup
WA. Nama pelatihan itu Pekerti. Aku sendiri sebenarnya sudah pernah mengikuti
pelatihan Pekerti dan mendapat sertifikat Pekerti pada awal-awal aku diterima
sebagai dosen di kampusku. Sayangnya, menurut info yang kudengar, sertifikat
tersebut tidak diakui.
Seingatku pelatihan bernama Pekerti itu berisi tentang cara mengajar dan
mendidik yang baik dan benar seperti materi yang pernah kudapat sewaktu kuliah
di FKIP. Aku berharap semoga suatu hari nanti bisa mengikuti Pekerti lagi.
Selain ingin mendapat sertifikat yang diakui, aku juga ingin menambah ilmu. Aku
lulus S-2 sekitar 2007. Sekarang sudah 2018. Aku benar-benar rindu suasana
akademik, suasana kuliah. Mungkin ada yang iseng bertanya, mengapa tidak
mendaftar S-3 saja? Hehe, aku sudah pernah mengikuti seleksi S-3 dan dinyatakan
lulus di sebuah kampus. Hanya, saat itu, aku harus memilih untuk membatalkan
S-3.
Aku masih asyik menekuni laptopku. Tak sedikitpun aku berharap akan
ditunjuk menjadi peserta Pekerti karena aku sadar diri. Sebelumnya, aku baru
saja ditunjuk mengikuti pelatihan penyusunan proposal pengabdian masyarakat dan
mengikuti pula pelatihan seputar pengunggahan proposal di kampusku. Akan tetapi,
entah bagaimana tak sengaja, refleks aku mendongak ketika untuk kesekian kali
kajur dan kaprodi masuk ruangan. Ketika mata kami bertemu, Kajur seakan
mendapat ide.
“Eh, Nai maukah ikut Pekerti?”
“Aku?” Aku bingung menjawab apa tapi aku teringat pesan suamiku, jika
ada kesempatan baik yang datang padamu, jangan menolaknya. Kesempatan tidak
akan datang dua kali. Kalimat ini adalah motivasi terbesar dalam sejarah
karirku selama ini. Seingatku, dua kali saja aku pernah menolak kesempatan baik
dalam hal karir. Yang pertama, kesempatan mengikuti seleksi mengajar BIPA (Bahasa
Indonesia untuk Penutur Asing) di Polandia dan yang kedua kesempatan S-3.
Akhirnya aku menerima tawaran (:penunjukan) tersebut- terima kasih telah
menunjuk aku ya Bos! Suamiku menyatakan siap menangani urusan domestik selama
aku pelatihan. Alhamdulillah anak-anak bungsuku sudah tidak ditunggui lagi saat
sekolah. Jadi yang perlu dipikirkan hanya soal antar-jemput dan makan siang.
“Tapi... acaranya di hotel. Beberapa hari terpapar AC seharian penuh, apa
aku kuat ya?” gumamku. Aku alergi AC. Biasanya dampaknya adalah aku akan merasa
sakit kepala parah, menggigil, mengantuk berat, dan mengalami nyeri di
persendian. Obatnya ya tidur, istirahat dalam selimut tebal.
“Gampang, pakai jaket, bawa minyak kayu putih” suamiku selalu menyemangati,
“Kamu pasti bisa!”
“Tugasnya susah ya, Bu?” aku bertanya pada temanku yang baru beberapa waktu
lalu mengikuti Pekerti.
“Ah, kalau bagi yang M.Pd pasti gampang itu tugasnya...” jawab temanku. Aku
sumringah. Tak sabar rasanya menanti hari pelatihan. Terlebih setelah menerima
jadwal kegiatan yang menampilkan judul-judul materi. Inilah pelatihan yang
kutunggu-tunggu.
Aku percaya, tidak ada yang kebetulan. Pasti Tuhan sudah merencanakan semua
ini untukku.
