Minggu, 17 April 2016

# esai

Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) The Movie: Film Dakwah Paling Dahsyat



Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) The Movie
Film Dakwah Paling Dahsyat
Oleh Nailiya Nikmah JKF


Inilah film pertama yang bicara tentang dakwah Islam di Indonesia yang Indonesia banget. Memang sebelumnya sudah ada beberapa film religi yang mengandung muatan dakwah. Akan tetapi, film-film tersebut lebih banyak mengaitkannya dengan hal-hal yang berbau luar negeri. Kalaupun ada yang pure Indonesia, biasanya lebih menonjolkan hal-hal lain di luar esensi utama dakwah itu sendiri. Lebih menonjolkan hakikat dan fungsi hubungan lelaki dan perempuan misalnya, atau ada juga yang lebih menampilkan sisi lokalitasnya. Selain itu, ada yang lebih menonjolkan efek sebuah bencana alam.
Film “Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP)” diangkat dari sebuah cerpen berjudul sama. Cerpen tersebut dikarang oleh Helvy Tiana Rosa dan dipublikasikan pertama kali di majalah Annida. Cerpen ini kemudian diterbitkan dalam sebuah buku kumpulan cerpen. Tahun 2000, KMGP diterbitkan kembali oleh Syamil. Cerpen KMGP menjadi salah satu wasilah dakwah bagi para remaja di Indonesia pada masa itu. Yang rajin membaca tulisan-tulisan Helvy tahu persis betapa banyak para remaja yang memutuskan berhijrah setelah membaca KMGP. KMGP kemudian bermetamorfosis menjadi novellet setelah dilebur oleh penulisnya dengan salah satu cerpen terbaiknya yang lain yaitu “Lelaki Tak Bernama”.
Edisi KMGP yang sudah bermetamorfosis itulah yang menjadi sayap cantik Helvy dalam menyampaikan idealisme KMGP the movie-nya. Idealisme Helvy dalam proses pembuatan film KMGP menghadapi banyak tantangan. Mulai pencarian sutradara yang bisa menerjemahkan literasi idealis Helvy ke dalam bentuk film, produser, pemain hingga masalah pendanaan (lebih lengkap dapat dicek di akun-akun media sosial Helvy). Maka inilah film dakwah pertama yang didanai secara patungan oleh para pecinta dakwah.
Akting para pemain patut diacungi jempol. Hamas Syahid dkk sukses memerankan para tokoh dalam KMGP secara natural. Film ini juga melibatkan para aktor dan artis papan atas seperti Wulan Guritno dan Epi Kusnandar. Selain itu, film KMGP melibatkan Dwiki Darmawan dan Indah Nevertari pada bagian musik dan lagu.
KMGP The Movie menceritakan hijrahnya seorang pemuda bernama Mas Gagah  ke jalan Islam yang kaffah. Hijrahnya Mas Gagah membuatnya berkonflik dengan sang adik (Gita). Menurut Gita, Mas Gagah sudah tidak asyik lagi semenjak “perubahannya”. Selain menjadi lebih pendiam, Mas Gagah tidak suka mendengar lagu-lagu kesukaan mereka yang dulu lagi, Mas Gagah tidak mau salaman dengan perempuan, Mas Gagah lebih sering bergaul dengan anak-anak rohis, Mas Gagah tidak fashionable lagi dan Mas Gagah berhenti jadi model. Konflik Gagah-Gita membuat sang mama kecewa dan sedih.
Di tengah konflik tersebut, Gita si gadis tomboi beberapa kali bertemu dengan seorang lelaki misterius yang sevisi dengan Mas Gagah. Pertemuan pertama mereka dalam angkutan umum. Lelaki misterius itu (Yudi) berorasi menyampaikan nilai-nilai Islam dalam angkutan umum. Yudi dalam film ini merupakan anak seorang alim yang diharuskan ayahnya menjadi penerus sang ayah. Sayangnya, Yudi lebih memilih jalannya sendiri, menyampaikan nilai-nilai Islam dengan caranya sendiri yang menurutnya lebih kontekstual.
Dalam film ini penonton akan menemukan nilai-nilai Islam yang disampaikan secara terang benderang tapi tanpa paksaan dalam memeluk kebenaran. Jika kita tidak bisa menerima sesuatu yang berbeda dengan kita, paling tidak kita bisa menghargainya, demikian salah satu pesan yang disampaikan dalam kisah ini. Ketika menonton KMGP The Movie, para penonton yang segenerasi dengan kelahiran cerpen KMGP (yang pas nonton sudah bawa banyak pasukanJ) mungkin akan bernostalgia mengenang masa-masa perjuangan semasa jadi aktivis di era dulu. Adegan walimahan yang tamu undangan terpisah misalnya. Bukan sesuatu yang mudah bagi para aktivis dakwah untuk melobi orang tua agar di pesta pernikahan mereka para tamu duduknya dipisah antara laki-laki dengan perempuan. Tidak sedikit yang akan ditentang orang tua dan keluarga besar atau bahkan mungkin dicibir oleh masyarakat. Mereka akan dianggap sok alim lah, sok suci lah, aliran aneh lah, Islam fanatik lah, aliran keras lah, atau tuduhan miring lainnya.
Persoalan lain yang paling sederhana tapi cukup berat juga bagi para aktivis dakwah misalnya ketika tidak  bersalaman atau berjabat tangan dengan lawan jenis. Mereka akan dituduh macam-macam juga. Nah, yang ini juga ada dalam KMGP. “Padahal Ustadz A melakukannya, Kyai B juga…” Kalimat ini persis seperti yang terjadi pada kenyataannya.
Hal penting lainnya adalah tentang jilbab atau kerudung. Dialog-dialog tentang jilbab dalam KMGP begitu mengena, begitu mengalir, sangat menyentuh. Sekali lagi, persis seperti yang terjadi pada realita. Betapa berat keputusan untuk mengenakannya, berat pula untuk memperjuangkannya. Sama seperti para mantan preman yang berubah jadi orang baik. Betapa keistiqomahan itu merupakan hal wajib setelah seseorang dianugerahi hidayah.
 Ya! Secara umum, film ini menyampaikan betapa pentingnya keistiqomahan seseorang setelah memilih jalan kebenaran. Selebihnya, KMGP dengan manis menyampaikan bahwa hidayah itu misteri. Hidayah itu mahal. Cerpen KMGP telah menoreh perannya dengan tinta emas dalam sejarah dakwah Islam di era 90-an. Akankah filmnya menjadi penoreh sejarah baru bagi dakwah Islam di Indonesia pada era ini?[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar