Kamis, 08 Februari 2018

# blog collab

KISAH ROMANTIS: PUISI, BUKU DAN CERITA CINTA KITA


Siapa bilang Dilan cowok paling romantis abad ini? Di belahan bumi ini, aku mengenal sesosok cowok romantis selain Dilan. Namanya Jimmy. Dia teman seangkatanku di kampus ungu. Orangnya sederhana, humoris, baik hati dan suka menolong. Ketika aku terpilih menjadi ketua himpunan mahasiswa prodi, dia menjadi ketua di salah satu divisinya. Dari beberapa interaksiku dengannya, aku tahu dia suka menulis puisi. Setelah tahu aku juga suka puisi, kami sering membahas puisi dan tukar-menukar puisi untuk dibahas. Teman-temanku sering mencandai aku.
“Kayaknya ada yang naksir, nih”
Aku cuek saja karena saat itu aku sudah mantap untuk tidak pacaran sebelum nikah. Jadi, ceritanya aku baru mendapat hidayah, berhijab lebih rapi, mencoba belajar agama lebih baik dan menyeluruh.

Dia suka meminjam bukuku. Aku suka mengoleksi novel-novel islami. Jimmy meminjam beberapa. Suatu hari dia menyapaku dan bertanya, “Eh, di mana sih beli buku serial Nida yang judulnya Apapun Namanya Melati Tetap Harum?”

“Lho, bukannya kamu sudah kupinjami buku itu kemaren?”
“Eng, eh, anu,,aku mau beli, bukunya bagus”
“Kayaknya ada yang disembunyikan nih... Jujur saja, bukuku rusak ya?” tanyaku.
Dia pun tertawa malu. Ternyata benar, bukuku tak sengaja rusak lalu ia hendak menggantinya.
“Tidak perlu,” ucapku.
Dia favorit sekali dengan buku itu lho, hehe.

Suatu ketika, aku ikut sebuah pengajian yang membahas beberapa hal yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Salah satunya puisi! Aku pun jadi galau. Apalagi dalam acara tersebut dibahas juga beberapa pekerjaan yang baik untuk  muslimah. Tidak ada penulis puisi atau karya sastra di dalamnya. Cerpen, novel dan yang lainnya adalah cerita bohong, itu yang dikatakan pemateri. Padahal aku baru saja keluar dari kampus teknik dan pindah ke kampus bahasa sastra. Aku memendam kegalauanku sendiri. Tak ada teman sekelas yang mengetahuinya termasuk Jimmy.

Di tengah kegalauanku, sungguh keajaiban, Jimmy meminjami aku sebuah buku. Buku bertema religi sastra. Aku lupa judulnya. Salah satu yang dibahas dalam buku itu adalah tentang para penyair. Itulah pertama kalinya aku tahu ada nama surat dalam kitab suciku yang berhubungan dengan puisi. Nama suratnya adalah Asy-syuaraa yang artinya para penyair. Dalam buku tersebut dikutip QS Asy-Syuaraa ayat 224-227 (cari sendiri yaa dalam Alquran).
Setelah membaca buku itu aku jadi lega. Aku sangat berterima kasih pada Jimmy karena sudah meminjami buku tersebut. Itulah titik “wow” dalam hidupku terhadap kegiatan perpuisian. Aku semakin yakin dengan jalan yang kupilih.

Ketika program kerja kami dipatahkan dan ditentang beberapa dosen prodi, Jimmy malah menyemangatiku. Saat itu, untuk pertama kalinya ada acara bertajuk Olimpiade Sastra Se-Kalimantan Selatan dan kami yang menjadi penyelenggara. Aku sebenarnya takut program ini gagal. Ternyata Jimmy dan kawan-kawan seluruh divisi benar-benar memberikan yang terbaik yang bisa mereka lakukan. Inilah program terbesar di kepemimpinanku.

Puisi-puisi Jimmy berikutnya menyiratkan rasa hatinya padaku. Aku mulai membenarkan olok-olok temanku dan aku mulai takut dengan sebuah rasa yang mulai muncul.


Akupun berdoa pada Tuhan, doa para jomblo  pada umumnya. Jika dia baik untukku, dekatkanlah, jika dia tidak baik untukku, jauhkanlah.