Hari Pertama
Aku bangun lebih awal. Anak-anak cukup kooperatif pagi itu. Kepalaku
sedikit pening. Aku sedang hari pertama mendapat tamu bulanan. Untuk itu aku
memilih terusan hitam (jaga-jaga kalau tembus) dipadu kerudung syari seperti
biasanya. Sebelum bersiap, aku masih sempat mengepel dan menjemur cucian. Yang
pernah baca ceritaku tentang alergian anakku pasti paham mengapa mengepel
adalah agenda penting buatku.
“Ingat, ya kalau Abah belum menjemput, tetap dalam pagar sekolah” aku
mewanti-wanti si bungsu alias kembarku. Aku agak pesimis suamiku bisa menjemput
tepat waktu mengingat dia juga sibuk.
Sesampainya di hotel, aku lihat sudah banyak peserta yang datang. Setelah
registrasi, aku mendapat tas biru. Di dalamnya ada empat bahan pelatihan yang
cukup tebal. Aku memasang tanda peserta lalu menuju ruang berlabel Mahakam. Bangku
dan meja tertata apik dengan nama peserta sudah diletakkan di atas meja. Satu
meja dua bangku. Aku bersebelahan dengan dosen pengajar Agama Islam. Aku
bersyukur bersebelahan dengan sesama pengajar MKDU. Setidaknya kami bisa bertukar
cerita. Kau tahu... menjadi dosen MKDU mempunyai suka duka tersendiri.
Acara pembukaan berlangsung khidmat. Saat menyanyikan lagu Indonesia Raya
dan Mars kampusku, aku bersemangat sekali. Maaf ya teman di samping, kalau
ternyata suaraku tidak enak didengar, hehe. Sambutan demi sambutan kusimak
dengan baik. Aku pikir, beruntung sekali aku mengikuti pelatihan tersebut
karena dari sambutan aku mendapat beberapa info tentang pentingnya mengikuti
Pekerti.
Setelah acara resmi dibuka, kami diperbolehkan menikmati kudapan. Kudapan
hotel biasanya enak, kan ya? Ada teh dan kopi. Aku memilih teh. Sesi kudapan
alias rehat tidak lama. Materi pertama adalah Strategi Peningkatan Kualitas
Pendidikan Tinggi oleh Prof. Dr. Ir. Gt. Muhammad Hatta,MS. Beliau keren
sekali menyampaikan materi. Aku suka gayanya menyampaikan. Kupikir, beruntung
sekali yang pernah menjadi mahasiswanya. Ketika sesi materi beliau berakhir dan
beliau melangkah ke luar ruangan, aku sebenarnya ingin sekali menyapanya dan
mengajaknya berfoto tapi sayang aku tidak berani.
Materi berikutnya adalah Penilaian Hasil Belajar yang disampaikan
oleh Prof. Dr. Suratno, M.Pd. Beliau adalah Ketua LP3 ULM. Materi ini langsung
menguras energi dan mengasah otakku yang lama tertidur dari hal-hal berbau
hitungan rumit. Ya ampun, tugasnya bahkan berbasis statistik. Aku merasa
mengalami kemunduran kerja otak. Apa karena pengaruh usia ya? Hehe, ada-ada
saja yah. Aku mencoba fokus sambil menghibur diri, dulu kan waktu S-2 nilai
statistik aku paling tinggi di kelas. Pasti bisa! Pasti.. tapi kok aku pusing
ya? Bisa diganti dengan menulis sebuah cerpen saja tidak ya? Hehe. Baiklah, aku
akan belajar lagi.
Hari Kedua
Panitia sudah berkoar-koar agar kami jangan terlambat di hari berikutnya.
Aku bahkan tidak sempat mengepel di hari kedua. Salah satu anakku – satu dari
si kembar – sakit. Seperti biasa, yang satunya ikut pula tidak masuk dengan
alasan pusing. Satu sisi aku lega, anakku aman di rumah. Sementara para kakak
sudah dewasa, bisa kupercayakan kepada gojek. Aku belum sempat membaca bahan
yang dibagikan oleh panitia. Tadi malam aku meringkuk di bawah selimut
bunga-bunga biruku yang sangat tebal untuk memulihkan fisikku.
