Siapa bilang
Dilan cowok paling romantis abad ini? Di belahan bumi ini, aku mengenal sesosok
cowok romantis selain Dilan. Namanya Jimmy. Dia teman seangkatanku di kampus
ungu. Orangnya sederhana, humoris, baik hati dan suka menolong. Ketika aku
terpilih menjadi ketua himpunan mahasiswa prodi, dia menjadi ketua di salah
satu divisinya. Dari beberapa interaksiku dengannya, aku tahu dia suka menulis
puisi. Setelah tahu aku juga suka puisi, kami sering membahas puisi dan
tukar-menukar puisi untuk dibahas. Teman-temanku sering mencandai aku.
“Kayaknya ada
yang naksir, nih”
Aku cuek saja
karena saat itu aku sudah mantap untuk tidak pacaran sebelum nikah. Jadi,
ceritanya aku baru mendapat hidayah, berhijab lebih rapi, mencoba belajar agama
lebih baik dan menyeluruh.
Dia suka meminjam
bukuku. Aku suka mengoleksi novel-novel islami. Jimmy meminjam beberapa. Suatu
hari dia menyapaku dan bertanya, “Eh, di mana sih beli buku serial Nida yang judulnya Apapun Namanya Melati Tetap Harum?”
“Lho, bukannya
kamu sudah kupinjami buku itu kemaren?”
“Eng, eh,
anu,,aku mau beli, bukunya bagus”
“Kayaknya ada
yang disembunyikan nih... Jujur saja, bukuku rusak ya?” tanyaku.
Dia pun tertawa
malu. Ternyata benar, bukuku tak sengaja rusak lalu ia hendak menggantinya.
“Tidak perlu,”
ucapku.
Dia favorit
sekali dengan buku itu lho, hehe.
Suatu ketika, aku
ikut sebuah pengajian yang membahas beberapa hal yang tidak diperbolehkan dalam
Islam. Salah satunya puisi! Aku pun jadi galau. Apalagi dalam acara tersebut
dibahas juga beberapa pekerjaan yang baik untuk
muslimah. Tidak ada penulis puisi atau karya sastra di dalamnya. Cerpen,
novel dan yang lainnya adalah cerita bohong, itu yang dikatakan pemateri.
Padahal aku baru saja keluar dari kampus teknik dan pindah ke kampus bahasa
sastra. Aku memendam kegalauanku sendiri. Tak ada teman sekelas yang mengetahuinya termasuk Jimmy.
Di tengah
kegalauanku, sungguh keajaiban, Jimmy meminjami aku sebuah buku. Buku bertema religi sastra. Aku
lupa judulnya. Salah satu yang dibahas dalam buku itu adalah tentang para
penyair. Itulah pertama kalinya aku tahu ada nama surat dalam kitab suciku yang berhubungan dengan puisi. Nama suratnya adalah Asy-syuaraa yang artinya para penyair. Dalam buku tersebut dikutip QS Asy-Syuaraa ayat 224-227 (cari sendiri yaa dalam Alquran).
Setelah membaca buku itu aku jadi lega. Aku sangat berterima kasih pada Jimmy karena sudah meminjami buku tersebut. Itulah titik “wow” dalam hidupku terhadap kegiatan perpuisian. Aku semakin yakin dengan jalan yang kupilih.
Ketika program kerja kami dipatahkan dan ditentang beberapa dosen prodi, Jimmy malah menyemangatiku. Saat itu, untuk pertama kalinya ada acara bertajuk Olimpiade Sastra Se-Kalimantan Selatan dan kami yang menjadi penyelenggara. Aku sebenarnya takut program ini gagal. Ternyata Jimmy dan kawan-kawan seluruh divisi benar-benar memberikan yang terbaik yang bisa mereka lakukan. Inilah program terbesar di kepemimpinanku.
Puisi-puisi Jimmy
berikutnya menyiratkan rasa hatinya padaku. Aku mulai membenarkan olok-olok
temanku dan aku mulai takut dengan sebuah rasa yang mulai muncul.
Akupun berdoa
pada Tuhan, doa para jomblo pada umumnya. Jika dia baik untukku, dekatkanlah,
jika dia tidak baik untukku, jauhkanlah.
