Jumat, 11 Oktober 2013

# Buku Harianku

Pulang



Pulang
Catatan Nai

Menjelang libur hari raya seperti ini adalah saat-saat yang menggalaukan hatiku. Di benakku bermain-main kata “pulang” dan rasanya aku ingin pulang seperti yang lainnya.
Para peserta didikku pulang ke kampung orang tuanya. Atasanku pulang ke kampung halamannya. Teman-temanku juga pada umumnya seperti itu. Kalau tidak pulang ke kampung halaman sendiri, mereka pulang ke kampung halaman suami/istrinya. Tidak terkecuali paman sayur langgananku, bibi jamu gendong, tukang koran, guru ngaji anak-anak, acil warung lauk, semua menjeda aktivitasnya. Semua pada pulang.
Sudah lama sekali aku tidak melakukan ritual pulang. Pulang ke tempat yang selalu kurindukan. Aku tidak menyebutnya pulang ke kampung halaman karena sesungguhnya aku tidak yakin di manakah kampung halamanku.
Aku dilahirkan di Banjarmasin tapi pernah cukup lama bermukim di Hulu Sungai. Hulu Sungai Utara dan Hulu Sungai Tengah, bahkan nyaris Hulu Sungai Selatan pula (:gagal karena ibuku tidak bisa pindah mengikuti Ayah, jadilah Ayah yang bolak-balik Amuntai-Kandangan). Semua itu gara-gara ayahku seorang PNS yang sering dipindahtugaskan. Selama masa pengabdiannya ayahku pernah bertugas di Amuntai, Barabai, Tanjung, Kandangan dan Banjarbaru.
Uniknya, ayahku tidak pernah menjadikan pulang ke Banjarmasin sebagai tradisi menjelang hari raya meskipun keluarga besar kami ada di Banjarmasin. Kami dibawa pulang hanya saat liburan sekolah usai pembagian rapor. Jadilah kami merayakan hari raya di Hulu Sungai. Aku tidak tahu persis apa alasan orang tuaku karena aku juga tidak pernah menanyakannya. Aku dan adikku pun enjoy saja merayakan hari spesial tersebut di Hulu Sungai. Yang paling melekat dalam ingatanku adalah berhari raya di Hulu Sungai Utara (Amuntai).
Menjelang hari raya, selain soal baju baru, yang membuat kami sibuk adalah kartu lebaran. Aku dan adikku hobi surat-menyurat. Momen hari raya adalah momen yang paling asyik untuk berkirim surat dan kartu lebaran (dengan peletakan prangko yang unik-unik yang konon ada makna tertentu di baliknya). Tiap orang dikirimi kartu berbeda dengan kata-kata berbeda pula, sesuai karakter mereka. Para sepupu, sahabat pena, teman sekolah waktu di Banjarmasin, semua mendapat kiriman kartu. Kadang-kadang disisipi foto kami sebagai pengobat kangen. Sebaliknya, mereka juga akan mengirimi kami kartu lebaran. Menjelang hari raya, Pak Pos bolak-balik ke rumah kecil kami. Negara Dipa, LK 1 No. 57, itu alamatku dulu.
Awalnya, memang terasa aneh ketika tidak merayakan lebaran di Banjarmasin. Apalagi sepulang dari tanah lapang (habis sholat ied). Lingkungan sekitar tempat tinggal kami sepi. Aku heran, ke mana orang-orang. Apakah mereka tidak ingin saling berkunjung? Kami membunuh sepi dengan menonton televisi. Sambil menantikan film atau drama spesial di TVRI. Tidak lama kemudian pintu diketuk. Satu-satu tetangga berdatangan. Mereka datang masing-masing membawa makanan. Ada aneka kue basah, ada soto, ada lontong, macam-macam yang enak-enak. Ternyata sebelum bersilaturahim antar tetangga, mereka terlebih dahulu mengunjungi makam keluarga yang sudah pergi mendahului; menabur kembang dan membaca doa-doa. Setelah itu, tahun-tahun berikutnya aku tidak heran lagi jika sepulang sholat ied lingkungan sekitar rumah kami sunyi sepi karena kesunyian itu tidak lama kemudian akan berubah jadi keramaian.
Setelah kira-kira tidak ada lagi tetangga dekat yang berkunjung, aku dan adikku punya kebiasaan jalan-jalan keliling kota pakai sepedaJ, kadang mampir ke rumah teman satu sekolah, tujuan akhir sebelum pulang ke rumah adalah warung bakso di belakang (bekas) bioskop. Bakso pedas tanpa saos tomat ditemani es teh aroma melati. Hm, nyaman banar, kam! Lama-lama aku tidak lagi merasa di kampung orang. Hei, kupikir di sinilah kampungku!
Kini, setelah kami semua bermukim di Banjarmasin, setiap hari raya tiba, aku kerap merindukan suasana dan hal-hal tersebut. Setiap mendengar ada rekan yang akan pulang ke Hulu Sungai, terasa ada yang menepuk pundakku dan berkata “Kada bulik, Ikam leh?” []


Tidak ada komentar:

Posting Komentar