Kulihat di jadwal, materinya adalah Teori Belajar dan Motivasi oleh
Dr.H. Karyono Ibnu Ahmad, M.Pd. Aku merasa pede sekali menyongsong materi
tersebut. Ternyata, pemateri memakai strategi tanya jawab dengan peserta.
Beliau bertanya, “Teori apa yang Anda pakai selama ini dalam mengajar?” Simpel
kan pertanyaannya tapi cukup untuk membuat pedeku tetiba menurun. Aku
menyembunyikan papan nama di atas meja agar tidak ditanyai oleh pemateri. Malu,
kan kalau M.Pd tidak bisa menjelaskan teori belajar? Hehe. Berikutnya, aku
membuka-buka bahan dan yup, aku langsung ketemu jawabannya kok. Aku selama ini
memakai teori humanistik.
Selanjutnya, ada materi konstruktivisme dalam Pembelajaran, Metode
Pemberian Tugas dan Model-model Pembelajaran Inovatif.
Hari Ketiga
Harusnya hari ini aku ke rumah sakit, ke Poli Geriatri. Sesuai jadwal, hari
ini hasil tes lab ayahku keluar dan akan didiskusikan dengan dokter. Hari ini
juga anakku yang kemarin sakit harus dibawa ke dokter karena keadaannya sangat
tidak baik. Betapa bingungnya aku. Sementara, untuk izin meninggalkan pelatihan
selama sekian jam aku tidak berani. Panitia sudah menyampaikan kemarin,
ketidakhadiran bisa mempengaruhi lulus-tidaknya kami dalam pelatihan ini. Alhamdulillah
pagi itu aku mendapat solusi. Ada yang bisa menggantikanku ke rumah sakit untuk
bertemu dokter ayahku. Sedangkan anakku yang sakit, dengan gagahnya berkata,
“Aku tidak perlu ditemani mama ke dokter hari ini”. Lalu, kembarannya pun
berkata, “Tak apa, aku hari ini sekolah sendiri”. Ini hari yang luar biasa bagi
emak, euy. Terima kasih semuanya!
Materi pertama yaitu Hakikat Metode
Instruksional oleh Dr.Chairil
Faif Pasani, M.Si; kemudian dilanjutkan materi Dasar-dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar oleh Prof. Dr.H. Rizali Hadi,MM. Setelah
itu, materi Desain Intruksional oleh
Dr. Herry Porda Nugroho P, M. Pd.
Kemudian materi ditutup oleh Teori
Praktik Mengajar/Pembelajaran
dengan Team Teaching oleh Dr.Ir.Gt.
Rusmayadi, M.Si.
Pada hari ini dipelajari tentang Androgogi
terkait pembelajaran, yaitu prinsip pembelajaran pada orang dewasa mengingat
mahasiswa dari segi usia sudah bukan anak-anak lagi. Mengajar orang dewasa
tentu tidak sama dengan mengajar anak-anak. Ada hal-hal khusus yang harus
dipelajari oleh dosen untuk menjadi pengajar yang berhasil. Ini nih yang kumakud
dengan Pekerti untuk yang mau mengerti.
Sementara itu, dalam pembahasan desain instruksional disebutkan ada tiga tahap
dalam kegiatan instruksional, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan.
Dosen hendaknya dapat mengidentifikasi kebutuhan program pembelajaran, dapat
merumuskan tujuan instruksional, dapat melakukan analisis instruksional. Peserta
latihan membuat RPS dengan menerapkan tujuan instruksional umum dan khusus. Di
samping itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran diperlukan juga team teaching. Team teaching yang dimaksud terdiri beberapa jenis.
Kira-kira pukul 11, telpon selulerku berbunyi. Ada panggilan dari guru
anakku. Oh, tidak, anakku yang sekolah, muntah di sekolah. Suamiku menjemputnya
dan akhirnya lengkap dua-duanya kembarku di rumah dalam keadaan sakit.