Di hari lain, sedang
asyik kuliah Wacana, seseorang menepuk bahuku dari belakang menggunakan buku.
Aku kaget, ternyata Jimmy. Ia menyodorkan sebuah buku tebal. “Aku pinjam di
perpus, kayanya kamu suka, aku sudah baca, nih kupinjami,” bisiknya. Buku itu
berbungkus kertas koran. Karena penasaran, aku pun segera membukanya, sesaat
kemudian aku melotot karena kaget, judul bukunya “Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya”. Saking
kagetnya, kertas koran pembungkusnya terjatuh.
Sialnya, dosenku
melihat. Salahku juga, duduk paling depan berani-beraninya membuka buku lain di
saat kuliah. Beliau mengambil bukuku dan membaca judulnya lantang. “Menikahlah,
Engkau Menjadi Kaya”. Beliau tersenyum-senyum lalu menyambung..”Kaya anak
barangkali ya?” Malunya akuu.
“Cek email, ya!”
pesan Jimmy suatu ketika.
Akupun pergi ke
warnet. Zaman old, ngecek email ya ke warnet dulu laah. Ya ampun...isinya puisi
sekaligus sebuah lamaran romantis.
Setelah itu Dilan eh Jimmy bertamu ke rumahku, melamarku langsung ke ayahku.
(Beberapa hari kemudian baru orang tuanya dan orang kepercayaan mereka datang melamarku secara resmi).
Bagaimana? Lebih
romants dari kisah Dilan, kan? Hehe.
Jadilah hari itu,
3 November 2002 kami menikah. Saat itu aku masih kuliah s1, baru saja selesai PKL, baru
mulai menggarap skrispi dan masih memegang amanah sebagai ketua himpunan mahasiswa prodi....[]
Sesungguhnya tidak ada yang lebih so sweet daripada lelaki yang langsung ke rumah buat melamar.
BalasHapusBtw, baru tau kalau Bu Nai juga nikah saat kuliah. Ternyata kita sama ya :D
Bener Zulaeha. So sweet. 😙
Hapus..dan nikah saat kuliah itu sesuatu😗
Bener Zulaeha. So sweet. 😙
Hapus..dan nikah saat kuliah itu sesuatu😗
Kok samaan yaak, nikah pas lg skripsian n lg sibuk2nya 😍 insha Allah rejeki smakin berlimpah aminnn
BalasHapusSeneng deh baca blognya, saya dr Batulicin loo mba salam kenal yaa~ 🙏
www.carlindedodolz.blogspot.com
Salam kenal Oldra Kalinda. Makasih sudah bertamu🤗.
HapusKita kasih tahu yang lain yuuk ala Dilan:
Nikah pas skripsian itu berat. Kamu gak kan kuat. Biar aku ajah😘
Salam kenal Oldra Kalinda. Makasih sudah bertamu🤗.
HapusKita kasih tahu yang lain yuuk ala Dilan:
Nikah pas skripsian itu berat. Kamu gak kan kuat. Biar aku ajah😘
Saya selalu takjub sama orang2 yg berani menikah walau masih kuliah. Dan ceritanya bikin saya senyum2 sendiri membayangkannya. So sweet mbaa... Hihihi.
BalasHapusSenangnya bisa membuat mba Latifika senyum senyum hehe
HapusSenangnya bisa membuat mba Latifika senyum senyum hehe
HapusUlun baru tau bu pyn nikah pas skripsi jua.. Harusnya pyn cerita dulu jd lun berasa senasib.. Huahahaha.. Baca ini lun kok jd pengen jd temen ibu pas kuliah ya.. XD. Ceritanya keren bu.. :)
BalasHapusAhhh so sweet banget sih mbaaa... Like this. Memang lebih sweet daripada kisah dilan
BalasHapusWah kaka pernah kuliah di teknik ya. Baru tahu. Hihi ternyata kak jimmy romantis yaa
BalasHapusOh astaga, ini kisah romantis senyata-nyata Mbak Nai. Bukan fiksi. Seru dan bikin baper. Alhamdulillah, jika kita dipertemukan dg cinta yang benar maka ia juga akan membawa kita ke jalan kebenaran.
BalasHapus