Di hari lain, sedang asyik kuliah Wacana, seseorang menepuk bahuku dari belakang menggunakan buku. Aku kaget, ternyata Jimmy. Ia menyodorkan sebuah buku tebal. “Aku pinjam di perpus, kayanya kamu suka, aku sudah baca, nih kupinjami,” bisiknya. Buku itu berbungkus kertas koran. Karena penasaran, aku pun segera membukanya, sesaat kemudian aku melotot karena kaget, judul bukunya “Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya”. Saking kagetnya, kertas koran pembungkusnya terjatuh.
Sialnya, dosenku melihat. Salahku juga, duduk paling depan berani-beraninya membuka buku lain di saat kuliah. Beliau mengambil bukuku dan membaca judulnya lantang. “Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya”. Beliau tersenyum-senyum lalu menyambung..”Kaya anak barangkali ya?” Malunya akuu.

“Cek email, ya!” pesan Jimmy suatu ketika.
Akupun pergi ke warnet. Zaman old, ngecek email ya ke warnet dulu laah. Ya ampun...isinya puisi sekaligus sebuah lamaran romantis.
Setelah itu Dilan eh Jimmy bertamu ke rumahku, melamarku langsung ke ayahku. 
(Beberapa hari kemudian baru orang tuanya dan orang kepercayaan mereka datang melamarku secara resmi).

Bagaimana? Lebih romants dari kisah Dilan, kan? Hehe.
Jadilah hari itu, 3 November 2002 kami menikah. Saat itu aku masih kuliah s1, baru saja selesai PKL, baru mulai menggarap skrispi dan masih memegang amanah sebagai ketua himpunan mahasiswa prodi....[]


13 komentar:

  1. Sesungguhnya tidak ada yang lebih so sweet daripada lelaki yang langsung ke rumah buat melamar.

    Btw, baru tau kalau Bu Nai juga nikah saat kuliah. Ternyata kita sama ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Zulaeha. So sweet. 😙
      ..dan nikah saat kuliah itu sesuatu😗

      Hapus
    2. Bener Zulaeha. So sweet. 😙
      ..dan nikah saat kuliah itu sesuatu😗

      Hapus
  2. Kok samaan yaak, nikah pas lg skripsian n lg sibuk2nya 😍 insha Allah rejeki smakin berlimpah aminnn
    Seneng deh baca blognya, saya dr Batulicin loo mba salam kenal yaa~ 🙏
    www.carlindedodolz.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal Oldra Kalinda. Makasih sudah bertamu🤗.
      Kita kasih tahu yang lain yuuk ala Dilan:

      Nikah pas skripsian itu berat. Kamu gak kan kuat. Biar aku ajah😘

      Hapus
    2. Salam kenal Oldra Kalinda. Makasih sudah bertamu🤗.
      Kita kasih tahu yang lain yuuk ala Dilan:

      Nikah pas skripsian itu berat. Kamu gak kan kuat. Biar aku ajah😘

      Hapus
  3. Saya selalu takjub sama orang2 yg berani menikah walau masih kuliah. Dan ceritanya bikin saya senyum2 sendiri membayangkannya. So sweet mbaa... Hihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senangnya bisa membuat mba Latifika senyum senyum hehe

      Hapus
    2. Senangnya bisa membuat mba Latifika senyum senyum hehe

      Hapus
  4. Ulun baru tau bu pyn nikah pas skripsi jua.. Harusnya pyn cerita dulu jd lun berasa senasib.. Huahahaha.. Baca ini lun kok jd pengen jd temen ibu pas kuliah ya.. XD. Ceritanya keren bu.. :)

    BalasHapus
  5. Ahhh so sweet banget sih mbaaa... Like this. Memang lebih sweet daripada kisah dilan

    BalasHapus
  6. Wah kaka pernah kuliah di teknik ya. Baru tahu. Hihi ternyata kak jimmy romantis yaa

    BalasHapus
  7. Oh astaga, ini kisah romantis senyata-nyata Mbak Nai. Bukan fiksi. Seru dan bikin baper. Alhamdulillah, jika kita dipertemukan dg cinta yang benar maka ia juga akan membawa kita ke jalan kebenaran.

    BalasHapus