Hari Keempat
Hari keempat aku kaget karena tempat duduk kami berubah tapi syukurlah
teman di samping tetap sama. Bagus juga sih ide memindah tempat duduk ini.
Suasana alias sudut pandang kita jadi baru lagi. Materi pertama di hari
terakhir adalah Implementasi KKNI/SNPT
pada MK (RPS). Materi ini sangat aktual menurutku. Pas sekali dengan
kebutuhan kami saat itu. Aku sendiri sudah pernah membuat RPS setelah mengikuti
pelatihan dan workshop kurikulum
terkait RPS sesuai KKNI.
Yang paling menarik di sesi ini adalah ketika pemateri membagi kertas
warna-warni berperekat untuk kami membuat desain instruksional mata kuliah kami
masing-masing. Mau lihat hasil rancanganku?
Sesi selanjutnya paling menyenangkan sekaligus mendebarkan, yaitu Praktik Mengajar Mikro Paralel. Kami
dibagi menjadi tiga kelompok besar dengan masing-masing satu pemateri. Dalam
ruangan masing-masing (aku di ruang Kahayan) kami bergiliran mengajar di depan
peserta lain. Aku sudah sering menjadi pemateri alias pembicara di hadapan
berbagai audiens. Mulai anak-anak, remaja, mahasiswa hingga para guru SD, SMP,
SMA, ustadz-ustadzah ponpes pernah menjadi audiensku. Tapi hari itu aku harus
mengajar di depan rekan sesama dosen kampusku? Oh, kurasa ini akan jadi
pengalaman yang takkan terlupakan. Aku sempat nervous sampai sakit perut lho!
Aku memilih materi Ejaan. Teman-teman ku-setting sebagai mahasiswa. Aku
membuka materi dengan apersepsi alias prolog istilahnya kalau dalam
pertunjukan. Mula-mula aku bertanya adakah yang masih di luar kelas. Suasana
mulai cair setelah sebelumnya agak tegang. Aku mengucap salam, meminta salah
seorang memimpin doa, lalu mengabsen mereka. Aku menyuruh mereka menulis,
mengerjakan latihan dariku. Instruksinya adalah “Tulislah kalimat yang ibu
ucapkan! Ibu hanya mengulang dua kali, ya.” Lalu aku mengucapkan lima kalimat.
Setelah menulis, lembar tugas kusuruh tukarkan dengan teman di samping untuk
dikoreksi. Beberapa ternganga tidak percaya kalau aku akan menyuruh mereka
ini-itu. Oiya, hasil koreksiannya... semua salah! Bagaimana tidak salah..
kalimat yang mereka tulis rata-rata tidak memenuhi kaidah sebuah kalimat.
Sebuah kalimat harusnya diawali oleh huruf besar dan diakhiri oleh tanda titik
atau tanda tanya atau tanda seru. Belum lagi koreksian ketentuan Ejaan lainnya.
Sebagian besar tertawa dan tersenyum simpul.
Akhir yang mengesankan bagiku. Aku pulang membawa sertifikat sebagai tanda
sudah menjadi peserta Pekerti. Di
depan pintu terpampang rekap kehadiran peserta. Syukurlah kehadiranku aman.
Kami pulang membawa tugas-tugas untuk selanjutnya bisa mendapatkan sertifikat
tanda lulus Pekerti. Tugasnya tidak gampang, lho tapi aku yakin pasti bisa.
Sayang kan sudah ikut pelatihan tapi tidak berusaha mendapatkan sertifikat
tanda lulus? Oiya, setelah Pekerti ini pengen deh rasanya aku ikut pelatihan
selanjutnya seperti AA (Aplied Approach) dan lain-lain.
Di rumah, aku semangat sekali menceritakan pengalamanku selama pelatihan
kepada suamiku. “Kau tahu, semua materinya penting dan menyenangkan. Aku merasa
mendapat air dingin di tengah gurun. Lama sekali aku tidak menemukan suasana
seperti itu,” celotehku. Kalimat suamiku ketika menanggapi cerita panjangku
membuatku tertegun. “Sudah saatnya kamu S-3”[] Nai.